9 - Disturbed

753 97 3
                                    

Barangkali matahari ingin mendengar diskusi ketiga manusia di dalam ruang itu. Namun tak sampai untuk mengintipnya. Celah jendela yang mempersilakan cahayanya masuk tak bisa menjumpai lingkaran ketiga dewasa itu. Lamat-lamat mendengar bisikan ketegangan rentetan pertanyaan dan jawaban dari narasumber. Mencipta atmosfer penasaran yang kian meluas hingga otak ikut bermain keras untuk memecah teka-teki pernyataan Jimin.

Jungkook dan Jieun menatap Jimin dengan serius. Tanpa mengalihkan pandang barang sejenak. Mengikutsertakan otak kanan maupun kirinya untuk lebih bisa mencerna setiap kata Jimin. Jimin pun tak kalah serius menatap keduanya bergantian. Meyakinkan secara penuh. Tak lupa memberi pertanyaan sekiranya dirinya salah teka.

"Orang dalam," simpul Jungkook dengan seringai meremehkan.

"Apa argumenmu?" Kini berganti Jimin yang menjadi penanya.

"Tidak akan mungkin orang luar akan mengetahui tujuan kami. Kami pun tak pernah secara gamblang menjawab semua pertanyaan. Termasuk karyawan kantor." Jieun mengangguk dengan argumen Jungkook. Dirasa masuk akal dan dapat diterima oleh rungunya. Jieun memejamkan matanya. Mencoba sekali lagi untuk mengingat hal apa yang terjadi. Ia telah berusaha keras mengingat semenjak ia amnesia. Meski begitu, tak luput dukungan Jungkook untuk sekedar berbisik di rungunya. Tak lupa beberapa Jungkook mengingatkan untuk jangan terlalu dipaksakan.

"Musuh kita banyak-"

"Aku tahu itu," potong Jungkook dengan cepat. "Mari kita lebih berhati-hati. Bisa saja mereka dari dalam. Musuh pun bisa memakai topeng malaikat."

Dering telpon memecah ketegangan. Alunan dengan iringan getaran itu terus mengusik. Membuat sang pemilik gemas dengan penelpon yang menelponnya pagi-pagi begini. Sang Pemilik ponsel mengangkat ponselnya dari meja lalu menggeser tombol hijau untuk menjawab.

"Yeoboseyo?"

"..."

"Ada, disini bersama kami."

"..."

"Baiklah, tunggu sebentar."

Jieun memberikan ponselnya pada Jimin. Jimin pun bingung mengapa telpon itu ditujukan untuknya. 3 detik kemudian ia baru menyadari bahwa ponselnya mati. Tentunya tidak membawa alat untuk mengisi daya baterai ponselnya. Jieun menunjuk layar ponselnya dengan dagu. Memberi kode Jimin agar cepat-cepat menerima ponselnya.

Jimin pun bergegas untuk mengambil ponsel Jieun dari tangan Sang Pemilik. Menatap layar sebentar untuk melihat siapa gerangan yang menelpon pagi-pagi.

"Ada apa keparat?"

"..."

"Jangan bercanda, ini masih pagi."

"..."

"Kau sudah berbicara dengan Seokjin Hyung?"

"..."

"Lalu sekarang apa?"

"..."

"Kita bicarakan nanti."

Jimin menutup telponnya lalu mengembalikan ponsel Jieun. Jieun tidak terlalu mengurusi urusan Taehyung dengan Jimin. Jungkook menatap Jimin yang menyamankan posisi duduknya. Meminta keterangan apa yang ia bicarakan dengan rekannya itu. Jimin paham dengan keinginan Jungkook. Seperti telepati yang memudahkan mereka untuk berkomunikasi. Saling memahami walau hanya dengan tatapan mata. Sungguh, ini membuat Jieun menatap keduanya bergantian lalu meminta penjelasan pada Jimin.

"Aku tahu maksudmu, Jungkook-ah. Kita selesaikan dulu masalah awal."

Jungkook mengangguk mengerti. "Aku kemarin bertemu dengan Sooyoung di club. Sendiri. Terlalu mencurigakan namun tak patut untuk dicurigai."

Sweet But Psycho [M] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang