28. Bumi & Danu

11K 867 37
                                    

Malam ini Alisha sedang menonton televisi saat Bumi datang dengan wajah lelah nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Malam ini Alisha sedang menonton televisi saat Bumi datang dengan wajah lelah nya. Alisha mendongak menatap Bumi yang juga sedang menatapnya.

" Tuan sudah pulang."

"Kenapa kamu belum tidur."

"Belum ngantuk."

Bumi sudah akan berlalu meninggalkan Alisha, Tapi langkahnya terhenti kala mendengar isteri kecil nya berkata.

"Tuan sudah makan?"

Bumi menoleh. "Tadi aku sudah makan dengan klien. "

"Ah, begitu. Baiklah." Alisha manggut-manggut.

"Kalau kamu tidak keberatan, boleh kah bikinkan aku kopi," pinta Bumi.

"Ini sudah malam dan Tuan mau minum kopi? Saya buatkan coklat hangat bagaimana? Tuan mau?"

"Boleh."

Alisha beranjak dari duduknya. "Ya, sudah saya buatkan dulu."

"Antar ke kamarku. Terima kasih, Sha."

Bumi berlalu meninggalkan Alisha. Dan Alisha menggaruk tengkuknya mendengar perintah Bumi. Disuruh mengantar ke kamar Tuan Bumi. Selama Alisha tinggal di rumah Bumi, sama sekali belum pernah dia masuk ke dalam kamar lelaki itu.

Huft ... Dengan keberanian Alisha membuat coklat hangat dan membawanya ke kamar Bumi. Tangan nya sudah terangkat untuk mengetuk pintu kamar Bumi. Tapi kemudian diturunkan nya. Alisha ragu, tapi ya sudahlah hanya mengantar minuman saja kan.

Alisha menghela napas lalu mengetuk pelan pintu kamar. Begitu pintu terbuka tampak wajah Bumi yang sudah segar seperti habis mandi. Rambutnya masih sedikit basah dan terlihat acak acakan.

"Masuklah, Sha."

"Saya hanya ingin mengantar ini Tuan." Alisha mengangkat cangkir yang ada di tangan nya.

"Letakkan saja di atas meja."

"Baik Tuan."

Dengan ragu Alisha melangkah masuk ke dalam kamar Bumi. Kamar yang baru pertama kali dia masuki. Aroma segar yang menguar dari tubuh seorang Bumi Perkasa menusuk indera penciuman nya. Dengan hati-hati dia meletak kan cangkir di atas meja.

Bumi mengeringkan rambut dengan handuk kecil yang ada di tangan nya.
Dan semua yang dilakukan Bumi tak luput dari perhatian Alisha. Jantung Alisha susah untuk dikontrol. Kaos putih yang mencetak jelas tubuh atletis Bumi tak menunjukan jika usia lelaki itu sudah tak muda lagi. Untuk mengalihkan perhatian dari Bumi, Alisha mencoba meneliti seluruh ruangan yang ada di kamar Bumi.

Pandangan mata Alisha tertuju pada foto berbingkai yang ada di atas nakas  sebelah ranjang. Dengan lancang tangan Alisha terulur mengambil foto itu.

"Itu Danu. Putraku," kata Bumi.

Alisha mengamati foto dua orang lelaki berbeda usia yang saling berangkulan dengan senyum lebar tersungging di bibir mereka .

"Aku sudah berbicara pada Danu tentang pernikahan kita. Dan dia tidak keberatan aku menikah lagi," ucap Bumi lagi.

"Sha!" Kembali bumi berucap, karena melihat Alisha yang tidak merespon nya. Bahkan Alisha masih fokus memandang foto Bumi dan Danu.

"Ya, Tuan."

"Jika kamu keberatan dengan pernikahan kita, kamu bisa bicara jujur padaku. Aku tidak akan meneruskan nya. Kamu masih muda dan berhak untuk mengejar kebahagiaan dengan lelaki manapun yang kamu cintai. "

"Kenapa Tuan selalu berbicara seperti itu. "

"Karena aku hanya ingin yang terbaik untuk mu sha. Kamu lihat sendiri kan seberapa besar anak ku. Jika kamu menikah denganku otomatis kamu akan punya anak yang bahkan sebesar kamu. Apa kamu tidak keberatan?"

"Sekalipun saya keberatan yang jelas saat ini Tuan sudah menikahi saya. Dan dia ...." Alisha menunjuk foto Danu.

"Cowok ganteng itu sudah jadi anak saya." Alisha terkikik merasa lucu karena dia punya anak sebesar itu. Mana ganteng lagi, tak kalah ganteng dari Bumi.

"Astaga, Sha. Kamu ini." Bumi meraup wajahnya. Tidak menyangka tanggapan Alisha justru sesantai ini.

"Ya, sudah Tuan. Kalau begitu saya permisi keluar dulu."

"Tunggu, Sha!"

"Ya, Tuan. Apa ada lagi yang bisa saya bantu."

"Apa kamu sudah telpon ke Bapak. Bagaimana tentang persiapan pernikahan kita. Tinggal sepuluh hari lagi."

Alisha mengangguk. "Kata Bapak semua sudah beres. Tidak ada masalah, Tuan."

"Baguslah kalau seperti itu. Si asep itu tidak macem macem lagi kan sama keluargamu. "

"Sepertinya tidak. Karena Bapak juga tidak cerita apapun tentang Pak Asep."

" Kuharap Asep tidak lagi mencari masalah setelah kamu menikah. Karena kurasa dia ingin sekali menjadikanmu istri. Apapun dia lakukan agar keluargamu tidak bisa menolak. Termasuk siasat hutang itu yang digunakan untuk menjeratmu. "

"Saya juga mana mau lah Tuan jadi istri Pak Asep. Istri pertama saja saya tidak mau apalagi jadi istri ke lima. Mending jadi istri Tuan, meskipun duda tapi tidak harus berbagi suami dengan wanita lain."

Alisha terlalu berani berkata demikian. Segera ditutup mulutnya dengan kedua telapak tangan.

Bumi terkekeh, dalam hati dia merasa menang karena Alisha mau menerima diri nya yang seorang duda.

"Aduh maaf Tuan. Saya bicara nya keceplosan. Kalau begitu saya permisi dulu Tuan. Selamat malam."

Dengan langkah seribu Alisha segera keluar dari kamar Bumi. Begitu dia telah masuk ke dalam kamar nya sendiri, Alisha mengelus dada nya. Merasa lega karena terbebas dari rasa malu. Alisha malu dengan ucapan nya sendiri ke Bumi tadi.

"Kenapa juga aku tadi berkata seperti itu tadi. Huft."

######

Tbc
Tulungagung, 24.12.19

(Repost) BUMI PERKASA | TAMAT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang