Chapter 05 - Aku Pulang

6.8K 1.1K 126
                                    

"Aku pulang." sapaan yang tak biasa keluar dari bibir tipis Jeongin saat ia sudah sampai di tempat yang disebutnya rumah.

Jeongin memasuki rumahnya dan sedikit menyerngitkan dahinya kala mendapati kesunyian yang menyambutnya, tanpa ada tanda-tanda Hyunjin di sana.

"Hyunjin, kau dimana?" tanya Jeongin cukup keras supaya Hyunjin bisa mendengarnya.

Masih belum ada sahutan, Jeongin kemudian mulai mencari keberadaan Hyunjin. "Apa dia pergi?" batin Jeongin yang mulai khawatir.

Namun kekhawatirannya seketika sirna saat mendapati sosok yang lebih tinggi darinya itu keluar dari kamar mandi yang terletak di samping dapur, sedikit informasi tak penting, rumah Jeongin memiliki beberapa kamar mandi, termasuk kamar mandi yang terletak di dalam kamar tidur.

"Ah Jeongin, kau sudah pulang? Maaf aku tak mendengarmu." ucap Hyunjin sembari melangkahkan kakinya mendekat ke Jeongin.

"Tak apa, hah...aku lelah." Jeongin dengan refleks langsung menubrukkan tubuhnya ke Hyunjin, menumpukan seluruh tubuhnya ke lelaki hybrid itu, beruntung Hyunjin mempunyai refleks bagus sehingga ia bisa langsung menangkap tubuh Jeongin sebelum jatuh mengenai lantai.

Jeongin memang seperti ini, jika ia kelelahan, Jeongin sering bertingkah manja, tanpa bisa ia kendalikan.

"Kau baik-baik saja?" tanya Hyunjin khawatir senbari mengeratkan pelukannya di tubuh Jeongin. Jeongin yang tersadar seketika menegakkan tubuhnya.

"Maafkan aku, aku tak sengaja." ucap Jeongin canggu sembari merutuki sikapnya yang lancang dalam hati.

Hyunjin tersenyum menatap Jeongin. "Tidak masalah, kau menggemaskan."

Ya Tuhan, kenapa Jeongin berdebar?

"Kau sudah makan?" tanya Jeongin yang cepat-cepat mengalihkan perhatian sebelum rasa gugupnya semakin menjadi-jadi.

"Sudah, masakanmu sangan enak, aku menyukainya, terimakasih."

Jeongin tersipu, ia senang kalau Hyunjin menyukai masakannya, meski itu hanya roti sandwich dengan tambahan irisan ikan dan daging serta segelas susu untuk minumannya, Jeongin tak sempat menyiapkan makanan yang lain.

Jeongin mengangguk. "Tunggu sebentar, aku akan mandi dan mengganti pakaian, setelah itu aku akan memasak, ini sudah cukup sore dan aku lapar."

Jeongin menampilkan cengirannya sebelum berjalan menuju kamarnya lalu melakukan hal yang ia katakan tadi.

"Tadaaa...nasi goreng seafood ala Jeongin sudah matang." ucap Jeongin ceria sambil menghidangkan masakannya di atas meja makan. Hal itu membuat senyum Hyunjin tertarik dengan sendirinya. Namun di balik itu semua, Hyunjin sangat-sangan merasa bersalah, ia merasa sudah menjadi beban dan selalu merepotkan Jeongin. Mungkin setelah ini Hyunjin akan pergi, entah kemana, mungkin pulang, atau kembali ke sisi orang tuanya.

Hyunjin cukup sadar diri untuk tidak merepotkan Jeongin dan menjadi parasit lebih dari ini. Padahal, Jeongin sama sekali tidak penah berpikir seperti itu, Jeongin justru senang dengan kehadiran Hyunjin karena setidaknya, ia tidak akan menjadi gila akibat kesunyian yang Jeongin dapati setiap harinya.

"Wah terimakasih banyak, siapapun yang menjadi pasanganmu nanti pasti sangat beruntung." Hyunjin tak menyadari kalau ucapannya itu membuat rona merah muda tipis muncul di pipi tirus Jeongin yang dihiasi oleh lesung pipi akibat tersenyum.

"Kau bisa saja Jin, aku merasa tersanjung hahaha..." Jeongin tertawa riang lalu menyendokkan nasi goreng ke piringnya dan juga Hyunjin. Setelah melafalkan doa sebelum makan, Jeongin mengambil sendok dan garpu lalu bersiap untuk menyantap nasi gorengnya.

"Selamat makan."

"Selamat makan juga."

Hyunjin dan Jeongin mulai menyuapkan sesendok nasi ke mulutnya.

"Astaga enak sekali, aku memang berbakat dalam hal memasak." ucap Jeongin bangga setelah menelan suapan pertamanya.

Hyunjin menganggukan kepalanya setuju, masakan Jeongin memang sangat enak, mungkin Jeongin diberkati tangan yang memang cocok mengolah bahan-bahan mentah tersebut. Hyunjin melanjutkan makannya tanpa sepatah katapun, ia memang tipikal yang malas berbicara jika sedang makan, jadi jangan heran kalau orang-orang akan ia abaikan.

Dentingan demi dentingan sendok terdengar hingga suapan terakhir dari nasi goreng tersebut habis.

"Terimakasih makanannya."

Hyunjin kemudian membawa piring kotornya menuju ke wastafel lalu mulai mencucinya. Tak lama Jeongin ikut menyusul dan melakukan hal yang sama seperti Hyunjin.

"Jin, bagaimana kalau setelah ini kita pergi ke mall, kau harus mempunya beberapa pasang baju bukan?"

"Ti-tidak usah Jeong. Lagipula aku di sini tidak akan lama."

Tatapan Jeongin yang awalnya cerah, seketika berubah sendu. "Ta-tapi kenapa?"

Melihat raut sedih Jeongin, Hyunjin dengan cepat mengeringkan tangannya lalu menangkup wajah itu dengan pelan.

"Aku tidak bias terus merepotkanmu seperti ini Jeong."

"Kau tidak merepotkanku."

"Tapi aku merasa seperti itu."

Jeongin menatap Hyunjin kesal.

"Kenapa kau tak mengerti juga huh? Aku suka kau di sini, aku senang semenjak kau muncul, aku suka dengan kehadiranmu. Aku tahu ini gila, tapi entah kenapa aku tak ingin kau pergi."

Setetes kristal bening mengalir dari mata jernih Jeongin tanpa bisa ia cegah. Sungguh, tanpa alasan yang jelas, Jeongin benar-benar tidak ingin Hyunjin pergi.

Hyunjin terkejut, tentu saja, ia sama sekali tak menyangka dengan pengakuan Jeongin barusan. Untuk saat ini, apa yang harus Hyunjin lakukan?

Hyunjin menarik Jeongin ke dalam pelukannya, membuarkan Jeongin memeluknya erat sembari menumpahkan air matanya.

"Tapi kenapa? Aku hanyalah orang aneh yang berubah menjadi hybrid. Aku tak bisa apa-apa, aku hanya akan merepotkanmu. Aku bahkan tidak mempunyai uang sedikitpun." ucap Hyunjin pelan, tangannya bergerak untuk mengusap punggung Jeongin yang bergetar.

"Aku tak peduli, aku hiks...hanya tak mau kau pergi."

Hyunjin bingung, sungguh. Melihat Jeongin yang menangis seperti ini, entah kenapa membuat hatinya terasa sesak. Apakah ini karena nalurinya sebagai hybrid yang sudah ditolong, ataukah karena hal lain, Hyunjin tak mau mengetahui jawabannya.

Beberapa menit diisi dengan isak tangis Jeongin, hingga pada akhirnya Hyunjin mengucapkan sebuah kalimat yang membuat tangis Jeongin berhenti.

"Jeong, apakah kau masih mau menerimaku sebagai hybridmu?"

"Jeong, apakah kau masih mau menerimaku sebagai hybridmu?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

To Be Continue




Tertanda, 14/12/2019

Bee, mau ke kantin

Golden Cat [Hyunjeong] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang