29. Dua Puluh Sembilan

8.7K 750 44
                                    

"Selamat pagi!" sapa Bumi seperti biasanya, pada dua orang wanita yang sedang bercengkrama di dalam dapur mewah nya.

"Selamat pagi Pak Bumi."

"Pagi, Tuan."

Jawab Mak Sah dan Alisha bersamaan.

Bumi langsung duduk di kursinya. Secangkir kopi sudah terhidang di atas meja. Bumi langsung menyesap nya, merasakan sensasi pahit dan hangat nya kopi buatan Alisha.

Bumi tahu jika kopi ini adalah buatan Alisha, karena dulu sebelum ada Alisha di rumah ini, dia jarang sekali minum kopi. Mak Sah hanya akan membuatkan nya kopi jika dia meminta. Tapi sekarang, setiap Bumi ada di rumah, sudah pasti Alisha akan menghidangkan kopi untuk nya.

Alisha dan Mak Sah duduk di kursi mereka masing masing. Beginilah rutinitas pagi di rumah Bumi. Mereka akan sarapan bersama. Kecuali suami mak Sah yang tidak pernah ikut makan bersama karena setiap pagi tugas suami mak Sah adakah mencuci mobil bumi, membersihkan halaman dan setelah pekerjaan beres barulah suami mak Sah akan berjaga di pos depan disamping pagar rumah mewah Bumi. Dan biasa nya suami mak Sah akan sarapan atau makan sendiri. Hanya saat siang hari mak Sah dan suaminya makan bersama.

Alisha sudah mengisi piring Bumi dengan makanan buatan mak Sah. Melihat Alisha yang cukup cekatan mengurus makan minum nya, tanpa sadar Bumi tersenyum dengan pandangan masih lekat menatap Alisha.

Semua interaksi Bumi dan Alisha tak luput dari perhatian mak Sah. Wanita itu sebenarnya sudah curiga dengan hubungan Bumi dan Alisha, tapi ingin bertanya pun tak berani mak Sah lakukan.

"Terima kasih, Sha," ucap Bumi saat Alisha menyodorkan piring yang sudah diisi dengan makanan.

"Sama-sama, Tuan."

Mereka bertiga makan dalam diam. Bumi sudah berencana untuk memberitahu mak Sah hari ini juga. Rasa nya tak adil jika mak Sah tidak tahu apa-apa mengenai hubungan dirinya dan Alisha.

"Mak Sah."

"Ya, Pak Bumi."

"Ada sesuatu yang ingin kusampaikan pada Mak Sah."

"Sesuatu? Apa itu?"

Mak Sah menghentikan suapan nya, lalu menatap Bumi dengan muka ingin tahunya.

"Mak Sah. Sebenarnya ada hal yang sudah seharusnya mak Sah tahu sekarang. Aku dan Alisha sebenarnya ... sudah menikah. "

"Menikah?!" Mak Sah mengulang ucapan Bumi.

Alisha langsung tersedak makanannya. Dia sudah terbatuk batuk karena mendengar pengakuan Bumi pada mak Sah.

"Hati-hati makannya, Sha. Ayo minum dulu." Bumi menyodorkan air putih pada Alisha yang langsung diterima gadis itu. Alisha segera meneguk air itu hingga tandas isinya.

"Pak Bumi, Anda serius sudah menikahi Alisha. Kenapa saya tidak diberitahu."

" Saya dan Alisha sudah menikah secara agama. Minggu depan baru aku dan Alisha akan menikah secara resmi."

"Saya sungguh terkejut dengan semua ini, Pak Bumi."

"Maafkan saya Mak Sah karena baru memberitahu sekarang. Minggu depan papa dan mama akan datang ke Bali. Nanti kita sama sama pergi ke kampung Alisha. "

"Saya ikut berbahagia dengan pernikahan Pak Bumi Dan Alisha. "

"Terima kasih, Mak Sah."

Setelah Bumi berangkat, Alisha masih berada di rumah seperti biasa membantu Mak Sah membersihkan peralatan makan mereka.

"Alisha, sudah biar mak sah saja yang mengerjakan. Nanti kalau Pak Bumi tahu bagaimana. "

"Mak Sah, selama ini pun bukan nya Tuan Bumi juga tahu yang saya sering membantu mak sah. Dan beliau tidak keberatan saya membantu Mak Sah."

"Iya tapi kan dulu. Kalau sekarang."

"Mak Sah. Meskipun Tuan Bumi sudah menikahi saya tapi saya tetap Alisha yang mak Sah kenal dulu. Tidak ada yang berubah. "

"Mak Sah bersyukur pada akhirnya Pak Bumi menemukan kembali jodohnya. Semoga kalian langgeng sampai nanti ya. "

Meskipun sebenarnya Mak Sah bertanya-tanya bagaimana bisa majikan nya menikah dengan Alisha yang masih belia. tapi mak Sah berusaha berpikir positif jika memang Alisha lah jodoh yang dikirim Tuhan untuk Bumi majikannya.

*

Malam ini Bumi tidak kembali ke rumah. Pekerjaan nya harus segera dia selesaikan sebelum dia fokus pada pernikahan nya seminggu lagi. Beruntung nya keluarga Alisha telah menyiapkan semua kebutuhan pernikahan. Meski hanya acara sederhana tapi tetap saja semua harus direncanakan.

Bumi teringat jika dia belum memberitahu Sam perihal dirinya dengan Alisha. Bagaimanapun juga Sam juga harus tahu jika mantan babysitter nya telah resmi menjadi isterinya. Pertemuan nya dengan Alisha pun juga berkat campur tangan Sam. Jika tidak karena Sam, mungkin hingga saat ini dia masih setia dengan status dudanya.

Dengan satu senyuman Bumi menelepon Sam.

"Malam Bos."

"Malam, Sam."

"Ada apa Bos malam malam menelepon apakah ada hal penting."

"Iya. Ada hal yang ingin kusampaikan padamu."

"Apa itu Bos?"

"Minggu depan kamu free tidak?"

" Memangnya kenapa bos."

"Datanglah ke Bali."

"Ke Bali? Ke rumah bos? "

"Iya. "

"Ada acara apa bos mengundangku."

"Aku mau menikah minggu depan. "

"Bos serius ini?"

"Adakah yang aku terlihat bercanda. "

"Sorry sorry bos. Ah, Bos akhir nya menikah juga. Setelah melajang sekian lamanya. "

"Melajang? Kau menggodaku Sam."

"Hahaha ... Tak etis lah bos jika aku bilang menduda."

"Tapi memang kenyataannya begitu Sam. "

"Bos! Siapa perempuan beruntung yang akan bos nikahi."

"Kamu pasti tak akan menyangka Sam."

"Maksudnya?"

"Kamu sudah kenal dengan perempuan itu. "

"Benarkah itu bos. Siapa?"

"Dia adalah Alisha. "

"Siapa bos? Alisha? Benarkah itu?"

"Aku serius, Sam!"

"Sungguh, aku masih susah untuk mempercayainya."

"Lain waktu aku ceritakan ke kamu. Tapi tidak sekarang. Ya sudah aku tutup telponnya. Ini sudah malam. "

"Oke, Bos."

"Ingat! Jangan lupa datang minggu depan."

"Siap Bosque. "

######

Tbc
Tulungagung, 26.12.19

(Repost) BUMI PERKASA | TAMAT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang