Jeongin terbangun dari tidurnya, merasa sangat haus di tenggorokannya. Dengan nyawa yang masih diawang-awang, Jeongin mengubah posisinya menjadi duduk dan melihat ke arah Hyunjin yang terlihat sedang melamun sambil menatap langit-langit kamarnya.
Oh, bisakah kita mengatakan kalau Jeongin itu gila? Pasalnya ia sudah membiarkan Hyunjin tidur di tempat tidurnya, padahal mereka baru saja bertemu kurang dari dua puluh empat jam. Namun peduli setan, Jeongin tahu kalau Hyunjin tak memiliki niat jahat.
"Hey, ada apa?" tanya jeongin dengan suara serak khas orang baru bangun tidur. Hyunjin terlihat terkejut mendengar suara Jeongin, ia pikir Jeongin sudah tertidur dari tadi.
"Kau bangun? Apa aku membuatmu tak nyaman? Maafkan aku." Hyunjin kembali menyendukan pandangannya, telinga kucingnya terlihat melayu, menandakan Hyunjin tengah sedih saat ini.
Jeongin dengan cepat menggelengkan kepalanya meski hal itu membuatnya merasa sedikit pusing.
"Tidak, aku hanya kebetulan bangun saja, tenggorokanku haus." jawab Jeongin seadanya sembari mencari segelas air yang biasanya selalu ia siapkan di atas nakas. Namun sedetik kemudian, Jeongin merutuki kebodohannya karena lupa menyimpan air tadi.
"Ah sial." Jeongin merutuk kemudian dengan perasaan yang sangat malas dan terpaksa, Jeongin menyingkap selimut yang ia pakai, turun dari tempat tidurnya, hendak mengambil segelas air ke dapur.
"Jeong, kau mau kemana?"
"Ke dapur, mengambil air, kau mau?" tawar Jeongin yang dibalas gelengan kepala oleh Hyunjin. Mengikuti apa yang Jeongin lakukan, Hyunjin ikut turun dari tempat tidur Jeongin.
"Aku akan mengantarmu."
"Eh tidak usah, aku bias sendiri."
Hyunjin lagi-lagi menggeleng kemudian berjelen mendekati Jeongin dan menggenggam tangannya.
"Tak apa, aku hanya ingin menemanimu." Jeongin tersentuh, namun juga merasa tidak enak, apa karena ucapannya yang mengatakan kalau ia tak mau sendiri, makanya Hyunjin sampai rela repot-repot menemaninya seperti ini?
Tapi lupakan hal itu, Jeongin lebih baik segera mengambil air dan melanjutkan tidurnya. Demi Tuhan, ini bahkan sudah jam satu pagi.
"Baiklah." Jeongin kemudian berjalan menuju dapur yang terletak cukup jauh dengan kamarnya, tangannya masih berada di dalam genggaman Hyunjin, entah kenapa, Jeongin merasa aman.
Jeongin menudian membuka kulkas dan mengambil air yang ada di dalamnya, menuangkan ke dalam gelas yang sudah Jeongin sediakan barusan.
"Sudah, ayo kembali."
Kriukkk...
Baru saja Jeongin hendak mengajak Hyunjin kembali ke kamar, namun langkahnya terhenti begitu mendengar suara nyaring yang berasal dari perut Hyunjin.
Jeongin kemudian menatap Hyunjin intens, sedangkan yang ditatap hanya bisa memalingkan wajahnya karena malu.
"Jin, kapan terakhir kali kau makan?"
"Eumm...ta-"
"Jujur padaku." Jeongin segera memotong ucapan Hyunjin karena sudah bisa menebak kalau Hyunjin akan berbohong.
Hyunjin menghela nafasnya. "Sekitar seminggu yang lalu."
Jeongin membulatkan matanya terkejut.
"Kenapa kau tidak makan huh!?" tanya Jeongin dengan nada yang sedikit meninggi, hilang sudah rasa kantuknya saat ini.
Hyunjin meirngis pelan melihat kekesalan Jeongin. "Memang apa yang kau harapkan dari orang yang ingin mengakhiri hidupnya?"
Jeongin terdiam, Hyunjin ada benarnya juga, tapi meski seperti itu, Jeongin tetap saja merasa kesal, entah untuk hal apa. Oh sadarlah Jeong, kalian sebelumnya hanyalah orang asing yang kebetulan bertemu, kenapa tingkahmu seolang olah Hyunjin itu sudah kau kenal sejak lama?
"Diam di sini!" Jeongin kemudian kembali menaruh gelas airnya, membuka kulkas lagi untuk melihat lihat bahan makanan yang sekiranya bisa ia masak sekarang. Dan pilihannya akhirnya jatuh kepada sekaleng tuna yang sudah ia stok.
"Kau suka ikan?"
Hyunjin mengangguk.
"Kalau begitu akan kuhangatkan sekarang."
Hyunjin terkejut, tentu saja. "Tidak usah Jeong, lagipula aku tidak terlalu lapar."
"Tidak terlalu lapar katamu? Jelas-jelas tadi perutnmu berbunyi nyaring. Dan apa-apaan itu, tidak makan selama seminggu huh? Kau mau merusak lambungmu atau bagaimana?" Jeongin mulai mendumel sembari menyiapkan pengorengan untuk menghangatkan tuna kalengannya.
Jeongin kemudian memeriksa nasi di dalam magic com, namun sialnya tidak ada nasi di dalam sana.
"Hyunjin, maaf karena tidak ada nasi. Kau makan ini saja sebagai pengganjal lapar, nanti pagi akan kusiapkan makanan untukmu." Jeongin lagli-lagi melemparkan tatapan bersalah yang Hyunjin tak suka itu.
"Tidak apa Jeong. Kau harusnya tidak perlu memasak sekarang, aku ini hybrid, aku tidak akan mati hanya karena tidak makan seminggu."
"Blablabla...aku tak peduli, apapun yang terjadi kau harus makan dan menghabiskan ini." ucap Jeongin sembari memindahkan tuna yang sudah matang tersebut ke atas piring.
"Habiskan!"
Hyunjin kembali menghena nafasnya, jika sudah seperti ini, apa boleh buat. Mau tak mau Hyunjin kemudian duduk di hadapan Jeongin, lalu menarik piringnya mendekat dan mulai memakan masakan Jeongin, meski dalam hati Hyunjin sedikitpun tidak memiliki nafsu makan.
Hyunjin sangat kurus sekarang, Hyunjin mungkin sudah kehilangan banyak berat badannya.
Selama beberapa menit Hyunjin tidak mendengar suara Jeongin lagi, namun Hyunjin tetap memilih untuk menyelesaikan makannya terlebih dahulu agar bisa lebih cepat kembali ke kamar bersama Jeongin. Hyunjin yakin anak itu sudah sangat mengantuk saat ini.
Dan benar saja, saat Hyunjin sudah selesai dan mengangkat pandangannya, ia melihat Jeongin yang sudah tertidur dengan tangan yang terlipat di atas meja, digunakan sebagai bantalan kepalanya. Terlihat sangat polos dan menggemaskan.
Hyunjin kemudian dengan cepat mencuci peralatan makannya dan meletakkannya di tempat yang seharusnya, sebelum secara perlahan mulai menggendong Jeongin menuju ke kamarnya.
Dengan sangat hati-hati, Hyunjin meletakkan Jeongin di atas tempat tidurnya lalu menyelimuti Jeongin supaya tidak kedinginan.
Hyunjin pergi ke toilet untuk menyikat giginya, lalu setelah itu kembali berbaring di sebelah Jeongin. Hah...sepertinya malam ini Hyunjin tidak bisa tidur, lagi.
To Be Continue
Kalau segini, gak kependekan ya?
Btw, makasi udah mau mampir ke cerita sampis ini :)
Tertanda, 12/12/2019
Bee, lagi sarapan di kantin
KAMU SEDANG MEMBACA
Golden Cat [Hyunjeong] ✔
FanfictionJeongin sangat terkejut saat melihat seseorang akan melompat dari jembatan di depannya, namun Jeongin lebih terkejut ketika melihat telinga kucing melekat di tubuh lelaki yang ia selamatkan. __________ 10 Desember 2019 •Copyright © Schorpy