42. Empat Puluh Dua

16.6K 1K 84
                                    

Alisha merasa gerah karena keringat sudah membasahi tubuhnya. Di gerak kan badan nya dengan mata masih terpejam. Pergerakan tubuhnya terhenti kala dirasakan dia menyentuh sesuatu. Matanya terbuka lalu ditolehkan kepalanya ke samping. Seseorang sedang tidur miring menghadap nya. Satu tangan bumi melingkar di atas perutnya. Alisha tak menyangka jika dia bisa tidur berdua bersama Bumi.

Sedikit mengingat memori nya tentang dia yang tidak enak badan karena badan nya demam. Lalu dia juga sempat tahu ada seorang dokter yang memeriksa nya. Setelah itu Alisha tertidur lagi dan satu ingatan yang Alisha sadari jika dirinya disuapi oleh Bumi. Alisha juga sempat minum obat dengan bantuan Bumi.

Dan setelah itu Alisha tidak tahu lagi apa yang terjadi. Bahkan Alisha tak menyadari bagaimana bisa dia tidur di dalam kamar bumi.

Merasakan pergerakan kecil Alisha, Bumi tergagap lalu menoleh menatap istri kecilnya dengan masih mengucek matanya.

" Hei, sayang dah bangun."

Alisha mengerutkan kening. Berusaha mencerna apa yang baru saja Bumi katakan. Mungkinkah dia salah dengar.

Bumi beringsut bangun, mengulurkan tangan nya menyentuh kening Alisha.

" Syukurlah demam nya sudah turun."

Alisha hanya menatap Bumi dalam diam. Lidah nya kelu, merasakan perhatian yang Bumi berikan kepadanya.

" Sayang. Kamu keringetan. Bajumu basah."

Bumi melihat keringat yang membasahi tubuh Alisha. Memang AC di dalam kamar, Bumi matikan. Alisha kedinginan semalam hingga badan nya menggigil.

Alisha ikut beringsut tapi dicegah oleh Bumi.

" Jangan bangun dulu. "

" Tapi badan saya lengket Tuan. Ingin kembali ke kamar buat ganti baju."

" Tidak perlu kemana-mana. Biar kubantu mengganti bajumu. Tunggu disini. "

Alisha ingin menolak tapi Bumi sudah turun dari atas ranjang berjalan menuju lemari pakaian nya.

Bumi kembali duduk di pinggir ranjang dengan membawa kaos untuk Alisha.

" Ayo kubantu mengganti bajumu. "

" Tuan. Biar saya sendiri saja. "

" Yakin kamu bisa."

Alisha mengangguk. Dia bangun dibantu oleh Bumi. Bersandar di kepala ranjang, Alisha kembali memejamkan matanya. Kepala nya pusing seolah ruangan yang dilihatnya berputar-putar.

" Pusing? " tanya Bumi.

Alisha mengangguk.

" Aku bantu mengganti bajumu."

Mendengar Bumi berkata demikian Alisha segera membuka matanya. Seolah memohon pada Bumi agar tidak melakukan itu.

" Kenapa?"

" Saya malu, Tuan."

Bumi terkekeh. " Kamu malu sama suami sendiri. Alisha, jangan bandel. Kamu tidak bisa mengganti bajumu sendiri. Biar aku bantu."

" tapi Tuan." Alisha tetap membantah.

" apa perlu aku bangunkan Mak Sah agar membantumu ?"

Alisha menggeleng. Tidak mau juga harus merepotkan Mak Sah.

Dengan sekuat yang dia bisa lakukan, Alisha mulai menarik ujung bajunya. Tapi tubuhnya terasa lemas. Bumi yang melihat Alisha kesulitan segera mengulurkan tangan nya membantu melepas blouse yang Alisha kenakan. Tidak menghiraukan protes Alisha.

Setelah baju Alisha terlepas dengan gerakan cepat segera dia pakaian kaos miliknya. Bagaimanapun juga dia lelaki normal. Melihat tubuh istrinya yang hanya berbalut baju dalam mampu memporak porandakan pertahanan nya. Tapi dia sadar jika kondisi Alisha sedang tidak baik-baik saja. Bumi harus bisa mengontrol nafsunya.
Bumi kembali membaringkan Alisha setelah sebelum nya membantu Alisha untuk minum.

" tidurlah lagi."

Karena malu sekaligus bahagia yang bercampur menjadi satu, Alisha memilih untuk memejamkan matanya lagi.

*********

" Morning sayang...."

Alisha mengerjabkan matanya berkali-kali. Dirinya yang baru saja bangun dikejutkan dengan kehadiran Bumi yang masuk ke dalam kamar dengan nampan di tangan nya.

Setelah meletakkan nampan di atas nakas, Bumi duduk dipinggiran ranjang. Disentuh kening Alisha lalu ia tersenyum.

" Syukurlah sudah tak panas lagi. Masih pusing?"

Alisha menggeleng. " sedikit."

" makan dulu ya?"

Alisha hanya menatap Bumi yang kini sudah mengambil nampan dan di letak kan di atas kasur. Alisha beringsut bangun dengan dibantu Bumi. Rambut panjang Alisha tergerai menjuntai diatas bahunya. Alisha terhenyak menyadari sesuatu. Dia tidak lagi memakai jilbab. Diraba rambutnya, pipinya sudah memanas menahan malu. Alisha mendongak menatap Bumi, jadi sejak semalam Bumi sudah melihat rambutnya. Pipi Alisha kembali memanas mengingat semalam Bumi juga lah yang membantu nya mengganti baju. Alisha tak menyangka jika kedekatan nya dengan Bumi sudah sejauh ini.

" Buka mulutmu. Makan buburnya lalu minum obat."

" Biar saya makan sendiri saja Tuan."

" huft... Baiklah. Tapi habiskan. Aku tunggu disini."

" Tuan tidak kerja?"

" Bagaimana aku bisa kerja dengan tenang jika istriku sedang sakit."

" Maafkan saya Tuan karena telah banyak merepotkan. "

" Kamu ini bicara apa? Tidak ada yang kamu repotkan. Sekarang ayo makan bubur nya, mumpung masih hangat."

Alisha menerima mangkok bubur dari tangan Bumi dan perlahan mulai menyuapkan ke dalam mulutnya.

######

Tbc
Tulungagung, 15 Januari 2020

(Repost) BUMI PERKASA | TAMAT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang