Bab 7

1.4K 68 0
                                    

***
Disaat seseorang berusaha
Agar terlihat tegar
Pada saat itulah
Dia sedang rapuh

~Muhammad Anaz Alfarizqi~
***

Dari ufuk timur, nampak matahari menyembul dengan malu-malu. Seperti Azna pagi ini yang di buat tersipu malu oleh teman kenalannya yang baru.

Hari rabu, Azna berangkat lebih pagi dari biasanya, ia kapok pasca dihukum kemarin. Untung saja Azna hanya bolak-balik masuk UKS juga kamar mandi, coba saja kalau rumah sakit. Sudah di jamin Syakila membuat sidang dadakan setelah Azna sembuh.

Azna berjalan menatap sepatu, lagu kpop mengiringi setiap derap langkahnya. Hari ini Azna begitu semangat, ia merasa lebih sehat dari kemarin. Langkah Azna terhenti saat mendengar ketenangan dari kelas sebelah Azna, XI MIPA 4.

"Sepi amat, kira-kira Anaz udah berangkat belum ya?" tanyanya pada diri sendiri.

Tanpa rasa bersalah, ataupun malu Azna menyembulkan kepalanya di depan pintu masuk, melirik kekanan dan kekiri.

Pertama, Azna menengok ke kanan, hingga atensi seluruh siswa di kelas tertuju padanya. Karena tidak menemukan cowok yang ia cari, alhasil Azna menengok ke kiri, di sana meja di samping dinding, nomor tiga dari depan.

Anaz sedang sibuk dengan tugasnya yang ia lupa kerjakan semalam.

Denis yang peka kalau Azna sedang mengamati Anaz pun bersuara. "Woyy, akang santri!"

Merasa dirinya terpanggil Anaz menengok ke arah Denis dengan sedikit sebal. Namun, Anaz dibuat bingung dengan Denis yang ekor matanya menunjukkan ke arah pintu keluar. Anaz mengikuti arah ekor mata Denis.

Detik itu pula, ia melihat Azna tersenyum menampilkan gigi yang tersusun rapi. Anaz ikut tersenyum saat melihat gadis di depannya tersenyum.

Seolah dunia berputar dengan lambat, seolah kejadian tadi seperti slow mantion. Padahal hanya terjadi kurang lebih dua menit.

Azna lari terbirit-birit menuju kelas saat teman satu kelas Anaz menyoraki Azna, ralat tapi Azna juga Anaz. Azna itu bar-bar, mungkin urat malunya sudah putus. Tanpa peduli sekitar Azna berlari dengan rok yang agak tersingkap, jangan lupakan senyuman yang seperti orang gila.

"Kenapa lo? Kesambet?" tanya Keenan saat bertepatan dengan Azna di depan kelas.

Azna hanya menggeleng, ia mengigit bibir bawahnya berusaha menahan senyuman yang tak kuasa ia lunturkan.

"Dihh, aneh," seloroh Keenan.

"Hua ... Azna bahagia banget!" jerit Azna melengking. Ia sudah tak tahan untuk tersenyum dengan tersipu malu.

Sekelebet bayangan Anaz yang tersenyum terus saja berputar di otak. Membuat Azna seperti orang gila. Azna sudah berusaha untuk menghilangkan bayangan Anaz yang tersenyum, susah payah ia lakukan. Seperti menepuk pipinya dengan telapak tangan, meremas pipi, menelungkupkan kepala, bahkan jari tangannya ia gigit sampai merah. Namun nihil, bayangan itu terus berputar tanpa henti.

Hingga suara menggelegar dari guru fisika yaitu Bu Laras membuyarkan lamunannya. Ohh sungguh, Azna patut bersyukur pada bu Laras yang dapat mengalihkan pikiran Azna dari lelaki itu.

I'm Fine (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang