34. Tiga Puluh Empat

12.8K 970 59
                                    

Pagi ini Bumi sudah rapi dengan pakaian kerja nya. Senyum tak lepas dari bibirnya. Banyak yang bilang kepadanya, jika sekarang dirinya terlihat lebih ceria dan tampak lebih muda. Mereka tidak tahu saja, jika perasaan Bumi yang sedang berbunga-bunga menyebabkan hidupnya lebih berwarna. Dia pun juga merasa bahagia hingga keceriaan di wajahnya tak mampu dia sembunyi kan. Sangat kentara dimata para teman, kerabat serta kolega yang sering berhubungan dengan nya.

" Pagi Mak Sah." sapa nya pada perempuan baya yang sedang sibuk berkutat di dapur.

" Pagi Pak Bumi." Mak Sah menoleh sekilas menatap majikan nya.

" Alisha mana?" tanya Bumi karena tidak melihat keberadaan Alisha. Biasanya setiap pagi istri kecilnya itu akan membantu Mak Sah menyiapkan sarapan.

" Alisha sudah berangkat ke hotel."

"Sudah berangkat? Sepagi ini?"

Bumi melihat arloji yang melingkar di tangan kanan nya. Baru jam tujuh pagi dan isterinya sudah pergi.

" Tadi kalau saya tidak salah dengar, ada teman Alisha yang telpon minta Alisha menggantikan nya. Tapi saya tidak paham juga, Pak Bumi. "

" Ya sudah Mak Sah. Tidak apa-apa. Alisha sudah sempat sarapan atau belum tadi."

Mak Sah menggeleng.

" Belum sempat sarapan tadi. Pergi nya juga terburu-buru. "

Bumi mendengus mendengar penjelasan Mak Sah.

" Aku pergi dulu Mak Sah. "

" Pak Bumi tidak sarapan. "

" Nanti saja di hotel. Sekalian mau ajak Alisha. "

" Baiklah kalau begitu."

Mak Sah tersenyum ikut bahagia karena Bumi yang perhatian pada Alisha. Dalam hati Mak Sah berdoa semoga hubungan Bumi dan Alisha langgeng sampai nanti dan semoga keduanya segera diberi momongan.

Mak Sah terdiam merenung sejenak. Setahu Mak Sah selama mereka menikah, kamar nya masih terpisah. Lalu bagaimana bisa mereka punya anak jika tidurpun tidak satu kamar. Kira-kira apa ada sesuatu yang terjadi dengan pernikahan mereka. Sejujurnya Mak Sah penasaran dan rasa ingin tahu nya sangat tinggi. Tapi tidak mungkin juga dia bertanya pada Alisha. Lagipula ini masalah pribadi mereka berdua.

*****

Setiba di hotel nya, Bumi mencari-cari keberadaan Alisha. Sapaan beberapa karyawan yang berpapasan dengan nya hanya dijawab dengan anggukan kepala. Fokus Bumi saat ini hanya satu, mencari dimana Alisha berada.

Mata Bumi melotot melihat gadis yang dicari nya sedang berdiri berdua bersama salah seorang karyawan nya. Apa yang sedang mereka lakukan disana. Begitulah pikir Bumi saat dengan tergesa dia melangkah lebar menghampiri Alisha yang sedang bersama Sukma.

" Alisha...!!! "

Gadis itu terkejut mendapati kehadiran Bumi yang tiba-tiba. Sukma pun sepertinya juga mengalami hal yang sama. Kaget karena Bumi , sang atasan sudah berdiri diantara mereka.

" Pagi, Tuan." sapa Alisha kikuk.

" Pagi Pak." Sukma pun ikut menyapa.

" Alisha, ikut saya sekarang juga."

Bumi tidak perlu repot-repot melihat interaksi keduanya lagi dan dia sudah berbalik badan berjalan meninggalkan mereka.

Sukma dan Alisha saling tatap.

" Bli Sukma. Maaf saya tidak bisa ikut sarapan. Saya tinggal dulu ya. " Alisha merasa tidak enak hati harus terpaksa meninggalkan Sukma.

" Oke tidak masalah." jawab Sukma dengan terpaksa.

" Alisha..!!!! Buruan." teriak Bumi lagi.

" iya Tuan."

Alisha pamit pada Sukma dengan menganggukkan kepala lalu segera berjalan cepat menyusul Bumi.

Alisha masih mengekori Bumi sampai di depan ruang pribadi yang suaminya itu miliki.

Setelahnya Bumi membuka pintu dan masuk ke dalam nya. Alisha masih terbengong diluar ruangan tidak tahu kenapa Bumi harus membawanya kesini lagi. Padahal Alisha masih harus bertugas. Dia takut dicari Manager nya seperti waktu itu. Yang dia diminta membersihkan kamar tamu tapi sudah dipaksa Bumi agar mengikuti lelaki itu. Alhasil tugas Alisha tak terselesaikan ditambah Managernya yang terus mengomel karena menganggap Alisha tidak bertanggung jawab pada tugasnya.

" Kenapa masih berdiri disitu Alisha."

" Tuan. Saya harus bekerja. Buat apa Tuan Bumi membawa saya kesini."

Bumi menatap Alisha tajam. Tidak suka dengan jawaban yang terlontar dari mulut istrinya.

"Alisha Saliha, kamu tahu hotel ini milik siapa ?"

Alisha mengangguk. " tahu Tuan. Hotel ini milik Tuan Bumi."

" Berarti kamu tahu juga kan siapa yang menjadi bos disini."

Kembali Alisha mengangguk. " Tuan Bumi." jawabnya polos.

" Bagus kalau kamu tahu. Kuharap kamu juga tidak lupa siapa istriku. "

Alisha menelan ludah susah payah.

" dan kamu tahu juga kan, jika hotel ini milikku otomatis istriku juga memiliki hak yang sama di hotel ini. Dia juga pemilik hotel ini. Jadi? Mau dia kerja atau mau dia nemenin suaminya, tidak akan ada masalah dan tidak ada yang boleh mencari masalah dengan nya. "

Alisha kalah telak. Seperti nya Bumi marah kepadanya karena tidak menuruti perkataan Bumi.

Dengan terpaksa Alisha masuk juga ke dalam ruang pribadi Bumi. Lebih memilih mengabaikan pekerjaan nya daripada harus melihat Bumi marah kepada nya. Meskipun selama ini Alisha belum pernah melihat Bumi yang marah terhadapnya.

" lebih baik dimarahin Manager ku daripada harus dimarahin suamiku." batin Alisha.

######

Segini dulu ya....
Selamat membaca teman-teman.
Dan selamat berhari minggu.

Tbc
Tulungagung, 5 januari 2020

(Repost) BUMI PERKASA | TAMAT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang