35 - Birth

825 57 10
                                    

Hari ini Jungkook dua kali lebih gugup daripada ia harus meminta restu dan ayah mertua untuk menikahi Jieun. Anak pertamanya akan lahir hari ini. Kendati berbagai saran telah ia dengarkan dari Jieun maupun ayah mertua, ia tetap tidak bisa tenang. Ia selalu berdoa untuk keselamatan persalinan Jieun hari ini. Menemani ke mana pun Jieun melangkah. Memilih kamar bersalin dengan fasilitas terlengkap yang berada di rumah sakit bintang lima. Semua itu Jungkook lakukan untuk menghindari ketidaknyamanan Jieun ketika proses bersalin. Istrinya harus melahirkan dengan lancar. Dukungan yang tak pernah berhenti dari saudara-saudaranya maupun ayah mertuanya. 

Wanita yang duduk di atas bola besar itu tersenyum manis menatap Jungkook. "Mengapa kau senyum-senyum begitu?" tanya Jungkook.

Jieun semakin menarik sudut bibirnya. "Kelinci kecilku sebentar lagi akan menjadi ayah sungguhan," godanya."

"Aku bukan kelinci kecil lagi," kesal Jungkook mengerucutkan bibirnya."

"Iya, Ayah," jawab Jieun menirukan suara anak kecil sembari terus menaik-turunkan pinggulnya di atas bola besar. 

Jieun terkekeh. Jungkook tahu, Jieun terus mencari topik agar mereka selalu berbicara. Agar Jieun dapat menahan rasa sakit saat kontraksi. Jungkook setia mengurut pelan pinggul belakang Jieun untuk membuat istrinya nyaman saat kontraksi. Dukungan yang ia bisikkan pada istrinya tidak pernah berhenti. 

Kemudian tidak lama Jieun merasakan kontraksi yang lebih parah. Dokter memutuskan untuk Jieun segera tidur miring di atas kasur yang sudah disediakan. Perawat persalinan menyuruh Jieun untuk membuka selakangannya 90 derajat. Lantas mendorong sebelah pantat Jieun. Hal itu agar mempermudah jalan keluarnya bayi. Setelah dirasa cukup, perawat perempuan itu mengambil bantal yang semula menopang kepala Jieun. Sekarang, hanya kasur yang menjadi alas Jieun.

"Tolong bantu ya, Pak. Dorong pelan-pelan. Saya akan siapkan yang lain," ujar perawat itu yang dibalas anggukan oleh Jungkook.

Jungkook sungguh tidak tega melihat Jieun yang terus merintih kesakitan. Sesekali ia memijat pinggul belakang Jieun untuk mengurangi rasa sakit, membisikkan kalimat-kalimat dukungan agar istrinya kuat menahan sakit. Melihat perjuangan Jieun selama bersalin membuatnya ingin menangis saja. Ia teringat ibunya yang telah meninggal. Sesusah inikah ibunya melahirkannya? Perjuangan ibunya yang belum bisa terbalaskan kini teringat kembali. Kendati pria itu tidak mengetahui bagaimana ibunya melahirkan, namun ia kini tahu seberapa besar wanita yang melahirkan saat persalinan. 

"Jungkook, sakit sekali," rintih Jieun dengan tangan merayap seperti cicak. Ia kira ia bisa bercengkerama dengan Jungkook seperti tadi. Rupanya, rasa sakit yang dialaminya sekarang tidak bisa ditawar. Hampir saja Jieun menyerah dalam persalinan. Mengatakan bahwa ia tidak ingin melahirkan lagi. Bahkan ingin memilih untuk operasi saja. Namun, dokter yang menanganinya tidak mengizinkan. Lagipula ini hal yang lazim terjadi pada ibu yang ingin melahirkan.

"Iya, Sayang. Iya. Sabar ya. Sebentar lagi," tutur Jungkook dengan lembut. Berusaha menenangkan istrinya. Sesekali mengecup kening Jieun yang sudah basah keringat.

"Silakan, Pak. Tempat bersalin sudah siap."

Jungkook membantu Jieun untuk duduk. Berhenti sebentar kemudian memegang kedua bahu Jieun supaya dapat membantu Jieun untuk berdiri. Ia menuntun istrinya berjalan dengan sangat hati-hati. Ia meminta tolong perawat untuk membantu Jieun agar ia dapat melepas pakaiannya. Menyisakan celana pendek hitam. Sungguh, ia sangat gugup sekarang. Kendati Dokter beberapa kali menyuruhnya untuk tidak gugup agar ia bisa terus menyemangati Jieun, tetap saja Jungkook gugup. Lantas ia minum air putih untuk menetralisir gugupnya. 

Masuklah ia ke dalam bak mandi. Kemudian disusuk Jieun yang dibaringkan di atasnya. Air hangat di dalam bak mandi memang sangat sedikit. Namun, keduanya membuat air itu menjadi hampir penuh. Jieun menjadikan lengan Jungkook sebagai pegangan. Sesekali Jungkook mengusap kening Jieun untuk menghapus keringat. 

"Tenang, Sayang. Semangat, ya!" tutur Jungkook dekat sekali dengan telinga Jieun.

"Tarik napas dulu, Bu. Hembuskan. Ulangi sebanyak 3 kali. Pelan-pelan, Bu," ujar Sang Dokter memandu.

Jungkook membenahi kain putih yang Jieun kenakan untuk menariknya lebih ke atas. Kali ini ia rela asetnya terbagi-bagi. Demi kelahiran anaknya. Lagi pula mereka sudah terbiasa menangani persalinan. 

"Dorong, Bu. Terus terus." Sang Dokter terus memandu.

Terus begitu sampai lengan Jungkook hampir terluka karena cengkeraman tangan Jieun. Sungguh, meski tangannya berdarah pun ia tidak peduli. Yang ia inginkan adalah anaknya cepat keluar dan menyapa dunia. Tiba pada puncaknya, Jieun mengejan kuat-kuat serta mencengkeram kuat lengan Jungkook. Jungkook merasakan seberapa besar usaha Jieun untuk mengejan kuat. Tubuhnya menopang tubuh Jieun, dengan begitu tubuh Jieun tidak terlalu tenggelam dalam air.

"Selamat, Pak, Bu. Dia laki-laki," tutur Sang Dokter dengan senyuman.

Jieun dan Jungkook senang bukan main. Terutama Jieun. Ia telah berhasil melahirkan anak pertamanya. Dokter memotong tali pusar itu kemudian membantu Jieun untuk melahirkan plasentanya. Berbagai prosedur persalinan yang sebenarnya Jungkook tidak mengerti itu sudah ingin berakhir. Ia tersenyum saat Sang Bayi berada di atas dada Jieun. Mengelus dahi kecil Sang Bayi. Bahkan air matanya sudah keluar sedari tadi. Tak kuasa menahan tangis bahagia. Mengecupi kepala Jieun untuk mengucapkan terima kasih.

"Terima kasih, Sayang." Jungkook mencium lama kepala Jieun yang berada di dadanya. "Aigooo~ jagoan Ayah sudah lahir." 

Bayi itu terus menangis. Jungkook anggap itu sebagai respon bahwa anak pertamanya juga bahagia bisa bertemu dengan kedua orang tuanya. Seisi ruangan ikut bahagia, sama dengan kedua orang tua yang menatap buah hatinya dengan tatapan bahagia. Wajahnya yang kecil, tangannya menggenggam jari kelingking Jieun. Sungguh, itu adalah duplikat dari mereka berdua. 

"Sehat terus ya anak Ayah." 

Jieun maupun Jungkook tak bisa membendung air mata. Keduanya sama-sama menangis bahagia, sebab buah hati yang telah dinantikan kini di depan mata. Sedang Jieun gendong. 

"Sayang aku mencintaimu." Jungkook mengecup kepala Jieun lebih lama.

"Aku lebih mencintamu." 

Lantas Jungkook memeluk keduanya, anak dan istrinya. 



[END]

Akhirnyaaaa selesai juga ya cerita ini. Bagaimana testimoninya? hahaha

Dikira apa ya testimoni. Bagian mana yang membuat kalian terharu? 

Atau sedih?

Sampai mengeluarkan air mata ngga?

Maaf kalo yang ada di cerita ini membuat kalian memaki-maki ya hehe. Maaf juga kalo cerita ini ada kesalahan. Terima kasih sudah mengikuti cerita ini sampai habis. 

Sweet But Psycho [M] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang