Bab 27

1.3K 66 1
                                    

Aku menyayangi kalian semua yang menyayangiku,
Jangan pernah katakan jahat suatu saat kalian kehilanganku.

Azna

******

Suara orang di sekeliling Azna mulai terdengar samar-samar, mata Azna kian mengabur.

Azna memegang pangkal hidung, merasakan ada sesuatu yang mengalir dari sana.

Azna memencet hidungnya menggunakan ibu jari dan jari telunjuk, mencoba menghentikan sesuatu berwarna merah, dengan bau anyir, darah.

Hingga semua menjadi gelap dan juga tak terdengar.

"Azna!!"

Suara yang terakhir Azna dengar hanyalah teriakan seseorang memanggil namanya.

*****

Hari ini, Azna kembali dibawa ke rumah sakit. Sudah puluhan lebih Azna masuk ke ruangan berbau obat ini. Namun, tidak pernah membawakan kabar baik bagi dirinya.

Sekujur tubuh Azna terpasang berbagai alat dokter, Ibu Asih menatap penuh pilu anak gadis di depannya.

Asih yakin, putrinya ini bukan hanya menderita demam biasa. Ia merasa anak angkat ia menyembunyikan sesuatu, karena tidak mungkin jika hanya demam biasa bisa masuk kembali ke rumah sakit.

Keadaan Azna kini lebih parah dari kemarin, Arka merasa tidak becus mengurus salah satu pasien muda yang mampu membuatnya tersenyum. Keyakinan gadis itu akan sembuh seolah menjadi beban baginya.

*****

Tubuh Azna terbaring di atas brankar rumah sakit, Anaz mengamati setiap inci wajah Azna yang pucat pasi. mata yang terpejam sempurna, entah kapan kelopak mata tersebut akan membuka. Hidung mancung, alis tebal, bibir tipis yang membentuk garis lurus.

Tidak ada lengkungan bahkan tawa dari bibir itu, kini bibir yang selalu melengkung hanya berbentuk garis lurus, mengekspresikan sang empu. Tatapan kasihan, bukan tatapan memuja apalagi karena cinta.

Anaz menyempatkan diri datang ke rumah sakit setelah pulang sekolah, ada teman-temannya  juga. Namun, mereka membiarkan Anaz lebih dulu menemui Azna.

Raga Azna ada di depan Anaz, tapi hati dan jiwanya jauh entah kemana.

"Azna, semoga lo baik-baik aja."

Anaz meninggalkan ruangan setelah mengucapkan kata tersebut, kata terakhir sebelum akhirnya Anaz keluar dari ruangan.

Semua teman Azna saling mengungkapkan rasa bersalah juga memohon padanya.

*******

Setelah satu hari kejadian Azna tidak sadarkan diri yang membuat Anaz langsung kalang kabut, kini Anaz sudah rapi dengan kunci mobil di tangan kanannya.

Masih cukup pagi untuk membesuk Azna, tapi apa boleh buat. Umminya kekeh ingin ke rumah sakit hari ini juga. Sejak Anaz memberi tahu pada Ummi tentang Azna, Ummi langsung meminta ke rumah sakit. Padahal Anaz menceritakannya pukul sepuluh malam.

"Ayo Naz, buruan!" seru Ummi.

"Iya, Ummi."

Anaz berlari kecil untuk menyusul Umminya yang sudah duduk manis di samping jok kemudi.

I'm Fine (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang