Jeongin tak tahu kenapa Hyunjin berubah manja seperti ini. Setelah acara makan siang mereka, Hyunjin tiba-tiba saja bangkit dan mengangkat tubuh Jeongin kemudian mendudukkannya di atas pangkuan, sama persis seperti saat sepulang sekolah tadi.
Meski jantungnya menggila, tapi Jeongin membiarkan saja Hyunjin melakukan apa yang dia inginkan.
"Jeong, bisakah kau mengelus kepalaku?" tanya Hyunjin yang sukses membuat Jeongin termangu.
"Hah apa?"
"Tolong elus kepalaku, aku penasaran bagaimana rasanya menajdi kucing." ulang Hyunjin sekali lagi.
Jeongin menganggukkan kepalanya ragu lalu mulai melakukan seperti yang Hyunjin minta barusan.
Hyunjin memejamkan matanya sembari menikmati elusan tangan lembut Jeongin di kepalanya, tanpa sadar, Hyunjin kini mendengkur layaknya kucing sungguhan.
"Astaga kau benar-benar terlihat seperti kucing." Jeongin memekik gemas lalu kini tangannya bermain di dagu Hyunjin, menggelitikinya pelan layaknya tengah menggelitiki dagu kucing milik Jisung.
Jeongin selalu ingin melakukan hal ini dari dulu, hanya saja pada saat Jeongin ingin mengelus Felix, si hybrid kucing tersebut sudah terlebih dahulu mengeluarkan cakarnya lalu menatap Jeongin dengan pandangan mengancam. Felix tak membiarkan seorangpun kecuali Changbin mengelusnya, ya kecuali jika dia sedang khilaf.
"Ah kau sangat menggemaskan." Jeongin kemudian mencubit pipi Hyunjin kemudian menariknya ke arah yang berlawanan. Hyunjin membuka matanya lalu menahan tangan Jeongin.
"Itu sakit Jeong, lagipula, aku ini tampan."
"Iya kau tampan."
Hyunjin terkejut, tapi baru saja dirinya ingin merasa tersanjung, namun ucapan Jeongin berikutnya menghilangkan niatannya itu.
"Meski masih jauh lebih tampan diriku."
Hyunjin menarik kedua sudut bibirnya ke atas saja, mengiyakan apa yang Jeongin ucapkan, apa sih yang diak untuk rubah kesayangannya. Eh?
"Oh iya Jin, aku mempunyai sesuatu untukmu."
"Apa?" tanya Hyunjin sambil menaikkan sebelah alisnya.
"Tunggu, aku ambil dulu di tas." Jeongin bersiap untuk turun dan berjalan ke kamarnya, namun semua pergerakannya ditahan oleh Hyunjin.
"Kakimu masih sakit, biar aku saja yang menggendongmu ke kamar."
"E-eh tidak usah Jin, aku bisa sendiri."
Hyunjin tak menghiraukan perkataan Jeongin, Hyunjin kemudian berdiri dan menahan tubuh Jeongin agar tidak terjatuh, sedangkan Jeongin langsung melingkarkan kakinya di pinggang Hyunjin dan juga memeluk leher Hyunjin dengan erat.
Tadi saat ke dapur, Jeongin juga digendong seperti ini oleh Hyunjin.
Jeongin sebenarnya malu jika diperlakukan seperti ini, tapi tak ada gunanya juga menolak Hyunjin, terkadang ucapan Hyunjin adalah mutlak, namun hal itu sama sekali tak mengganggu Jeongin, sebaliknya justru terasa menyenangkan, Jeongin merasa dilindungi, ya setidaknya sampai saat ini.
"Tunggu di sini, aku akan mengambilkan tasmu." Hyunjin kemudian mendudukkan Jeongin di tepi tempat tidur sebelum akhirnya berjalan ke arah meja belajar jeongin dan mengambil tas yang tergeletak di sudut sana.
Jeongin tersenyum riang sembari menerima tas yang diulurkan oleh Hyunjin. Jeongin kemudian terlihat menggeledah isi tasnya lalu mengeluarkan segumpal benang berwarna biru.
"Taraa...aku tadi membelikannya untukmu." ucap Jeongin sembari menunjukkan benang tersebut dengan bangga ke Hyunjin.
Hyunjin tak mengerti dengan jalan pikiran Jeongin, sungguh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Golden Cat [Hyunjeong] ✔
FanfictionJeongin sangat terkejut saat melihat seseorang akan melompat dari jembatan di depannya, namun Jeongin lebih terkejut ketika melihat telinga kucing melekat di tubuh lelaki yang ia selamatkan. __________ 10 Desember 2019 •Copyright © Schorpy