20 - Box

326 48 2
                                    

Perihal hal-hal yang ingin Jungkook lakukan sendiri, baginya tak ada kata menyerah untuk mendapatkannya. Keadaan sekarang mengharuskannya berpikir bagaimana ia bisa membuat Jieun percaya. Ia belum yakin apakah Jieun akan berpura-pura tidak tahu atau melakukan hal gegabah seperti langsung menuduh Jungkook. Tidak, Jungkook rasa itu bukan sifat Jieun. Biarkan semuanya mengalir sesuai jalan rencana. Memikirkan berulang-ulang tentu tidak membuat Jungkook semakin tenang. Pemuda itu terus saja gusar dalam hatinya. Acap kali mencoba untuk menenangkan diri. Otaknya sudah seperti tahu apa yang akan terjadi selanjutnya dengan membayangkan hal-hal yang belum terjadi. Harusnya Jungkook menampik hal-hal semacam itu. Dengan aksi yang terus Jungkook lakukan—mencobamencari kesibukan.

Ia mengusap wajahnya gusar. Datanglah Sooyoung yang meletakkan gelas berisi air putih di hadapan Jungkook. Pemuda itu menatap Sooyoung heran. Dahinya mengernyit, wajahnya menyengir. "Hanya air putih?" tanyanya tidak terima. Yang benar saja air putih yang dihidangkan untuknya.

"Kau sedang kalut. Tidak kuizinkan untuk menguras kulkas Taehyung. Air putih itu jernih, sekalian saja untuk menjernihkan pikiranmu," jawab Sooyoung lalu melenggang pergi.

Jungkook menganga. Tahu begitu ia mengambil minuman sendiri di kulkas Taehyung. Atau pergi ke rumahnya daripada disini. Ia ingin sesuatu selain air putih yang dapat mendinginkan otaknya.

"Sooyoung benar. Minumlah dulu," kata Taehyung setelah menepuk bahu Jungkook pelan. Menatap Jungkook mengisyaratkan untuk segera meminum air putih yang masih bertengger di meja. Menuruti kata Taehyung, lantas Jungkook meminum air putih tesebut.

"Dia sama saja seperti Noona."

Tak lama kemudian, Sooyoung datang setelah mengembalikan nampan. Duduk di sofa seberang Jungkook dan Taehyung. Menyilangkan kaki dengan pongah. Seperti wanita berkelas sekali serta tak lupa meninggalkan kesan seksi. Didukung dengan pakaian kerja yang masih melekat manis ketat. Pantas saja tidak pernah diizinkan untuk mendampingi Taehyung. Jika hal itu terjadi mungkin Taehyung tak jadi bekerja. Taehyung pria normal yang pastinya akan tergoda dengan hal itu.

"Ku tebak kau pasti sedang berpikir apakah Jieun akan bersikap seperti biasa atau justru menodongmu dengan seribu pertanyaan." Sooyoung mencoba memulai topik yang pastinya akan dibahas. Tujuan Taehyung mengajak Jungkook ke rumahnya adalah takut-takut ada Jieun yang pastinya topik ini tidak akan jadi dibahas.

Jungkook mengangguk menanggapi. "Jieun terlalu mengejutkan. Kau tahu itu."

Taehyung merogoh sakunya. Mengeluarkan ponselnya. Membuka pesan yang ia dapatkan lantas menunjukkan pada Jungkook.

Cepat mundur.

Hanya dua kata itu yang Taehyung terima. Pun pesan itu ia terima tepat setelah kepulangannya ke kantor dari mengurus lanjut tentang proyek. Bagaimanapun Ia tak mau di cap buruk oleh Seokjin sekalipun mereka berdua kakak beradik. Tidak menggunakan Seokjin untuk membantunya membersihkan nama baiknya jika tercoreng jelas. Lagipula Seokjin akan menolak mentah-mentah akan hal itu.

"Bertindaklah seperti biasa. Orang yang mengirimimu pesan itu seperti peneror tidak berkelas," ejek Taehyung. Mengungkapkan pendapat pertama kali yang terlintas di kepalanya saat baru saja membaca pesan di ponsel Jungkook. Beruntung ia tidak langsung menelpon Si Pengirim.

"Pertanyaan apakah yang akan Jieun layangkan pertama kali saat bertemu denganmu?"

Jungkook tersenyum.

Jungkook tersenyum

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sweet But Psycho [M] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang