21 - Tell

303 43 1
                                    

Secangkir kopi yang semula mengisi tiga per empat dari isi cangkir, kini sudah tandas melewati tenggorokan. Menemani pita suara yang sedari tadi bergetar membahas salah satu gadis kesayangan hampir semua umat manusia. Tak terkecuali karena kecantikannya. Kebaikan hatinya dengan selingan kesarkasannya membuat orang-orang terkesan dengan sosok gadis itu. Terkadang membuat orang takut karena tatapannya yang dingin. Seolah akan menguliti mereka saat itu juga. Setelah itu, gadis yang hampir mereka dambakan itu akan tersenyum manis hingga terasa menyejukkan hati. Yang semula hampir mengagumi menjadi sepenuhnya mengagumi. Keberanian yang menjadi momok bagi masyarakat itu selalu dapat Jieun cairkan dengan senyuman manis menggetarkan hati miliknya. Bagaimana gadis dengan perawakan kecil itu dapat menggetarkan hati dalam situasi takut dan bahagia sekaligus.

Menjadikan Jieun topik selama berjam-jam tak menjadi masalah bagi Seokjin. Gadis yang begitu ia cintai itu terus saja melayang-layang menanamkan bayangan di pikirannya. Harus diselesaikan sekarang juga rasa penasarannya itu. Sepak terjang bagaimana adik bungsunya mempunyai sebuah misi rahasia yang tentunya hal itu tidak akan Jungkook katakan kepadanya. 

"Sebenarnya, Jieun sangat terbuka. Hanya saja ada sedikit kendala." Seokjin meletakkan kembali gelasnya setelah menyeruput sisa kopi di cangkirnya hingga tandas. 

"Jangan kau pikir aku tidak tahu bahwa adik bungsumu menginginkannya."

Mata yang sengaja dibulatkan itu terlihat lucu dengan kombinasi bibir bawah yang mempesona. Ia menjadi salah tingkah dengan kalimat Tuan Lee yang begitu mendadak. Hal ini memang tidak pernah luput dari media. Mengingat Jieun dan Jungkook pernah tersorot media. Sepenuhnya memercayakan kepada Seokjin, Tuan Lee tidak berbuat apa-apa. Begitu tenang namun telihat menghanyutkan. "Ya, itu memang benar."

"Lalu kau tidak memberitahu bahwa kalian sepasang kekasih?" Tuan Lee tertawa setelahnya. Membuatnya kembali merasakan masa muda yang mustahil untuk ia jelajahi kembali.

"Aku rasa itu hal yang tidak begitu sulit. Aku menghormati perasaan Jungkook. Biarlah dia berbuat semaunya. Kami juga sepakat untuk merahasiakan hal ini dari adik-adikku."

"Kau tidak ingin menjerat Jieun terlalu erat?"

"Ya, Jungkook begitu tulus mencintainya." Seokjin memandang lurus foto Jieun bersama adiknya yang terpampang besar di figura.

"Lalu kau?" Seokjin sedikit tercekat dengan pertanyaan Tuan Lee. Ia sangat mencintai dan menyayangi Jieun. Atau entah rasa itu hanya sekedar rasa sayang tanpa cinta yang utuh. Seokjin belum berani untuk menjawabnya. Sebab ia tidak tahu kata apa yang tepat untuk mendeskripsikan rasanya.

Ponselnya bergetar di dalam saku jas yang ia kenakan. Sontak badannya ia tegakkan. Lantas meraih ponselnya, membaca nama penelepon. Sedikit terkejut setelahnya. Nama Jieun yang terpampang jelas membuatnya pamit untuk mengangkat telepon. Tuan Lee menjawabnya dengan anggukan.

"Halo, ada apa?" sapanya setelah menggeser tombol hijau lalu mendekatkan ponselnya ke telinga.

"Pulang."  Jawaban sangat singkat Jieun itu membuat Seokjin sedikit terkejut. Tiba-tiba sekali Jieun menyuruhnya pulang. Ditambah suara Jieun yang terdengar mengkhawatirkan. Hati Seokjin terenyuh mendengarkan. Sepertinya JIeun benar-benar membutuhkannya.

"Oh, apa kau menungguku?" tanyanya alih-alih menyetujui untuk segera pulang.

"Tidak. Pulang atau aku kembali lagi lalu nanti adikmu melarangmu bertemu denganku?" Ancaman cukup ampuh hingga membuat Seokjin gusar. Membuatnya berdiri dari duduknya.

Tuan Lee yang melihat gelagat Seokjin sepertinya tahu Si Penelepon. "As soon as possible, baby," jawab Seokjin tanpa ragu, di depan Tuan Lee. 

Sweet But Psycho [M] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang