Satu hal yang tak Hyunjin ketahui, Jeongin sebelumnya juga mendapat pesan berisikan ancaman mengenai orang tersebut yang akan melukai keluarganya jika Jeongin tetap menjalin hubungan dengan Hyunjin.
Jeongin tersiksa, sungguh, bahkan menangis semalaman suntuk tak mampu mengurangi rasa sesak di dadanya. Jeongin mencintai Hyunjin, sangat, namun di sisi lain ia juga tak ingin membuat kedua orang tuanya berada dalam bahaya. Jeongin tak tahu seberapa nekat orang tersebut, bisa saja ancamannya tidak main-main, Jeongin tak mau mengambil resiko.
Oleh karena itu, di pagi hari ini Jeongin berjalan lesu dengan kantung mata yang terlihat jelas, hilang sudah image Jeongin yang ceria.
Hyunjin menyadarinya, tentu saja, mungkin sebagian besar juga akan menyadari keanehan Jeongin hari ini, Jeongin sekarang sama sekali tak bisa menutupi masalahnya. Bibir mungil yang biasanya tersenyum manis tersebut kini hanya tertarik menjadi satu garis lurus.
"Jeong kau kenapa?" tanya Hyunjin sambil menyamakan langkahnya dengan langkah Jeongin yang terkesan sangat lambat.
"Aku tak apa." jawab Jeongin dengan keadaan yang sama sekali tak mencerminkan ucapannya tadi.
Hyunjin berdiri di depan Jeongin guna menghentikan langkah rubahnya tersebut.
"Jeong tolong katakana padaku, apa yang tengah kau pikirkan, biarkan aku membantumu." ucap Hyunjin sembari menangkup kedua pipi Jeongin.
Jeongin mendongkak, namun ekor matanya secara tak sengaja menangkap sosok gadis yang tengah menatap mereka tajam dari ujung koridor. Dengan cepat, Jeongin langsung menepis tangan Hyunjin.
"Kau tak akan bisa Jin, maaf, tapi bisakah kau memberiku sedikit waktu untuk sendirian?" tanpa menunggu jawaban dari Hyunjin, Jeongin langsung mempercepat langkahnya menuju ke kelas mereka, Jeongin tak ingin mengambil resiko.
•
Hyunjin rasanya ingin segera menghampiri Jeongin yang tengah duduk sendirian di mejanya itu, Hyunjin sangat merindukan rubahnya. Sudah terlewat tiga hari Jeongin yang menghindarinya tanpa alasan yang jelas, di rumah Jeongin akan selalu mengurung dirinya di kamar -Jeongin bahkan tidak pernah mampir ke café lagi-, berangkat ke sekolah subuh-subuh dan menghilang saat jam istirahat, setelah tiga hari, baru kali ini Hyunjin mendapat kesempatan untuk bertemu dengan Jeongin.
"Jeong-"
Jeongin menolehkan kepalanya lalu dengan cepat ia berdiri untuk pergi ke luar kelas. Namun sebelum niatnya itu terlaksana, tangan Jeongin sudah ditahan terlebih dahulu oleh Hyunjin.
"Tolong jangan jauhi aku karena pesan ancaman yang kau terima, aku berjanji akan mencari pelakunya dan menghapus foto sialan itu."
Jeongin melepaskan tangan Hyunjin kemudian menggeleng lemah.
"Kau tahu, ini lebih dari yang kau bayangkan Jin."
•
Hyunjin benar-benar terkejut malam ini, tanpa pikir panjang ia langsung mengubah langkahnya yang semula menuju rumah setelah selesai bekerja di café, lalu menjadi ke salah satu hotel sesuai dengan intruksi di pesan yang ia terima.
Itu pesan dari Mina. Hyunjin harus menyelesaikan semua ini dengan cepat.
Hyunjin kemudian langsung berjalan masuk ke salah satu namar dengan nomer yang diberitahukan Mina, dan mendapati gadis tersebut tengah duduk di sofa dengan pakaian super duper minim miliknya.
Mina yang menyadari kedatangan Hyunjin langsung tersenyum dan berdiri menghampiri Hyunjin, sengaja menggerakkan bokong sintalnya untuk menggoda Hyunjin. Tapi sayang sekali, Hyunjin tak menyukai wanita, ah ralat, Hyunjin tak menyukai siapapun selain Jeongin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Golden Cat [Hyunjeong] ✔
FanfictionJeongin sangat terkejut saat melihat seseorang akan melompat dari jembatan di depannya, namun Jeongin lebih terkejut ketika melihat telinga kucing melekat di tubuh lelaki yang ia selamatkan. __________ 10 Desember 2019 •Copyright © Schorpy