Jeongin panik, selama beberapa menit terakhir, Jeongin duduk sambil menggigit jarinya, menunggu dokter yang menangani Hyunjin keluar dari ruang periksa.
Cklekk...
Jeongin langsung mengangkat pandangannya lalu sedetik kemudian langsung berdiri saat dokter paruh baya yang memeriksa Hyunjin keluar.
"Dok, bagaimana keadaan Hyunjin?" tanya Jeongin to the point.
"Tenanglah nak, temanmu baik baik saja, ia hanya kelelahan dan tertekan belakangan ini. Temanmu hanya perlu meminum vitamin saja, dan kuharap semoga pasien tidak terlalu membebani pikirannya karena itu akan berpengaruh ke kesehatan."
"Ba-baiklah dok, terimakasih banyak."
"Sama-sama, kalau begitu aku harus pergi, kau sudah boleh menjenguknya sekarang." dokter tersebut melemparkan senyumannya ke arah Jeongin sebelum berjelan pergi untuk menyelesaikan tugasnya yang lain.
Sepeninggalan sang dokter, Jeongin kemudian memasuki ruangan Hyunjin dan mendapati hybrid tersebut tengah terbaring dengan mata yang terpejam, dan jangan lupakan sebuah infus yang menancap di punggung tangannya.
Jeongin kemudian berjalan mendekati Hyunjin. "Kenapa kau tidak mengatakan kalau kau sakit hmm?"
Jeongin duduk di kursi kecil yang terdapat di samping brangkar, menggenggam tangan Hyunjin yang tak terbalut infus kemudian mengelusnya dengan lembut.
"Kau tahu, kau aneh, kau selalu membuatku khawatir." ucap Jeongin tanpa memperdulikan fakta bahwa dirinya tengah berbicara sendiri saat ini.
"Tapi kau juga membuatku bahagia dengan kehadiranmu."
"Haishh...aku bingung." Jeongin kemudian menyandarkan kepalanya pada sisi brangkar, bertumpu dengan satu tangan sedangkan tangan yang lainnya ia gunakan untuk menggenggam tangan Hyunjin.
Mungkin karena kelelahan, lambat laun Jeongin ikut menyusul Hyunjin ke alam mimpi.
Beberapa menit kemudian...
BRAKKK...
"Jeongin!"
Jeongin terlonjak kaget saat mendengar suara gebrakan yang cukup keras. Saat ia menoleh ke sumber suara, Jeongin bisa melihat Jisung yang berlari tergesa ke arahnya lalu memeluknya dengan erat sampai Jeongin merasa sesak.
"Kau taka pa kan?" tanya Jisung sambil menangkup pipi Jeongin lalu mengarahkan wajah Jeongin ke kiri dan ke kanan, melihat apakah Jeongin terluka atau tidak.
"Hey bodoh, pelankan suaramu, ini rumah sakit." Seungmin muncul dengan Felix yang mengikuti di belakangnya. Seungmin hanya bisa memutar bola matanya malas melihat tingkah Jisung yang sangat berlebihan.
Sebenarnya baik Felix maupun Seungmin harus menahan malu saat datang bersama Jisung ke rumah sakit, pasalnya lelaki tersebut berlari dengan heboh sepanjang koridor. Felix dan Seungmin sampai harus memelankan langkahnya supaya berada jauh dari Jisung lalu mereka berdua berlahat tidak mengenal biang rusuh tersebut.
"Jeongin, kau terlihat sehat?" Felix bingung sendiri setelah melihat kondisi Jeongin yang baik-baik saja. Mereka masih belum menyadari satu sosok yang tengah berbaring di atas brangkar. Beruntung Hyunjin masih berada dalam pengaruh obat sehingga tidak perlu merasa terganggu dengan kehadiran tiga makhluk astral yang merangkap menjadi temannya Jeongin itu.
Jeongin ikut mengerutkan dahinya bingung. "Aku kan memang baik-baik saja Lix."
Seungmin dan Felix saling bertatapan sebentar, lalu secara kompak menatap tajam ke arah Jisung. jisung yang tiba-tiba merasakan aura menusuk di punggungga, seketika membalikkan tubuhnya dengan canggung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Golden Cat [Hyunjeong] ✔
FanficJeongin sangat terkejut saat melihat seseorang akan melompat dari jembatan di depannya, namun Jeongin lebih terkejut ketika melihat telinga kucing melekat di tubuh lelaki yang ia selamatkan. __________ 10 Desember 2019 •Copyright © Schorpy