Chapter 20 - Ancaman

5.4K 773 175
                                    

"Eungh..." Jeongin terbangun pagi ini dengan keadaan tanpa busana mengingat kegiatan yang semalam ia lakukan bersama Hyunjin.

"Shh..." Jeongin mendesis pelan saat merasa pinggul dan pantatnya sangat sakit juga pegal, semalam Hyunjin benar-benar menghabisinya.

Saat ingin mengubah posisinya menjadi duduk, pergerakan Jeongin tertahan saat merasa sebuah lengan melingkar di perutnya.

Jeongin menoleh dan mendapati Hyunjin yang tengah terlelap di sampingnya, dengan keadaan yang tak jauh berbeda dengan Jeongin.

Secara perlahan, Jeongin membawa tangannya untuk mengelus surai hitam Hyunjin, sesekali menyentuh telinga kucing yang kini bergerak tak nyaman akibat tangan Jeongin yang bermain di sana. Jeongin terkekeh pelan lalu memilih untuk menghentikan kegiatannya itu, tak ingin Hyunjin terbangun karena ulahnya.

Dengan hati-hati, Jeongin menyingkirkan tangan Hyunjin dari perutnya, lalu berjalan tertatih menuju ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang terasa lengket, serius, lubang Jeongin terasa sangat sakit saat ini. Jeongin tak menyangka kehilangan keperjakaan akan sebegitu menyakitkan.

Namun terlepas dari itu semua, Jeongin tak menyesalinya, sedikitpun tidak. Jeongin sadar dan sepenuhnya menginginkan itu semua, jadi kalian jangan berpikir jika Hyunjin hanya memanfaatkan keadaaan saja semalam. Sebaliknya, Jeongin sangat berterimakasih kepada Hyunjin karena berkat kekasihnya itu, Jeongin sekarang tidak terlalu memikirkan masalah dirinya yang sempat dilecehkan oleh beberapa lelaki asing.

Pada awalnya Jeongin takut jika Hyunjin tak akan menerimanya mengingat tubuhnya yang pernah disentuh orang lain, namun Jeongin salah, semua ketakutannya ternyata tak berdasar karena nyatanya Hyunjin tetap mencintainya. Hah memikirkannya saja sudah bisa membuat Jeongin tersenyum.

Jeongin menatap pantulan dirinya di cermin, dan seketika itu juga dirinya sangat ingin memukul kepala Hyunjin dengan keras, bagaimana tidak? Pasalnya sekarang di area leher sampai ke dadanya dipenuhi oleh tanda-tanda kissmark yang Hyunjin buat, bahkan ada sampai ke dagunya. Hyunjin benar-benar harus belajar mengendalikan nafsunya.

"Hah...kurasa setelah ini aku harus memberinya sedikit pelajaran."

Menghela nafas, Jeongin kemudian memilih untuk mengabaikan semua tanda itu, beruntung sekarang hari minggu jadi ia tidak perlu bersusah payah untuk berangkat ke sekolah.

Jeongin lantas merendam dirinya di dalam air berisi sabun dengan aroma strawberry sebelum akhirnya membersihkan diri di bawah guyuran shower. Jeongin rasanya tak kuat lama-lama berdiri, pinggulnya sudah menjerit minta supaya Jeongin rebahan saja.

Namun tak semudah itu, setelah mengganti pakaiannya dan menata rambut dengan gaya poni, Jeongin pergi ke dapur untuk menyiapkan sarapan untuknya dan juga untuk Hyunjin.

Tapi sebelum itu, Jeongin menyempatkan diri untuk mengecup bibir Hyunjin secara sekilas, niatnya, Jeongin tak pernah menyangka jika Hyunjin akan terbangun dan langsung menahan tengkuknya, sedikit melumat sebelum akhirnya Hyunjin menjauhkan wajahnya dari wajah Jeongin.

"Selamat pagi rubahku." ucap Hyunjin sambil tersenyum lebar, ia tengah bahagia pagi ini.

"Hmm...selamat pagi juga." Jeongin sebenarnya tengah gugup saat ini karena tertangkap basah mencuri kecupan saat Hyunjin tertidur, ya meski pada akhirnya Hyunjin terbangun juga karena ulahnya.

"Berhenti tersenyum seperti itu Hwang, cepat mandi dan sarapan." ucap Jeongin sembari membalikkan badannya guna menyembunyikan rona merah yang menjalar di kedua pipinya karena melihat tubuh polos Hyunjin yang hanya tertutupi selimut sebatas pinggang.

"Kenapa terburu-buru? Morning sex sepertinya bukan ide yang buruk." Hyunjin menyeringai, namun tidak untuk waktu yang lama, karena dengan cepat Jeongin langsung melempar wajah tampan Hyunjin menggunakan bantal sebelum akhirnya berjalan keluar kamar dengan langkah kaki yang dihentak-hentakkan.

"Dalam mimpimu sialan." Jeongin sempat berteriak di ambang pintu, membuat Hyunjin terkekeh pelan melihat tingkah rubah manisnya itu.

Tangan Jeongin bergetar, jantungnya berdegup kencang sampai membuat rongga dadanya menjadi sakit. Jeongin serasa ditimpa beban berat saat ini, Jeongin bahkan tidak peduli lagi dengan suara minyak panas yang kini mulai menggosongkan bumbu yang tadi ia tumis.

Pesan yang masuk ke ponselnya mampu membuat dunia Jeongin terhenti saat ini.

"Jeong apa aku- astaga...kau kenapa?" Hyunjin berucap panik saat melihat Jeongin yang berdiri dengan pandangan kosong dan tubuh yang bergetar kecil.

Dengan cepat Hyunjin langsung berjalan mendekati Jeongin, sempat mematikan kompor setelah menyadari bahaya yang mungkin akan terjadi jika ia membiarkan apinya tetap menyala begitu saja.

Jeongin ketakutan, ia segera memeluk tubuh Hyunjin dengan erat.

"Hiks...Hyun-Hyunjin..."

Jujur saja, Hyunjin sedang dilanda kebingungan saat ini, namun tetap saja ia membalas pelukan Jeongin lalu mengelus punggung yang lebih muda, berusaha menenangkan rubahnya.

"Ada apa Jeong?" tanya Hyunjin lembut di sela kecupannya pada kepala Jeongin.

"A-aku takut." cicit Jeongin pelan, nyaris tak terdengar oleh manusia biasa.

"Stt...tak usah takut, ada aku yang akan menjagamu."

Jeongin semakin mengeratkan pelukannya lalu menyembunyikan tangisnya di dalam dekapan Hyunjin.

Sepuluh menit lebih Jeongin masih sesegukan, secara perlahan Jeongin akhirnya buisa menghentikan tangisannya itu. Jeongin sedikit menjauhkan tubuhnya dari Hyunjin saat sudah merasa baikan.

Di sisi lain, tangan Hyunjin tergerak untuk menghapus jejak air mata di pipi Jeongin. Terlepas dari rasa khawatirnya, menurut Hyunjin Jeongin kini terlihat sangat menggemaskan dengan hidung dan pipinya yang memerah, juga matanya yang sedikit sembab akibat menangis.

"Jadi bisa beritahu aku apa yang menyebabkan rubahku menangis ketakutan seperti ini?"

Jeongin tak menjawab, namun ia menunjukkan ponsel yang terdapat pesan singkat dari nomor tidak dikenal, tapi, tanpa diberitahupun, Jeongin and Hyunjin sudah tahu siapa pelaku di balik pesan tersebut.

Pesannya berisi tentang peringatan yang ditujukan kepada Jeongin. Hyunjin mendecih pelan lalu mengepalkan tangannya kuat, jika saja Hyunjin tak ingat jika itu ponsel milik Jeongin, mungkin saja benda pipih tersebut kini sudah pecah tak berbentuk.

Hey jalang sialan, jauhi tunanganku jika tak mau foto ini kusebar.

Lalu di bawahnya terdapat satu pesan lagi yang membuat emosi Hyunjin sampai ke ubun-ubun.

Di sana, terdapat pesan kiriman berupa gambar, gambar yang diambil saat Jeongin dilecehkan tempo hari lalu.

Di sana, terdapat pesan kiriman berupa gambar, gambar yang diambil saat Jeongin dilecehkan tempo hari lalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

To Be Continue

Siapkan pelampung karena kapal ini sebentar lagi akan membentur karang :)

Tertanda, 28/12/2019

Bee, batuk mulu dari tadi ah :/

Golden Cat [Hyunjeong] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang