Chapter 17 - Firasat Buruk

4.8K 807 115
                                    

Perasaan Hyunjin tak enak sejak tadi, terlebih lagi semenjak sejam belakangan ini, lebih tepatnya saat Jeongin mengatakan jika ia akan berkunjung ke café, namun bahkan sudah lama Hyunjin menunggu, rubahnya tak kunjung muncul.

"Hey Jin, kau kenapa?" tanya Woojin yang melihat raut wajah Hyunjin ketara sekali dengan rasa khawatir.

"A-aku juga tidak terlalu mengerti kak, hanya saja, aku merasa khawatir tanpa alasan yang jelas." Woojin menyerngitkan keningnya lalu menatap Hyunjin dengan serius, ia memang tipikal yang percaya dengan ramalan zodiac, horoskop dan juga hal-hal lainnya yang berhubungan dengan itu.

Jadi Woojin tidak pernah menganggap remeh mengenai firasat yang dirasakan seseorang.

"Coba kau ingat-ingat, kira-kira hal apa yang membuatmu gelisah seperti ini."

Hyunjin berdiri gelisah di depan Woojin, pandangannya tak bisa diam, selalu menatap ke segala arah.

"Kurasa...ini ada hubungannya dengan Jeongin."

"Ah, lelaki manis yang menjadi kekasihmu itu?"

"Benar."

Sekedar informasi, Jeongin memang sudah sempat mampir ke café ini selama beberapa kali, Jeongin bahkan sudah cukup akrab dengan Woojin, Minho bahkan Changbin, ia juga sering membantu bantu di sini meski selalu dilarang.

"Memangnya ada apa dengan Jeongin?"

"Dia tadi mengatakan akan berkunjung, namun sudah lama aku menunggunya, Jeongin tak kunjung datang, bahkan sudah berkali-kali kuhubungi, anmun tetap saja tidak mendapat balasan."

"Jika begitu, pergi dan carilah Jeongin. Aku takut terjadi sesuatu yang buruk dengannya."

"Eh? Ti-tidak usah kak." Tolak Hyunjin halus, ia masih sadar diri untuk tidak main pergi begitu saja di saat jam kerjanya masih berlaku.

"Tidak apa-apa, lagi pula café sebentar lagi akan tutup."

Hyunjin terlihjat ragu, ia merasa tak enak jika pergi sekarang, namun rasa khawatirnya sudah tak terbendung lagi.

"Maafkan aku kak, aku akan mencari Jeongin."

Woojin tersenyum maklum lalu mengangguk, memberikan persetujuan untuk Hyunjin. Tanpa menunggu lama lagi, Hyunjin langsung pergi ke ruang pegawai untuk mengganti pakaiannya.

"Hyunjin mau kemana?" tanya Minho setelah sampai di samping Woojin. Woojin masih menatap kepergian Hyunjin, lalu menjawab, "Mencari Jeongin."

"Memangnya Jeongin kenapa?" tanya Minho dengan pandangan bingung bercampur khawatirnya. Meski belum terlalu lama, namun Minho sudah cukup dekat dengan Jeongin, entahlah, Jeongin seperti mengeluarkan aura lembut yang membuat semua orang menjadi menyayanginya. Ah ralat, hampir semua.

"Jeongin mengatakan ingin mampir ke sini, namun ia tak kunjung datang. Kuharap sesuatu yang buruk tidak terjadi."

"Ya kuharap juga begitu."



Sudah lima belas menit Hyunjin menyusuri jalanan malam sembari tetap mencoba menghubungi Jeongin. Hyunjin tadi sudah sempat pulang ke rumah, namun tetap saja tidak ada tanda-tanda Jeongin di dalam sana, mebuat perasaan Hyunjin semakin bercampur aduk.

"Jeong...dimana dirimu?" ucap Hyunjin frustasi sambil meremas ponselnya yang menunjukkan panggilan tak terjawab untuk kesekian kalinya.

Hyunjin sudah lelah menyusuri daerah ini, oleh karena itu Hyunjin memutuskan untuk pergi lebih jauh lagi, meski kemungkinan menemukan Jeongin akan lebih kecil, tapi tetap saja, Hyunjin tidak mempunyai sesuatu yang lebih baik lagi untuk dilakukan.

Golden Cat [Hyunjeong] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang