Chapter 07 - Ayo Belanja!

6.5K 1K 35
                                    

Setelah situasi canggung yang terjadi selama beberapa menit, Jeongin akhirnya menghela nafasnya dan berusaha mencairkan suasana.

"Lupakan, bagaimana kalau kita pergi sekarang?" tanya jeongin dengan senyum lebar yang menghiasi wajahnya, Hyunjin mengangkat pandangannya kemudian ikut tersenyum dan menganggukkan kepalanya.

"Kalau begitu ayo!"


"Eumm...Jeong, bagaimana menurutmu?" Hyunjin keluar dari ruang ganti dengan kaos putih bergambar menara Eiffel dengan celana jeans selutut dan jangan lupakan topi kupluk berwarna putih yang menutupi rambut Hyunjin.

Jeongin yang awalnya sibuk melihat-lihat pakaian yang ada, seketika menjadi terkagum melihat penampilan Hyunjin. Benar-benar tampan, batinnya.

"Bagus sekali, kau cocok mengenakannya." ucap Jeongin antusias. Sebenarnya Hyunjin itu akan terlihat cocok mengenakan apapun.

"Benarkah?" Jeongin mengangguk dengan antusias sebagai jawaban dari pertanyaan Hyunjin.

Hyunjin kemudian tersenyum jahil. "Apa aku terlihat tampan?"

Jeongin yang awalnya sumringah, seketika mendatarkan pandangannya, Jeongin tak menyangka Hyunjin ternyata narsis juga. Namun sayangnya Jeongin tak kehabisan akal untuk menyahuti ucapan Hyunjin, Jeongin masih punya banyak cara untuk menutupi kegugupannya.

"Hampir, coba saja tak ada perban yang membalut tanganmu itu, kau pasti akan terlihat tampan."

Hyunjin hanya tertawa mendengar sindiran yang Jeongin berikan kepadanya.

"Tapi Jeong, apa ini tidak terlalu mahal? Aku sama sekali tidak punya uang untuk menggantinya." ucap Hyunjin sendu, mungkin setelah ini, Hyunjin akan mulai mencari pekerjaan, setidaknya dia tidak benar-benar menjadi parasit bagi Jeongin.

"Berapa kali harus kukatakan, jangan memikirkan hal itu, kau hybridku, jadi tak masalah. Aku punya tabungan sendiri dan itu sudah lebih dari cukup."

Entah bagaimana dan siapa yang memulai, namun secara tak langsung terdapat spekulasi yang beredar di masyarakat mengenai seseorang yang mengklaim hybrid sebagai miliknya,, harus bisa mempertanggung jawabkan segala keperluan sang hybrid. Sedikit banyak hybrid itu diperlakukan seperti peliharaan, namun dalam artian yang positif. Jika kita perhalus lagi, sistemnya mirip dengan daddy babby sugar. Jika kalian tak mengerti, lebih baik lupakan saja.

Hyunjin kemudian berjalan mendekati Jeongin dan mengacak ngacak rambut Jeongin. "Tapi aku masih merasa tak enak, nanti aku akan mencari pekerjaan supaya bisa mengganti semuanya."

"Terserahmu saja Jin, aku malas berdebat. Astaga jangan rusak rambutku bodoh!" Jeongin memekik tak teriman saat tatanan rambutnya dirusak oleh Hyunjin. Tak tahukan Hyunjin bagaimana perjuangan Jeongin menata rambutnya ke atas sehingga menampilkan dahi mulusnya?

"Ah maaf, maaf, tapi kau sangat menggemaskan saat sedang kesal."

"Kau tahu, aku akan terlihat lebih menggemaskan jika kau segera mengambil beberapa pasang baju yang kau perlukan, cepatlah perutku sudah lapar."

Jeongin tetap Jeongin, selalu mempunyai cara untuk tidak terlihat salah tingkah.


Setelah mengisi perut mereka masing-masing. Jeongin kemudian menyeret Hyunjin menuju ke area permainan, setelah membeli beberapa koin yang akan mereka gunakan untuk bermain, Jeongin kembali menyeret Hyunjin untuk masuk lebih dalam.

Untuk permulaan, Jeongin mengajak Hyunjin menuju ke mesin pencapit boneka, hal yang sangat mudah ditebak.

"Hyunjin lihat, aku biasanya mahir memainkan benda ini." Jeongin dengan rasa percaya diri yang tinggi, mulai memasukkan koin dan menggerakkan pencapit bonekanya. Namun sayangnya, rasa percaya diri Jeongin dihempaskan begitu saja saat ia gagal dalam percobaan pertamanya.

Tak ingin menyerah, Jeongin kembali mencoba dan untungnya, pada percobaan ketiga, Jeongin berhasil mendapatkan boneka rubah yang terlihat lucu.

Jeongin tersenyum senang sambil mengambil hadiahnya, ia berbalik dan memandang Hyunjin dengan senyum cerahnya. "Ini untukmu."

"Eh? Terimakasih." Hyunjin sedikit terkejut namun dengan cepat menerima pemberian Jeongin, sebuah senyum kembali muncul di bibir Hyunjin. Hyunjin tak habis pikir, kenapa Jeongin selalu memiliki cara untuk membuatnya tersenyum?

"Kau mau mencobanya?"

"Eumm...baiklah." Hyunjin kemudian memasukkan keeping koin yang ia miliki lalu mengarahkan mesin pencapitnya pada boneka karakter pokemon yang sangat terkenal, Pikachu.

Ajaibnya, Hyunjin dalam sekali percobaan langsung berhasil, membuat Jeongin menganga tak percaya.

"Ba-bagaimana bisa?"

"Aku sudah tau trick memainkan mesin ini." balas Hyunjin tak kalah bangga.

"Hey...kau curang, ajari aku." Jeongin tanpa sadar memajukan bibirnya tanda ia sedang merajuk.

"Kau tak perlu tahu caranya, jika kau ingin, aku bisa mengambilkannya untukmu,"

"Ini." lanjut Hyunjin sambil menyerahkan boneka yang ia dapatkan ke arah Jeongin.

"Ini sama saja kita saling bertukar boneka." Jeongin mencebikkan bibirnya namun tetap mengambil boneka Pikachu pemberian Hyunjin.

"Kau mau bermain apa lagi? Aku akan menemanimu."

Jeongin kembali berseri. "Aku mau bermain dance machine."

Hyunjin mengangguk dan pasrah saja ditarik-tarik oleh Jeongin, mengabaikan rasa sakit yang tiba-tiba menyerang kepalanya.

"Hyunjin ayo bermain bersama!"

"Tapi aku tidak-"

Belum sempat Hyunjin menyelesaikan ucapannya, dirinya sudah ditarik terlebih dahulu oleh Jeongin.

Jeongin dengan senang mulai memencet tombol play setelah memilih musik yang ia inginkan. Jeongin kemudian mulai menggerakkan kakinya mengikuti instruksi yang terdapat pada layar, tanpa ada kesalahan sedikitpun.

Hyunjin tentu tak mau kalah, ia juga mulai menggerakkan kakinya dengan lincah, tentu bukan masalah yang besar bagi Hyunjin mengingat dirinya yang tergabung dalam ekskul dance di sekolahnya.

Mereka bedua bergerak semakin semangat, memacu diri satu sama lain untuk menunjukkan yang terbaik. Sampai pada akhirnya musik berakhir dan mereka mendapatkan score seri, score sempurna.

Menit berganti jam, secara tak sadar mereka sudah berada di mall selama lebih dari tiga jam. Menyadari bahwa hari sudah mulai sore, Jeongin akhirnya mengajak Hyunjin untuk pulang.

"Jin, kau tak apa?" tanya Jeongin karena melihat wajah Hyunjin yang memucat, pemuda tersebut juga sedari tadi tak jarang memegang kepalanya sembari memejamkan mata, seolah sedang menahan rasa sakit.

"Aku baik-baik sa-"

Brukk...

"HYUNJIN!"

Belum sempat Hyunjin menyelesaikan ucapannya, dirinya sudah terlebih dulu ambruk dan merasakan dinginnya lantai.

Belum sempat Hyunjin menyelesaikan ucapannya, dirinya sudah terlebih dulu ambruk dan merasakan dinginnya lantai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

To Be Continue



Tertanda, 15/12/2019

Bee, baru pulang dari dunia luar

Golden Cat [Hyunjeong] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang