Sebulan berlalu, hubungan Jeongin dan Hyunjin semakin memburuk. Mungkin sekarang puncaknya, dimana Mina mendatangi Hyunjin yang sudah menunggu di rooftop lalu mengatakan jika dirinya hamil. Sekali lagi, hamil.
Hahaha...Hyunjin ingin membunuh Mina saja rasanya.
"Jangan bercanda Na, kau dulu sudah pernah mengatakan jika kita bertunangan, dan kau mengatakan jika dirimu hamil, tolong jangan mempermainkanku." icap Hyunjin dengan nada datarnya.
"Tapi aku tidak bercanda."
"LALU APA MAKSUDMU MENGATAKAN ITU!?"
Mina tersentak kaget, tidak menyangka jika Hyunjin akan membentaknya seperti itu. Sejauh ini, seberapa kesalpun Hyunjin dengan sesuatu, Hyunjin akan berusaha untuk mengendalikan emosinya supaya tetap stabil, ya kecuali saat kejadian Hyunjin yang menghajar habis-habisan lelaki yang melecehkan Jeongin dulu.
"A-aku memang sedang hamil anakmu kak." Mina mencicit pelan sembari menundukkan kepalanya, tak berani menatap Hyunjin yang terlihat murka di hadapannya ini.
Hyunjin mengusap wajahnya kasar, Hyunjin sangat frustasi saat ini.
"Tapi aku tak pernah melakukan itu denganmu."
"Apa kau tak ingat kak? Saat kau mabuk dulu, kau langsung menjamah dan melecehkanku sehingga aku hamil seperti ini."
"Arghttt..." Hyunjin benar-benar emosi saat ini, tembok di sampingnya bahkan ikut menjadi sasaran dari pelampiasan amarah Hyunjin.
"Kenapa...kenapa kau selalu memberikan masalah padaku?" tanya Hyunjin lirih, ia bahkan menatap Mina dengan pandangan yang sangat memelas, seolah Mina adalah salah satu sumber yang menghilangkan kebahagiaannya, meski kenyataannya memang seperti itu.
"Apa yang kau katakana kak?" Mina shok, air matanya sudah tak bisa dibendung lagi.
"Kenapa kau harus hadir?"
Pandangan Hyunjin mendadak berubah, lelaki di depannya tidak terlihat seperti Hyunjin yang dikenal semua orang. Hyunjin terlihat...mengerikan.
"Ah benar, harusnya kau tak pernah hadir." ucap Hyunjin dengan wajah berpikirnya. Hyunjin kemudian berjalan mendekati Mina dan membuat langkah gadis itu termundur bahkan sampai tubuhnya membentur pinggiran rooftop.
"Kenapa kau tak mati saja?" Hyunjin masih menggumam dengan pandangan kosongnya. Hyunjin sudah sangat putus asa saat ini.
"K-kak, apa yang kau lakukan?" tanya Mina takut-takut sembari mencoba menghindar dari Hyunjin, namun terlambat, Hyunjin sudah berada di depannya terlebih dahulu. Mencengkram dagunya lalu menatap mata Mina dengan sorot penuh kebencian.
"Hey jalang, bukannya kau yang dengan sengaja menjebakku? Bukankah semua ini memang permainanmu?" Hyunjin berucap dengan nada yang begitu menusuk, sama seperti pandangannya yang mampu menembus ke dalam netra Mina.
Mungkin inilah titik ujung dari rasa frustasi Hyunjin, karena tanpa sadar ia semakin mendorong wajah Mina ke belakang.
"Kakk...apa yang kau lakukan? Tolong lepaskan aku hiks..." Mina sudah ketakutan sekarang, tangannya menggenggam pinggiran rooftop dengan erat, Mina bisa terjatuh kapan saja.
BRAKK...
"HYUNJIN!"
Hyunjin seperti mendapat kesadarannya kembali, ia segera menarik tubuhnya menajauh dari Mina, membuat gadis tersebut bisa bernafas lega.
Hyunjin kemudian berbalik dan melihat Jeongin yang berdiri di ambang pintu dengan nafas yang tersengal-sengal.
"J-Jeongin, apa yang-"
Bughh...
Belum sempat Hyunjin menyelesaikan ucapannya, Jeongin sudah berlari terlebih dahulu dan melayangkan sebuah pukulan sangat keras di rahang Hyunjin.
"Apa yang kau lakukan bodoh. Aku benar-benar tak mengenalmu sekarang." Jeongin berucap remeh sembari melirik sinis Hyunjin yang tersungkur di lantai.
"Hey apa yang kau lakukan pada kak Hyun-"
"Diam!"
Jeongin menolehkan kepalanya ke arah Mina, menatap tajam gasi tersebut sehingga membuatnya beringsut takut dan memilih untuk membungkam mulutnya.
"Kau tak berhak ikut campur, ini masalahku dengan hybrid ini." ah Jeongin bahkan tak sudi mengakui Hyunjin sebagai kekasihnya.
"J-Jeong, maaf."
"Aku tidak akan pernah memaafkanmu jika seandainya kau benar-benar mendorong Mina tadi. Apa yang akan terjadi jika aku tidak datang huh?"
Memang benar jika Jeongin tak menyukai Mina, namun itu tidak bisa menjadi alasan untuk Jeongin tutup mata saat seseorang akan tercelakai di depan matanya. Meskipun ini hanya lantai dua dan tidak akan menyebabkan kematian, namun tetap saja, akan fatal akibatnya jika Hyunjin serius mendorong Mina tadi.
"A-aku minta maaf Jeong, aku putus asa." ucap Hyunjin sambil berdiri dari acara tersungkurnya, menatap Jeongin dengan pandangan paling pedih yang ia punya. Bohong jika Jeongin mengatakan jika dirinya tak sakit melihat tatapan Hyunjin, namun kali ini Jeongin harus menguatkan hatinya.
"Hyunjin yang kukenal tidak akan melakukan hal seperti itu." ucap Jeongin lirih.
Ingin rasanya Hyunjin menarik tubuh rapuh tersebut ke dalam pelukannya, namun Jeongin sudah terlebih dulu memundurkan langkahnya untuk menghindar.
"Aku tahu kau baik Jin, maka bertanggung jawablah atas perbuatanmu. Jagalah janin yang tengah dikandung oleh Mina."
"K-kau ta-tahu dari mana?" tanya Hyunjin terkejut.
"Aku tahu semuanya, oleh karena itu, aku meminta padamu supaya menjaga mereka dengan baik. Aku tahu bagaimana sakitnya tumbuh tanpa kehadiran orang tua di sisimu." Jeongin beruhasa tegar, ia mengulas sebuah senyum lalu menepuk pundak Hyunjin.
Setidaknya Jeongin harus terlihat kuat di saat terakhirnya bertemu dengan Hyunjin.
Hyunjin merasa sangat bersalah, rasa sesak memenuhi rongga dadanya, ah tidak, bahkan sesak ini sudah memenuhi seluruh tubuhnya. Bernafaspun rasanya Hyunjin enggan.
"Jeong kumohon jangan tinggalkan aku, aku mencintaimu."
"Kau tidak mencintaiku Jin, jangan menjadi pengecut dan lari dari masalahmu, aku tahu seorang Hwang Hyunjin tak selemah itu."
Jeongin salah, justru Hyunjin jauh lebih lemah dari yang ia tahu.
Hyunjin gelisah, ia merasa jika sebentar lagi akan mendengar kalimat yang bahkan tak pernah ingin ia dengar.
Di sisi lain, Mina sudah menyeringai puas saat melihat rencananya sebentar lagi akan berakhir. Benar, dramanya belum berakhir sampai di sini, Mina masih mempunyai seribu satu cara untuk membuat Hyunjin menjadi miliknya. Benar-benar gadis licik yang merepotkan.
Jeongin terlihat menghela nafasnya kemudian menatap Hyunjin dengan senyum tipisnya, sebuah senyum yang menyembunyikan berjuta kepedihan di dalamnya.
"Hyunjin, ayo kita akhiri hubungan ini."
Benar saja, dunia Hyunjin yang perlahan mulai berputar, kini terhenti secara paksa.
To Be Continue
Napa jadi gini sih hiks...😭
Tertanda, 31/12/2019
Bee, menunggu pergantian tahun
KAMU SEDANG MEMBACA
Golden Cat [Hyunjeong] ✔
FanfictionJeongin sangat terkejut saat melihat seseorang akan melompat dari jembatan di depannya, namun Jeongin lebih terkejut ketika melihat telinga kucing melekat di tubuh lelaki yang ia selamatkan. __________ 10 Desember 2019 •Copyright © Schorpy