Hyunjin tak mengerti kenapa Jeongin bertingkah aneh semenjak kemarin, ah lebih tepatnya saat ia terbangun dengan pakaian yang sudah berganti, mungkin Jeongin yang menggantikannya, pikir Hyunjin. Semenjak itu, Jeongin terkesan menghindarinya, dan setiap Hyunjin berpapasan dengan Jeongin, anak manis itu justru menundukkan kepalanya.
Hey Hwang, tak mengertikah kau jika Jeongin tengah malu?
Namun pagi ini, Jeongin tiba-tiba datang ke kamarnya, bahkan saat Hyunjin belum sempat ke kamar mandi, Jeongin juga belum mengenakan seragam sekolahnya.
"Hyunjin."
"Ada apa Jeong?"
"Aku ingin bertanya, memangnya kau tinggal dimana sebelumnya?"
Hyunjin mengerutkan keningnya bingung, namun tetap menjawab pertanyaan Jeongin.
"Entahlah, aku tidak begitu ingat, kecelakaan itu menghapus banyak memoriku."
Satu lagi alasan mengapa Hyunjin ingin mengakhiri hidupnya, ia merasa tak berguna, Hyunjin bahkan tidak mengetahui jati dirinya dengan baik. Yang ia ingat hanya namanya dan bagaimana kronologi kecelakaan mengerikan yang merenggut nyawa keluarganya dalam sekejap.
"Eumm...lalu bagaimana kau bisa sampai di sini?"
"Aku hanya membawa kakinya melangkah sejauh yang aku bisa." Hyunjin tersenyum canggung sembari menggaruk tengkuknya yang tak gatal, merutuki kebodohannya selama ini.
"Memangnya ada apa kau menanyakan hal itu Jeong?"
"Tak apa, hanya saja aku ingin mengatakan..."
Jeongin sengaja menjeda ucapannya dan menatap Hyunjin dengan senyum sok misteriusnya.
"Mulai minggu depan kau bersekolah di sekolahku yeayyy..."
Hyunjin terkejut, sungguh, ia tak mengharapkan hal ini. Lagi-lagi Hyunjin merepotkan Jeongin. Selama ini yang Hyunjin dapat lakukan hanyalah mengurus rumah Jeongin, membersihkan piring-piring kotor, merapikan rumah dan mencuci pakaian kotor. Hanya itu yang bisa Hyunjin lakukan meskipun Jeongin sudah berkali-kali melarangnya.
Namun Hyunjin tidak peduli, ia senang bisa mengubah rumah Jeongin yang semula berantakan menjadi rapid an nyaman untuk ditinggali.
"Sungguh, tak perlu Jeong."
"Tidak ada bantahan, kedua orang tuaku sudah mendaftarkanmu di sana, kau tenang saja semuanya sudah durus oleh orang tuaku." Jeongin tersenyum cerah, sangat bahagia dengan kabar ini. Sebenarnya Jeongin sudah ditelfun oleh orang tuanya semenjak semalam, namun berhubung ia masih malu menemui Hyunjin, jadi Jeongin memutuskan untuk memberitahunya sekarang saja.
Hyunjin hanya bisa menghena nafasnya parah, jika sudah seperti ini, akan sangat sulit bagi Hyunjin untuk menolak.
Dengan berat hati, Hyunjin menganggukkan kepalanya, Jeongin memekik senang lalu mendekati Hyunjin.
"Aku akan bersiap-siap ke sekolah. Sampai jumpa nanti."
Jeongin menyempatkan diri untuk mengecup pipi Hyunjin secara sekilas, oh sungguh, Hyunjin tidak bisa menahan senyumnya lagi.
•
Pagi ini, Hyunjin memutuskan untuk pergi berjalan-jalan, ia bosan duduk diam di rumah tanpa melakukan apapun, sebenarnya Hyunjin mempunyai ponsel, entah bagaimana ponsel lamanya itu bisa ikut bersamanya hingga sekarang. Namun berhubung Hyunjin sudah terlalu sering memainkannya dan tidak ada hal menarik di dalam benda persegi panjang itu, Hyunjin memutuskan untuk mencari udara segar saja di luar.
Siapa tahu nanti ia juga bisa mendapat lowongan pekerjaan.
Setelah bermenit-menit menyusuri trotoar dan melihat-lihat ke sekitar, langkah Hyunjin terhenti di depan sebuah café. Tapi bukan interior café yang terlihat elegan dengan nuansa yang didominasi warna coklat bertemakan beruang itu yang menarik perhatian Hyunjin, melainkan sebuah tulisan yang tertempel di jendela kaca café.
Dibuka lowongan pekerjaan
Hyunjin tersenyum sumringah lalu tanpa pikir panjang ia memasuki café tersebut. Lonceng di atas pintu berbunyi kala Hyunjin mendorong pintu tersebut.
"Selamat datang, adakah yang bisaku bantu?"
Saat memasuki café, Hyunjin langsung disambut dengan senyum ramah seseorang yang berdiri di belakang meja kasir sekaligus tempat untuk menyambut pelanggan yang datang.
"Ah iya, aku ingin melamar pekerjaan di sini setelah melihat tulisan yang tertempel di depan sana." ucap Hyunjin sambil menunjuk jendela tempat lowongan itu ditempel.
Lelaki yang menyambut Hyunjin mengangguk mengerti kemudian menuntun Hyunjin untuk duduk di salah satu meja yang ada di sana.
"Kebetulan kami memang sedang kekurangan staf. Apa kau tidak masalah bekerja sebagai pelayan?"
"Tidak masalah, apapun asalkan aku bisa mendapat pekerjaan."
"Perkenalkan, namaku Kim Woojin, pemilik café ini." Woojin tersenyum lebar kemudian mengulurkan tangannya ke arah Hyunjin yang langsung disambut hangat oleh hybrid tersebut.
"Aku Hwang Hyunjin,"
"Ah, ta-tapi, aku ini seorang hybrid, apa tak masalah?" lanjut Hyunjin.
"Tentu saja tidak, aku juga memiliki staf hybrid di sini."
Hyunjin menghela nafas lega, namun, detik berikutnya, Hyunjin kembali melontarkan pertanyaan.
"Ada kendala lagi?" tanya Woojin sebelum memutuskan untuk merekrut Hyunjin.
"Eumm...aku hanya bisa bekerja part time karena aku masih sekolah. Apa bisa?"
Woojin tiba-tiba tertawa mendengar pertanyaan Hyunjin, membuat hybrid tersebut mengerutkan dahinya bingung.
"Apa kau tidak melihat tulisan di bawahnya?"
"Tulisan? Tulisan apa?" kerutan di dahi Hyunjin semakin dalam.
"Aku memang mencari pekerja part time karena semua staf di sini masih pelajar. Selain itu, aku masih seorang mahasiswa jadi aku hanya membuka café ini dari sore saja."
Sekedar informasi, Woojin memang masih seorang mahasiswa, namun sebagai bisnis sampingan, Woojin memutuskan untuk membuka café ini setidaknya ia bisa menghasilkan uang di sela-sela waktu luangnya.
Biasanya Woojin akan membuka cafénya dari sore hingga jam sembilan malam. Namun kali ini, Woojin memutuskan membuka cafenya lebih awal karena sedang tidak ada mata kuliah, selain itu Woojin juga sedang mencari anggota baru mengingat dia di sini hanya bersama dua orang temannya, mereka akan kewalahan saat menghadapi pelanggan yang kian hari makin bertambah.
"Baiklah Hyunjin, kau diterima, apa kau bisa mulai bekerja nanti sore?"
Hyunjin mengembangkan senyumnya lalu mengangguk dengan semangat.
"Tentu, terimakasih."
Hyunjin sangat beruntung.
To Be Continue
Gue bingung cara ngejelasinnya kayak gimana :v
Tertanda, 18/12/2019
Bee, abis penilaian
KAMU SEDANG MEMBACA
Golden Cat [Hyunjeong] ✔
FanfictionJeongin sangat terkejut saat melihat seseorang akan melompat dari jembatan di depannya, namun Jeongin lebih terkejut ketika melihat telinga kucing melekat di tubuh lelaki yang ia selamatkan. __________ 10 Desember 2019 •Copyright © Schorpy