14 - A Photo

424 58 2
                                    

Jungkook sering tak menduga apa yang akan Jieun lakukan. Gadis itu terlalu mengejutkan. Pandangan Jungkook tidak lepas dari Jieun sampai gadis itu masuk ke dalam mobil. Sampai-sampai Jungkook membaca berulangkali plat nomor yang terpatri di ekor mobil Jieun. Memastikan bahwa yang dilihatnya benar-benar Jieun. Tak mau mengalihkan pandangan sampai mobil Bugatti milik Jieun musnah dari pandangan. Menebak-nebak apa yang Jieun lakukan bersama Seokjin. Mengingat Seokjin mendadak ada klien penting. Jungkook mengalihkan pandangan dan mendengus. Bibirnya menarik satu sudutnya. 

Sedari tadi Taehyung memperhatikan Jungkook dan arah pandangnya secara bergantian. Taehyung nampaknya paham apa yang adiknya itu pikirkan. Mana mungkin tidak mengangkap sinyal dari ekspresi Jungkook. Jungkook paling terbuka kepada Taehyung. Sayangnya Taehyung memilih Jimin untuk mengetahui apapun dari dirinya. Taehyung yang paling tau sisi manapun dari Jungkook. Itulah mengapa Taehyung bisa memahami pikiran Jungkook saat ini. 

"Ada apa?" tanya Sooyoung yang tak memahami diamnya Jungkook dan Taehyung tiba-tiba.

"Tidak," bohong Jungkook. Keadaan menjadi canggung. Pun Taehyung memilih diam daripada menyalahi pikiran adiknya. Membiarkan Sooyoung dengan rasa ingin tahunya itu. 

Jungkook bangkit dari kursinya. Melenggang pergi tanpa mengatakan apapun. Jalannya terlihat seperti orang yang tidak bersemangat. Taehyung yang melihatnya mengusap wajahnya. Merasa harus membiarkan adiknya itu dengan waktunya. Jika masalah Jieun, Taehyung tak ingin ikut campur terlalu dalam. Kecuali jika Taehyung atau Jieun terpikat satu sama lain. Mungkin tidak. Karena Taehyung pikir selera Jieun tidak main-main. Jieun yang dikenal arogan itu tak sembarangan jatuh hati pada lelaki. Pun gadis seperti Jieun sangat pandai dalam mempermainkan hati lelaki. 

Jieun sangat unik. Tipe Taehyung sekali. Sangat tepat untuk dirinya yang terkadang unik—aneh. Tidak bisa dimengerti oleh orang lain. Sekalipun ibu Taehyung sendiri. Tidak, Taehyung akan ditendang Sooyoung jika tau dirinya sedikit mengidamkan pujaan hati Jungkook tersebut. Pun Jungkook tak akan bersedia membagi gadisnya. Jungkook tipe orang yang keras kepala. Sedikit pemalu dengan orang baru. Namun dirinya sangat mematuhi Jieun. Selalu ada untuk gadis itu.

***

Jungkook memilih untuk menyandarkan kepalanya pada kursi kerjanya. Menutup matanya untuk memfokuskan apa yang sedang ia pikirkan. Jiwa dan otaknya tidak bisa diam. Terus mencari teka-teki. Dadanya terus naik turun seiring napas yang keluar masuk lewat lubang hidungnnya. Sangat teratur. Sedetik kemudian jari telunjuknya mengetuk-ngetuk kaca meja kerjanya. Tidak nyaring sama sekali. Sebab ia mengetukkan terlalu pelan. 

Pikirannya semakin berkecamuk. Ingatannya memberi peringatan. Lantas segera membuka mata karena ada hal yang harus ia urus sekarang. Misi misterius yang kerap kali Jungkook cari sendiri kebenarannya. Bahunya turun lagi mengingat pistol dan jaket hitamnya masih berada di rumah Mingyu. Bukan berarti Jungkook hanya memiliki satu jaket atau pistol. Dirinya teramat menyayangkan jika Mingyu mengotak-atik pistolnya tersebut. Terlebih tersisip kamera dan airbuds kecil yang biasa digunakan dalam menjalankan misi malam hari. 

Belum sempat dirinya beranjak dari kursinya, seseorang mengetuk pintu. Kemudian masuk karena tidak mendengar jawaban dari mulut Jungkook. Karyawan bawahan Jungkook itu membungkuk sebentar.

"Sajangnim menyuruh Bujangnim untuk menghadiri rapat."

"Sekarang? Bukankah tidak ada rapat hari ini?"

"Sajangnim memutuskan untuk mengikutsertakan Bujangnim dalam rapat ini." Setelah mengatakan hal tersebut, sekretaris Seokjin yang cantik jelita itu membungkukkan badan dan pamit undur diri.

Jungkook menghela napasnya. Kegiatannya akan tertunda. Ia harus segera mengurus rapat ini dengan cepat. Ingin sekali mengumpat pada Seokjin. Mau tidak mau ia melangkah keluar ruangan. Membuka daun pintu dengan sedikit kesal. Seperti matahari yang selalu disambut hangat bahkan histeris oleh alam, Jungkook mendapatkan berbagai macam sapaan ketika melangkah keluar. Bahkan teriakan histeris yang tercekat masih bisa terdengar. Pemuda itu menjawab dengan senyuman manisnya. Bertolak belakang dengan pikirannya yang berkecamuk.

Sweet But Psycho [M] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang