6 - Amnesia(?)

944 137 2
                                    

Seokjin dan adik - adiknya telah sampai di rumah sakit yang mereka tuju, kecuali Jimin. Jimin sudah sampai dulu. Mereka berjalan dengan tergesa - gesa. Wajah khawatir jelas terpampang. Tak sekalipun menghilangkan ketampanan mereka. Memecah atensi orang - orang yang berpapasan dengan mereka. Terkagum - kagum dengan segerombol lelaki yang sedang tergesa - gesa itu.

Terbukalah pintu kamar dimana Jungkook dirawat. Di sana sudah ada Jimin yang duduk di sofa yang sepertinya telah menanti kedatangan mereka. Baik, ini adalah waktu yang tegang. Di mana Jungkook yang masih terduduk lemas sudah disidang oleh tatapan - tatapan maut oleh kakak - kakaknya.

"Hyung, kenapa kalian menatapku seperti itu?" rengek Jungkook yang dibalas helaan napas dari Seokjin. "Hyung, serius. Ini tidak disengaja. Aku pun tak tahu hal ini bisa terjadi," lanjutnya.

"Baiklah, maafkan kami. Kami hanya sedang kesal. Berhati - hatilah lain kali. Apa kau tidak ingat musuh kita lebih banyak daripada orang yang ingin menjatuhkan Tuan Lee?" Seokjin dan yang lain mengalihkan pandangannya. Memilih duduk sofa sementara Seokjin duduk di samping Jungkook.

"Aku tahu. Mari kita ubah rencana kita."

"Ubah kepalamu! Proyek yang baru sudah diketahui banyak orang. Bagaimana kau bisa lupa?" sahut Hoseok menanggapi Jungkook.

"Aku tahu, Hyung. Tapi bukankah lebih mudah jika kita menjebak orang? Apa kalian tidak ada yang curiga dengan orang dalam?"

"Maksudmu?" kini Taehyung ganti bertanya.

"Tuan Park tiba - tiba saja ingin ikut andil dalam urusan penanganan proyek. Padahal saat dulu perencanaan setahuku dia menolak proyek itu."

"Kita tidak bisa tiba - tiba curiga. Jieun pasti tahu hal ini. Mengapa kita tidak tanya dia saja? Ajak dia berdiskusi dengan kita." Ide Namjoon kali ini dibalas dengan angguk - angguk oleh saudara - saudaranya itu. Kali ini bukan masalah yang mudah. Proyek itu terlalu berbahaya jika sudah diincar orang. Apalagi kedudukan Seokjin juga sedang terancam. Hal itu tak membuat mereka lengah. Mereka terus saja menggali ide - ide mereka untuk melindungi diri, lalu akan menghancurkan balik penghancur yang berencana menghancurkan mereka.

Mereka tak tahu pasti apa motif musuh mereka. Mereka juga belum tahu pasti apa motif Tuan Lee mengajak Seokjin untuk bekerja sama. Kakak kandung Taehyung itu pasti sudah berpikir yang lebih jauh. Jadi Taehyung maupun yang lain akan tenang dengan keputusan Seokjin.

***

Jieun terbangun dari tidur panjangnya. Menajamkan indera penglihatannya. Menilik apa yang ada di depannya. Ia tidak bodoh untuk menanyakan keberadaan dirinya sekarang. Bahkan adiknya yang tengah tersenyum bahagia itu sesegera mungkin memanggil dokter.

Datanglah malaikat rumah sakit berjubah putih dengan stetoskop yang mengalung di lehernya. Berlari kecil menghampiri Jieun yang terbaring lalu memeriksanya. Otaknya masih fokus dengan apa yang ia dengar. Seraya mengerutkan dahi untuk mencoba lebih fokus.

Setelah selesai, kini berganti Jieun yang bingung mengapa ia berada disini. Baru saja ia ingin duduk, sudah mengeluh kepalanya terasa pusing. Entah itu efek tidurnya selama 5 hari atau gejala yang lain. Chung Ah hendak menanyakan mengapa kakaknya bisa mengeluh pusing yang amat sangat. Namun ia urungkan ketika dokter menanyakan hal penyebab Jieun bisa ada disini. "Apa kau ingat mengapa kau bisa disini?"

Jieun menggeleng.

"Kau kecelakaan. Bisa kau ingat? Pelan - pelan saja."

Jieun terdiam sebentar. Mencoba mengingat. Namun ia menggeleng lagi.

"Baik, akan ku beri clue. Kau dibawa kesini karena kecelakaan. Bersama Jungkook-ssi. Apa kau kenal?"

Jieun mengangguk.

Sweet But Psycho [M] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang