Hari pertama Hyunjin bisa terlewati dengan baik, ia mampu beradaptaasi dan menerima pelajaran dengan cukup baik, ya tentunya dengan bantuan dari Jeongin juga.
Sore ini Jeongin berencana untuk ikut dengan Hyunjin untuk ke cafenya Woojin, Jeongin hanya penasaran dan merasa bosan jika sendirian di rumah makanya ia memutuskan untuk ikut, meski Jeongin juga tidak tahu pasti apa yang akan dia lakukan di café nanti.
"Jin, menurutmu apa aku perlu bekerja di sana juga?" tanya Jeongin sambil menunduk dan memperhatikan langkah kakinya, bergerak sebisa mungkin supaya seirama dengan langkah Hyunjin.
Hyunjin yang sedari tadi menggandeng tangan Jeongin supaya yang lebih muda tidak terjatuh ataupun tersandung sesutu, kemudian menoleh dan menatap Jeongin yang masih setia menunduk.
"Eumm...kurasa tak usah Jeong."
Jeongin mengangkat pandangannya dan menatap Hyunjin dengan pandangan bertanya. "MEmangnya kenapa?"
"Bekerja itu cukup menguras tenaga, aku tak mau kau kelelahan." ucap Hyunjin sembari mengusap surai Jeongin yang dihadiahi raut cemberut oleh si rubah, menggemaskan.
Sesampainya di depan café, baik Hyunjin maupun Jeongin mengerutkan alisnya bingung, padalnya di depan café tersebut masih terpasang tanda 'close' dan tak terlihat ada siapapun di dalam sana.
"Jin, kenapa cafenya tutup?"
"Aku juga tak tahu Jeong, tunggu sebentar, aku akan menanyakannya pada kak Woojin."
Hyunjin kemudian merogoh saku celananya, berencana menelfun nomor Woojin yang dia dapatkan beberapa tempo hari lalu.
Namun belum sempat Hyunjin memencet tombol panggilan, sebuah pesan masuk dari nomor yang sama.
Woojin
Hyunjin maaf baru mengabarimu, hari ini café tutup karena aku sedang ada bimbingan skripsi, dosennya datang sangat terlambat
Terjawab sudah pertanyaan Hyunjin. Jari-jari Hyunjin bergerak dengan cepat untuk mengetikkan balasan pesan lalu kembali mengantongi benda pipih berwarna hitam tersebut ke dalam saku celananya.
"Jeong, sepertinya café tidak buka hari ini."
"Tapi kenapa?"
"Kak Woojin tengah sibuk dengan urusan skripsinya."
Jeongin hanya ber-oh ria menanggapi ucapan Hyunjin.
"Lalu sekarang apa?"
Hyunjin terlihat berpikir, begitu pula dengan Jeongin. Mereka berdua sudah terlanjur di luar, mungkin membeli makan atau jalan-jalan sebentar akan menjadi ide yang bagus.
"Bagaimana kalau kita pergi jalan-jalan dulu ke bundaran? Toh letaknya tak terlalu jauh dari sini."
Mata Jeongin terlihat berbinar, daripada suntuk di rumah dan tidak melakukan apapun, menghabiskan sore di bundaran kota tidak terdengar buruk. Setidaknya mereka bisa sekedar jalan-jalan ataupun membeli jajanan yang ada di sana nanti.
"Baiklah, aku mau."
Hyunjin tersenyum lalu kembali menggandeng tangan Jeongin menuju ke bundaran kota.
•
Tempat ini cukup ramai, terdapat kolam dan air mancur di tengah tengah bundaran, ditambah lagi dengan rumput yang menjadi alasnya dan juga beberapa tumbuhan yang sengaja ditanam di sini, pantas saja tempat ini menjadi tempat favorite untuk menghabiskan sore atau sekedar untuk melepas penat dari aktifitas monoton yang membosankan.
Jeongin dan Hyunjin duduk di bawah salah satu pohon, mengamati kendaraan yang berlalu lalang di sekitar bunadran, terlihat sangat sibuk dan ramai namun tidak sampai menimbulkan kemacetan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Golden Cat [Hyunjeong] ✔
FanfictionJeongin sangat terkejut saat melihat seseorang akan melompat dari jembatan di depannya, namun Jeongin lebih terkejut ketika melihat telinga kucing melekat di tubuh lelaki yang ia selamatkan. __________ 10 Desember 2019 •Copyright © Schorpy