34 - Vacation

550 47 5
                                    

5 tahun kemudian...

Rumah megah dengan desain apik adalah idaman kebanyakan orang. Orang-orang cenderung menginginkan berbagai furnitur rumah yang tercukupi agar mereka dapat melakukan hal-hal tanpa mengawatirkan alat yang tidak ada. Seperti kegiatan memasak, semua perempuan pasti mengidamkan peralatan dapur yang lengkap, kulkas yang penuh. Agar mereka tidak perlu bingung untuk memulai memasak. Atau mungkin sebagian perempuan bingung jika kulkas penuh. Mereka tidak tahu harus memulai memasak dengan apa. 

Ibu hamil yang tengah memegang perutnya itu melihat isi kulkas yang penuh. Ingin hati untuk memasak banyak namun terlalu banyak macam bahan namun dengan jumlah sedikit membuatnya bingung bahan apakah yang harus ia pilih. Ia sengaja bangun sepagi ini untuk memasak banyak. Ia dan Sang Suami ingin pergi ke pantai bersama saudara yang lain. Ia kemudian menanyakan kepada calon bayi untuk memberi petunjuk agar ia tidak bingung.

Karena ia lelah berdiri, lantas ibu hamil itu mengambil beberapa bahan untuk segera dimasak. Ide yang tiba-tiba terlintas itu mungkin tidak akan terlalu buruk. Kendati ia menuruti perintah suami untuk tidak memasak karena sedang hamil tua. Namun, Sang Istri justru seperti mengidam dengan ingin terus berada di dapur. Meski di rumah saudara yang lain pun, tempat yang dituju pertama adalah dapur. Alih-alih duduk di ruang tamu seperti tamu lainnya, ia meminta untuk duduk di dapur. 

Kedua lengan besar menopang perutnya dari belakang. Mengelus pelan seraya menciumi pipi ibu hamil yang sedang menggulung kimbab. "Kau tidak menuruti aku lagi," ujar pemilik lengan kekar itu dengan raut sedih yang dibuat-buat.

Sang Istri pun terkekeh. "Kau tahu aku mengidam dapur, bukan mengidam menuruti perintahmu."

"Aku kan suamimu. Istri ada untuk menuruti perintah suami. Kau ingin menjadi istri durhaka, ya?"

"Iya," jawab Sang Istri enteng.

"Heol. Jeon, jangan seperti ibumu, ya. Ayah akan memarahimu jika kau tidak menurut," ujar Jungkook seraya mengelus perut Jieun dengan lembut. Seakan-akan calon bayi di dalamnya sedang mendengarkan. "Aku akan memotongnya."

Jieun mempersilakan Jungkook untuk mengambil alih. Ia mengambil kotak makan untuk dijadikan tempat kimbab. 

"Cantik sekali," puji Jungkook pada hasil potongannya sendiri.

"Aku yang membuat cantik, kau 'kan hanya memotong," ketus Jieun.

"Aku yang menatanya agar cantik."

"Itu hanya membuat rapi, bukan cantik."

"Karena aku yang membuat rapi yang berakhir cantik."

"Berisik sekali kalian," ujar pria menginterupsi keduanya. 

Mereka terdiam seraya mengikuti ke mana pria itu melangkah. Berhenti di tengah-tengah keduanya, lantas mengambil kotak makan yang berisi kimbab lalu menutupnya.

"Aku ingin mengambil ini. Terima kasih, ya. Banyak sekali. Agar menjadi 1 mobil saja makanannya," ujarnya tersenyum menatap keduanya bergantian. 

"Jangan berterima kasih padaku."

"Aku tidak berterima kasih padamu, Jungkook."

"Lalu?"

"Terima kasih..." ia menjeda kalimatnya. tersenyum manis tanpa dosa pada Jungkook. Lalu ia menurunkan kepalanya, menghadap ke perut Jieun yang besar. "...anakku," lanjutnya kemudian mencium perut Jieun.

"Ya! Seokjin Hyung!" teriak Jungkook tak terima saat kakaknya itu kabur. "Ini anakku, bukan anakmu!" imbuhnya dengan nada tinggi.

Jieun terkikik melihat interaksi keduanya. Benar-benar lucu dibuatnya. Jieun lumayan terhibur untuk itu. "Terima kasih, anakku," ujar Jieun mengulangi kalimat Seokjin untuk mengejek Jungkook.

Sweet But Psycho [M] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang