46. Empat Puluh Enam

18.1K 882 86
                                    

Bumi terbangun dari tidur lelapnya saat cahaya mentari menerobos memasuki celah jendela kamarnya. Tangan nya menggapai seseorang yang semalam berada disebelah nya, tapi kosong. Bumi masih mengucek matanya dengan menoleh kesamping tapi tak mendapati Alisha ada di sana.


" Alisha ke mana?" tanyanya seorang diri masih dengan meneliti seluruh penjuru kamarnya.

Sudut bibirnya tertarik keatas, senyum penuh kepuasan tercetak jelas di wajahnya. Setelah enam tahun lamanya menduda dan dia harus menahan hasrat kelelakian nya, pada akhirnya tadi malam dia mendapatkan juga hak nya sebagai suami Alisha.

Bumi masih tersenyum mengingat kejadian semalam. Sungguh pengalaman yang cukup lucu juga menggemaskan untuk Bumi. Istri kecilnya itu terlalu takut dan malu kepadanya. Bumi sadar jika ini adalah pengalaman pertama Alisha dan jika rasa takut itu ada didalam diri Alisha memang sudah wajar. Bumi memaklumi hal itu. Dia harus lebih sabar dan lebih pintar merayu Alisha agar dia berhasil mendapatkan apa yang dia inginkan.

Terlalu lama termenung membuat Bumi lupa jika dia harus mencari keberadaan Alisha. Bumi bangkit dari berbaring nya, turun dari atas ranjang yang terlihat sangat berantakan. Jangan salahkan dia jika semalam bisa dikatakan dia sebuas singa yang sedang kelaparan. Huft, masih terus terngiang di telinga Bumi bagaimana Alisha merintih sekaligus mendesah kenikmatan di bawah kungkungan tubuh nya.

Sekali lagi Bumi menggelengkan kepalanya, berusaha mengusir bayang-bayang Alisha. Ini masih pagi dan Bumi terus saja terngiang Alisha Alisha dan Alisha.

"Alisha! Alisha!"

Bumi mencari di semua penjuru kamarnya tapi hasil nya nihil, Alisha tidak ada. Di kamar mandi pun juga tidak ada. Mendadak Bumi menjadi panik. Pikiran buruk menghantuinya. Takut jika Alisha kabur dari rumahnya.

*

Meski tubuhnya serasa remuk redam dan bagian bawah tubuhnya masih terasa ngilu, tapi Alisha tetap memaksakan diri keluar kamar. Alisha ingat jika tidak ada Mak Sah dan dia merasa bertanggung jawab menggantikan tugas Mak Sah. Membuat sarapan pagi misalnya. Seperti yang sedang dilakukan nya saat ini. Menyiapkan beberapa sayur untuk dibuat soup sebagai sarapan pagi untuk Bumi.

"Alisha! Astaga kamu disini rupanya."

Suara berat Bumi membuat Alisha menoleh kebelakang melalui bahunya. Tampak Bumi sedang berdiri diambang pintu dapur dengan tangan bersadekap di dada.

"Tuan. Sudah bangun?" tanya Alisha gugup.

" Kamu ngapain? "

" Masak untuk sarapan. "

" Alisha, kamu di sini bukan pembantu. Kamu istriku. Jika Mak Sah tidak ada kamu tidak perlu memasak. Aku akan telepon hotel untuk mengirim sarapan untuk kita. Lagipula ...." Bumi menggantung ucapannya, meneliti Alisha dari atas ke bawah.

Alisha yang ditatap sedemikian rupa merasa tidak enak hati.

" Apa kamu tidak capek? " tanya Bumi.

Blush pipi Alisha merona. Kepalanya menggeleng.

" Masih sakit?" tanya Bumi lagi.

Alisha mengerutkan kening, tidak habis pikir dengan pertanyaan Bumi. Bukan nya suaminya itu juga tau jika dirinya sudah baikan sejak beberapa hari lalu.

"Maksudku ... Ah, sudahlah. Aku mandi dulu. Kamu istirahat saja. Jangan kecapean. Ingat!! kamu disini adalah istriku. Bukan pembantuku."

"Dan satu lagi, selama Mak Sah tidak ada di sini, akan ada petugas hotel yang datang untuk membersihkan rumah ini. Lalu untuk sementara waktu salah satu security hotel juga akan berjaga di rumah ini. Jadi kamu jangan khawatir atau merasa sendirian di rumah. Kamu aman disini. Jika kamu butuh sesuatu tinggal bilang sama Pak Made. Beliau akan siap membantumu. Pak Made akan berjaga di pos depan. Jadi kamu tidak perlu sungkan jika sekedar meminta tolong atau butuh bantuan. Paham."

(Repost) BUMI PERKASA | TAMAT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang