Malam ini, setelah menghabiskan waktu makan-makan bersama yang lainnya, Hyunjin memutuskan untuk bejalan-jalan sebentar, menghirup udara kota malam yang tak pernah tertidur. Selalu ramai da nada saja aktifitas yang merea lalukan, kota ini tak pernah sepi.
Hyunjin membawa langkahnya menyusuri jalanan kota yang diterangi oleh lampu jalan, hingga tanpa sadar ia sudah sampai di depan sebuah jembatan yang mana merupakan saksi awal pertemuannya dengan Jeongin.
Hyunjin berjalan mendekat ke sisi jembatan melengkung yang cukup indah ini, tidak, Hyunjin tak bermasud mengulangi kesalahannya lagi, ia hanya ingin menikmati pantulan bulan purnama yang terlihat jelas karena jernihnya air di bawah jembatan ini.
Hyunjin mendongkakkan kepalanya, melihat langit malam yang ditaburi bintang –bintang.
Dalam sekejap mata, wajah rubah manisnya terlintas di pikirannya. Hyunjin sangat merindukan pemudian itu, Yang Jeongin.
"Hahh...aku sangat merindukannya." Hyunjin kemudian mengambil ponsel dari sakunya, mencoba peruntungan untuk menelfun nomer ponsel Jeongin.
Dalam panggilan pertama, taka da jawaban, namun entah kenapa Hyunjin ingin mencobanya sekali lagi. Suara ponsel terhubung terdengar, membuat Hyunjin menunggu dengan harap-harap cemas.
"Hallo."
Hyunjin terkejut bukan kepalang, Jeongin benar-benar mengangkat panggilan darinya. Mencoba mengembalikan suara yang sempat menghilang, Hyunjin menjawab dengan terbata.
"H-Halo Jeongin."
"Ada apa menghubungiku Hyunjin?"
Hyunjin ingin menangis haru saja saat ini, pasalnya setelah sekian lama, Hyunjin akhirnya bisa kembali mendengar suara Jeongin, rubah kesayangannya.
"Aku merindukanmu." ya, sesimple itu memang mengucapkannya, namun sangat rumit untuk merasakannya.
"Aku juga."
Bolehkah Hyunjin bahagia?
"Kau dimana Jeong? Kapan kau akan pulang?" tanya Hyunjin tanpa merasa kecanggungan sedikitpun. Hyunjin hanya ingin Jeongin berada di sampingnya kemudian Hyunjin ingin menjelaskan semuanya pada Jeongin, mengatakan jika semuanya telah berakhir.
"Berbaliklah, aku sudah di rumah sekarang."
Hyunjin membelalak kaget, lalu sedetik kemudian ia membalikkan tubuhnya dan mendapati sosok pemuda manis tengah berdiri tak jauh darinya.
Ia sama sekali tak berubah, masih sama manisnya seperti terakhir kali Hyunjin lihat. Ah mungkin sekarang Jeongin terlihat lebih manis, dengan rambut hitam yang sedikit memanjang dan menutupi dahinya.
Hyunjin tak bisa berkata-kata, ia terlalu terkejut, bahkan kakinya terasa susah digerakkan hanya untuk sekedar berjalan dan mendekati Jeongin.
Jeongin terkekeh, ia mengerti Hyunjin tengah kehilangan separuh nyawanya, oleh karena itu Jeongin berinisiatif untuk menghampiri hybridnya tersebut.
"Merindukanku?" tanya Jeongin setelah sampai di depan Hyunjin. Tak menunggu waktu lagi, Hyunjin langsung membawa Jeongin ke dalam dekapannya.
"Sangat. Kenapa kau pergi secara tiba-tiba?" Hyunjin mengeratkan pelukannya pada Jeongin, seolah jika sedikit saja ia lepas, maka Jeongin akan menghilang lagi.
"Maafkan aku Jin, aku hanya ingin menenangkan perasaanku yang sangat kacau." ucap Jeongin dengan nada bersalah yang kental. Jeongin kemudian membalas pelukan Hyunjin, meremas pakaian bagian belakang Hyunjin untuk melampiaskan semua perasaan yang ada di hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Golden Cat [Hyunjeong] ✔
FanfictionJeongin sangat terkejut saat melihat seseorang akan melompat dari jembatan di depannya, namun Jeongin lebih terkejut ketika melihat telinga kucing melekat di tubuh lelaki yang ia selamatkan. __________ 10 Desember 2019 •Copyright © Schorpy