___________________________Warn : Batas Suci Egen!
___________________________Plokk...
Plokk...
Plokk...
"Ahhhh..." Jeongin mendesah tertahan saat penis Hyunjin lagi-lagi menyentuh prostatnya.
Tubuh Jeongin terhentak-hentak kala Hyunjin semakin mempercepat gerakan pinggulnya, sedikit lagi akan mencapai klimaksnya.
"Ji-Jin ahhh...a-aku lelah..." ucap Jeongin diselingi dengan desahannya, pasalnya sudah tiga jam lebih Hyunjin mengobrak-abrik lubang Jeongin tanpa henti, membuat lubangnya terasa perih dan lupakan pinggangnya yang pegal.
Hyunjin sedikit membungkukkan tubuhnya dan mengecup lalu melumat kecil bibir Jeongin.
"Tunggu sebentar sayang."
"Ahh...hah...hmphh...H-hyunjinhh..." Jeongin mendesah semakin keras saat Hyunjin menusuk lubangnya dengan tempo dan gerakan tak beraturan..
"Kau sangat nikmathh...hahh...hahh..." Hyunjin sedikit bergetar saat cairan putih keluar dari penisnya, pelepasan kesekian kali yang mengakhiri kegiatan mereka malam ini.
Tak berbeda dengan kondisi Hyunjin, Jeongin kini juga bergetar kecil, merasakan lubangnya penuh dan hangat.
Plopp...
Hyunjin lalu menarik penisnya keluar dari lubang Jeongin, sebelum akhirnya merebahkan diri sembari menarik Jeongin ke dalam pelukannya.
"Maafkan aku Jeong, tidurlah, terimakasih, aku mencintaimu." ucap Hyunjin tulus kemudian mulai mengecup kening Jeongin, lalu turun ke dua manik indahnya, hidung bangir Jeongin dan berakhir di bibir ranum kekasihnya.
"Tak apa, aku juga mencintaimu Hyunjin."
•
"Hoekk..." Jeongin lagi lagi memuntahkan isi perutnya setelah bangun tidur, sudah sejak seminggu ini hal tersebut menjadi rutinitas bagi Jeongin.
"Kau tak apa?" tanya Hyunjin sembari memijat tengkuk calon istrinya tersebut. Ah iya, ngomong ngomong, waktu terasa cepat berlalu saat mereka bersama, tak ada lagi hambatan yang terlalu mengganggu dalam hubungan mereka, semua baik-baik saja bahkan sampai Jeongin mencapai tahun ketiga di jenjang kuliahnya.
Sudah berapa tahun ya? Hyunjin sampai tak menyadari saat ini ia sedang memimpin sebuah perusahaan milik ayahnya yang dulu sempat terancam bangkrut. Namun berkat semua kepintaran yang ia miliki, Hyunjin berhasil mempertahankan saham dan membawa perusahaannya untuk bangkit, meski masih berada di peringkat ketiga dalam perusahaan terbesar di negaranya.
"A-aku tak apa." jawab Jeongin sembari membersihkan mulutnya menggunakan air wastafel.
"Tapi kau terlihat pucat, apa kau yakin akan pergi kuliah saat ini?" Hyunjin menatap Jeongin khawatir, pasalnya Jeongin tak terlihat baik-baik saja, wajahnya pucat dengan raut wajah yang sayu juga suara yang terdengar lemah.
"Aku tak a-"
Brukk...
Sayangnya Jeong, kau tak pandai berbohong saat ini.
•
Jeongin perlahan membuka matanya, mengerjapkan pelan sembari mengamati ruangan putih yang tengah menampungnya saat ini. Tak perlu waktu banyak bagi Jeongin untuk menyadari jika dirinya sekarang tengah berada di rumah sakit.
Cklekk...
Tak seberapa lama setelah Jeongin siuman, pintu ruang rawatnya dibuka dan menampilkan sosok pemuda tampan yang sangat ia cintai.
"H-Hyunjin-"
Ucapan Jeongin lagi-lagi terpotong kala Hyunjin tanpa peringatan langsung memeluk tubuhnya erat. Jeongin terkejut lalu mengerutkan alisnya bingung, terlebih lagi saat Jeongin merasakan sesuatu yang basah mengenai pundaknya.
Jeongin mulai merasa perasaan buruk, apakah ia menginap penyakit yang parah?
"A-apa yang terjadi denganku?" tanya Jeongin panik sembari membalas pelukan Hyunjin tak kalah erat. Air mata bisa saja menetes dari mata rubahnya jika saja Hyunjin tak dengan cepat melepaskan pelukannya lalu mengecup bibir Jeongin dengan lembut.
"Jeong, terimakasih." Hyunjin menjauhkan wajahnya, menatap wajah Jeongin dengan penuh kasih sayang.
"Untuk apa?"
"Di sini, ada anak kita di dalam sini." Hyunjin kemudian membawa tangannya dan mengelus perut datar Jeongin. Bohong jika Jeongin mengatakan jika dirinya tak terkejut.
"A-apa maksudmu? I-itu tak mungkin." Jeongin menutup mulutnya kemudian menggelengkan kepalanya dengan pelan, Jeongin sudah tak bisa menahan air matanya lagi saat ini.
"Dokter mengatakan semenjak setahun belakangan, rahimmu sudah matang dan pada akhirnya bisa membentuk sebuah janin setelah kita melakukan hubungan badan sebulan yang lalu. Umur bayi kita sudah satu bulan." ucap Hyunjin lembut sembari mengusap air mata Jeongin, namun ia tak bisa menyembunyikan rasa antusias yang Hyunjin rasakan saat ini.
"H-hikss...a-aku sangat bahagia." Jeongin secara tiba-tiba langsung menarik leher Hyunjin lalu memeluknya erat sembari menumpahkan tangis bahagia yang ia rasakan saat ini.
Jeongin menangis terisak dengan Hyunjin yang setia menenangkan rubahnya tersebut. Namun entah kenapa Jeongin mendorong Hyunjin sehingga pelukan mereka terlepas.
"Ini semua karena kau yang terus-terusan menyemburkan benih di dalam lubangku. Lain kali tolong kendalikan hormonmu itu Hwang."
Hyunjin terkejut, tentu saja, perubahan mood Jeongin sangat ekstream akhir-akhir ini. Tapi di detik selanjutnya Hyunjin tersenyum lembut kemudian kembali menarik tubuh Jeongin ke dalam pelukannya untuk kedua kalinya, mengabaikan gerakan memberontak yang Jeongin keluarkan.
"Astaga rubahku sangat menggemaskan." ucap Hyunjin kemudian mulai menciumi pucuk kepala Jeongin, membuat yang lebih muda terdiam dengan wajah yang cemberut. Terjawab sudah kenapa Jeongin menjadi sensitif akhir-akhir ini, ternyata kekasih rubahnya tersebut tengah mengandung anaknya.
Untuk sejenak, lupakanlah masalah kuliah Jeongin yang akan sedikit terganggu nanti, karena rasa bahagia tengah melingkupi kedua insan tersebut.
Ah Hyunjin akan segera memajukan tanggal pernikahan mereka.
BonChap END
Eh maljum 🌚
Maaf mengecewakan :(
Btw, hutang lebah udah lunas dong :]
Gila gak sih gue ngetik chap ini pas kumpul sama bonyok juga kakak gue?
Tertanda, 09/01/2020
Bee, melunasi hutang
KAMU SEDANG MEMBACA
Golden Cat [Hyunjeong] ✔
FanfictionJeongin sangat terkejut saat melihat seseorang akan melompat dari jembatan di depannya, namun Jeongin lebih terkejut ketika melihat telinga kucing melekat di tubuh lelaki yang ia selamatkan. __________ 10 Desember 2019 •Copyright © Schorpy