23 - Conversation

346 40 5
                                    

Hai! Kaget ngga? Aku berusaha untuk update 2x seminggu yaitu hari selasa dan sabtu. Semoga aku ngga lupa-lupa ya hihi biar konsisten.

Selamat membaca!




——————————

Keterkejutan Sooyoung menjawab semuanya. Jungkook tidak bodoh untuk menilai ekspresi seseorang. Menemukan titik terang yang sedikit mencurigakan dan pantas untuk dicurigai. Tidak, itu mungkin bukan titik terang. Melainkan poin yang harus Jungkook catat dalam ingatannya lalu menganalisisnya menjadi rentetan paragraf. Suatu saat nanti ia akan mengungkapnya bersama teka teki yang lain setelah menyusun jawabannya.

"Aku bersumpah jika kau berniat untuk melukai Noona kau yang akan kubunuh," ucap Jungkook memperingati Sooyoung. 

Taehyung termenung. Ia tak bisa berbuat banyak hal mengenai ini. Bagaimana jika nyatanya kekasihnya itu memang salah satu bagian orang-orang yang ingin melukai Jieun ataupun adiknya sendiri? Taehyung memilih untuk tidak mengatakan apa-apa. Ia tidak membela sedikitpun kendati Sooyoung adalah kekasihnya. Pun mereka sudah berjanji untuk saling menjaga. Namun, untuk masalah ini, ia tak bisa berjanji. Ini adalah pertaruhan nyawa adiknya. Jika Jieun terancam, maka Jungkook akan merasa terancam. Hal itu akan membuat Taehyung sangat merasa bersalah sebab dirinya yang paling dekat dengan Jungkook selain Seokjin. Merasa sangat bertanggung jawab atas apa yang terjadi pada Jungkook.

"Tidak, aku bersumpah tidak pernah berniat untuk itu." Sooyoung mengucapkannya dengan sungguh-sungguh. Jungkook menatap ke dalam-dalam mata Sooyoung. Mencoba mencari celah bohong dalam matanya. Jungkook akan menyimpannya sendiri. Semua yang ia ketahuinya. Suatu kali akan ia rangkai lalu ia sebar luaskan.

"Alasanmu?" Namjoon mencoba menekan Sooyoung. Taehyung sudah ingin menghentikan Namjoon, namun ia lebih dulu ditahan oleh tangan Namjoon. Lagi lagi ia mengurungkan niatnya. 

Sooyoung menghela napasnya. Mencoba menetralkan pikirannya. Menjawab dengan logis agar Namjoon dapat mempercayainya. Bagaimanapun jika berhadapan dengan Namjoon, siapapun harus mengungkapkan sebagian besar logikanya. Namjoon orang yang percaya akan logika. "Untung apa aku membunuhnya?" Sooyoung mencoba bersikap sarkas. Namun, ia tak bisa menyembunyikan kakinya yang sedikit gemetar. Tangannya ia usap-usap beberapa kali karena merasa basah di bagian telapak. Lantas ia tersenyum.

"Kau bisa mendapat pujian dari pamanmu karena berhasil menyingkirkan ketakutannya. Lalu kau akan dibantu untuk semakin menguasai perusahaan. Tetap menjadi sekretaris atau bahkan diangkat menjadi direktur? Wah, sungguh akan menjadi permainan yang seru." Namjoon terkekeh. Jungkook maupun Taehyung tidak mencoba menyela kalimat Namjoon. Mereka lebih memilih untuk mendengarkan lalu menganalisis pikiran Namjoon yang begitu jauh. Itulah opini mereka. Pun yang dikatakan Namjoon adalah opini yang didasari dengan logika. 

"Kau satu-satunya orang yang mengetahui letak apartemen Jungkook sebelumnya, ia sudah pindah sebanyak 2 kali di tahun ini. Kau satu-satunya orang yang tahu selain kami bertujuh dan Jieun."

Sooyoung mati kutu, hal itu logis. Entah apa yang ia katakan untuk menyangkal kelogisan kalimat Namjoon. Pun Jungkook tersenyum diam-diam. Pemikiran yang sempat ia sapu begitu saja di pikirannya mengalir ke otak Namjoon. Sepertinya Namjoon telah memikirkan hal itu jauh-jauh hari. Namun, ia tak mengatakan keganjalan yanng terlewat ini kepada saudara-saudaranya. Melainkan menyerang langsung kepada Sang Tersangka. "Lalu, kau pikir aku akan dengan mudah terlena dengan itu? Kau tahu sendiri kalau pamanku itu licik, bukan?"

"Lalu tujuanmu ke club waktu itu adalah?" sela Jungkook. Ia terlarut dalam percakapan menegangkan menurut Sooyoung ini. Otaknya dengan Namjoon terasa terhubung. Ini seperti telepati. 

Sweet But Psycho [M] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang