18 - Target

525 48 0
                                    

Barangkali dua manusia yang sedari tadi belum merubah posisi nyamannya itu segera pergi ke alam mimpi. Menghanyutkan semua pikiran berat hari ini hingga bisa menyambut esok pagi dengan pikiran yang segar. Namun pagi hari yang cerah dengan segudang memori kosong akan diisi lagi dengan secercah pikiran yang lambat laun akan merambah banyak seiring apa-apa yang terlintas di otak begitu saja—tanpa kendali. Berlalu lalang tanpa mau kalah untuk selalu dipikirkan. Alih-alih memberi otak waktu istirahat walau sehari, respon otak yang begitu berlebihan hingga berakhir overthinkin'. Sangat memuakkan. Malam hari adalah puncaknya seseorang menjadi memikirkan hal-hal yang tidak penting harus dipikirkan. Ingin sekali mengusir dengan mudah pikiran dangkal yang semakin mendalam itu ke dasar jurang agar tak terlintas lagi. Apa daya daya kontrol otak tak semudah yang dibayangkan untuk dikendalikan oleh diri sendiri. Tantangan yang berat.

Posisi seperti ini sungguh-sungguh membuat Jungkook ingin mengulur waktu untuk tidur. Menghentikan waktu agar selalu menikmati waktu bersama sang pujaan hati tanpa memotong waktu malamnya yang terasa begitu singkat. Memeluk bahu Jieun di balik selimut yang hangat. Membicarakan hal-hal yang menurutnya perlu di dengar langsung dari mulut Jieun. Malam yang istimewa. Jungkook bisa saja mempunyai banyak malam istimewa. Sayang Jieun tak akan mengabulkan permintaan Jungkook yang terlewat sering. Tidak ingin sering menikmati malam satu selimut begini dengan pemuda itu. Kendati dirinya tidak menolak rengkuhan tangan Jungkook hingga kulit keduanya bergesekan beberapa kali. Pun dirinya menyamankan posisi yang berhadapan dengan dada bidang Jungkook. Sesekali meraba perut Jungkook yang terbentuk indah. Pantas banyak wanita yang mengidamkannya. Beruntung Jieun punya hak istimewa dalam dunia Jungkook

"Sepekan lalu aku bepergian dengan Yoongi." Jungkook menyimak dengan seksama. Mendengar lanjutan paragraf Jieun yang baru saja dimulai. "Lalu mandi bersama."

Tampaknya hanya dua kalimat yang ingin Jungkook dengar sebelum menyanggah, "Berenang bersama."

Jieun menghela napas berat. Menyamankan posisi kepalanya yang sedetik lalu hampir merosot. "Lalu memang mandi bersama. Dia mandi aku berendam."

Mata Jungkook melebar namun berusaha tidak menunjukkan pergerakan badan. "Maksudmu dalam kamar mandi yang sama?" tanyanya antusias.

"Ya, bahkan aku mengagumi badannya meski tinggi tubuhnya hanya beberapa senti melebihi aku. Bagaimana caranya memutar keran, menggosok badannya hingga melilitkan selembar handuk putih bersih yang ia tarik dari tumpukan handuk di rak kamar mandi. Mungkin..." Jieun sengaja menggantung ceritanya. Menilik ekspresi kesal di wajah Jungkook. "Mau tahu lanjutannya tidak?" tanyanya tidak yakin pada Jungkook.

Jungkook mengangguk antusias walau dalam hatinya sangat tak ingin mendengarkan lagi cerita Jieun. Telinganya panas mendengarnya. Hampir saja menunjukkan bahwa sedang dibakar api cemburu. Belum, belum saatnya Jungkook menunjukkan secara terang-terang. Jieun tahu itu hanya dibuat-buat. Bagaimana cinta mati Jungkook untuknya semakin membawa kepercayaan dirinya melambung tinggi. Berpikir bahwa Jungkook tak akan mampu lari dari jerat pesonanya. Jungkook kecil belum berubah dan masih berusaha. 

"Aku tidak akan melanjutkan. Kau pasti akan bertanya lebih banyak. Aku hanya ingin tidur sekarang," ujar Jieun seraya menarik selimut agar lebih tinggi. Ingin membalikkan tubuhnya namun segera dicegah oleh Jungkook seraya berkata, "jangan coba-coba. Kita akan berpelukan sepanjang malam."

"Malamku terpotong," elak Jieun.

"Ya terserah berapa durasinya yang terpenting sampai menjelang pagi."

"Pemaksa."

"Oho! LIhatlah! Noona bahkan menyamankan posisi agar menghirup ceruk leherku," kekehnya. Memang benar apa yang dikatakan Jungkook. Jieun menyamankan posisinya hingga hidungnya mencium ceruk leher Jungkook. Menghirup dan menghembuskan napas disana. Akan menjadi kenikmatan serta kegelian bagi Jungkook sendiri. Tapi sungguh ini seperti sepasang suami istri yang sedang lelah bercinta lalu tidur saling berpelukan. Mungkin tidak—Jieun jelas menampik hal itu. Jieun hanya berkata sesuai apa yang ia pikirkan. Bukan kenyataan yang sedang ia jalani. Terkadang manusia butuh menyadari realita yang mereka jalani daripada terus berambisi hingga tidak menyadari realita yang terus bertolak belakang. 

Sweet But Psycho [M] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang