Irene beranjak dari tempat duduknya, ia berjalan ke dapur dan membuka kulkas. Ia mengambil sebotol air lalu meminumnya. Ia berjalan mengambil memo. Ia menuliskan memo dan menempelkannya ke jidat Jisoo dan Bona.
Irene mengeluarkan sepedanya dari garasi. Ia bersepeda mengelilingi kompleks perumahan. Hampir setengah jam ia bersepeda hingga ia memutuskan untuk beristirahat sebentar di tepi sungai Han. Ia turun dari sepedanya dan mengeluarkan ponselnya lalu memotret pemandangan pagi hari di tepi sungai Han. Irene duduk di teli sungai dan mengumamkan sesuatu dan dirinya kembali mengambil foto. Ia tengah mengambil beberapa potret jembatan ketika seorang pria berlari ke arahnya dengan tergesa-gesa dan khawatir seolah dirinya kehilangan benda kesayangannya.
"Nona, bisa bantu aku?" tanya pria itu dengan suara beratnya yang dijawab Irene dengan anggukan.
" apa sepedamu memiliki bel?" tanya pria itu lagi dan masih mendapat anggukan pelan dari Irene.
" Bisa pinjami aku sepeda ini sebentar saja?"
" Tentu saja" jawab Irene.
Pria itu menaiki sepeda itu lalu menatap Irene.
" Ayo naik, aku harus membawa sepedamu ke sana" ucap pria itu seraya menunjuk ke arah selatan di mana dua orang tengah berdiri menatap mereka.
" Apa aku harus ikut ke sana?"
" Tidak juga, itu terserah padamu. Jika begitu aku ke sana dulu, terima kasih sudah meminjamkan sepedamu" balas pria itu lalu meninggalkan Irene yang menatap kepergian pria itu dengan tatapan tak terdefinisikan.
Irene terduduk di tepi sungai, sesekali memandang ke arah tiga pria yang tengah melakukan hal yang patut dipertanyakan. Satu orang sibuk berjalan, satu pria menaiki sepeda lalu mengeremnya secara mendadak dan satu orang yang dengan sengaja menabrakkan sepeda lalu membunyikan bel sepeda itu. Hampir satu jam mereka melakukan hal yang sama membuat Irene yang sedari tadi menunggu sepedanya kembali merasa bosan. Perempuan itu berjalan menghampiri ketiga pria itu.
" Permisi, aku harus pulang sekarang. Bisa kembalikan sepedaku?" ucap Irene. Pria yang meminjam sepedanya menuntun sepeda itu ke arah Irene berdiri.
" Apa ada jaminan sepedaku aman aku kendarai? aku melihat kalian menabrakan sepedaku dengan sepeda itu" ucap Irene seraya menunjuk ke arah sepeda gunung berwarna hitam yang tengah dinaiki oleh seorang pria berambut pirang.
"Aku jamin sepedamu aman, itu hanya tabrakan ringan. Aku yakin kau pasti menganggap kami ini aneh. Kami sedang mengerjakan sebuah soundtrack drama, kami ingin beberapa suara di track itu terasa nyata jadi kami merekam suara salah satu scene itu lagi. Terima Kasih atas bantuanmu"
" Ini kartu namaku, jika ada kerusakan pada sepedamu. Kau bisa menghubungiku" lanjut pria itu.
Irene membaca kartu nama itu.
"Kau Song Mino yang tinggal di A29?" tanya Irene.
" Kau mengenalku?"
"Tidak, Hyunsuk putra Taeyeon eonni yang mengatakannya padaku. Apa kau benar-benar menyewakan kamar di rumahmu?"
" Iya, itu benar"
" Oh ok, sepertinya aku harus pergi sekarang"
" Terima kasih atas pinjaman sepedanya" ucap pria itu lagi yang hanya mendapat anggukan dari Irene.
Irene menaiki sepedanya, melewati Mino dan dua pria yang tengah berdiri menatap kepergiannya. Ia membunyikan bel sepedannya dan tersenyum pada ketiga pria itu.
Jangan pernah membiarkan dua wanita gila masuk ke rumahmu apalagi menginap di rumahmu karena hal seperti ini pasti akan terjadi.
Irene berjalan masuk ke rumahnya ketika ia mendapati ruang tengah masih berantakan seperti sebelumnya, bedanya dua tersangka penyebab kekacauan itu menghilang entah kemana. Ia melihat ke arah layar televisi dan mendapati dua memo yang ia tempelkan di jidat Bona dan Jisoo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gangnam Avenue 9
FanfictionAda begitu banyak perempuan yang lebih memilih hidup untuk dirinya sendiri dengan jalan tidak berkomitmen dengan pria. Salah satu alasan mereka melakukannya karena mereka sudah merasa bahagia meskipun tanpa ada pasangan di sampingnya.Namun keputusa...