Irene dan Mino masih tenggelam dalam obrolan mereka. Langit semakin gelap, angin malam semakin dingin. Tapi suasana di sana cukup hangat karena vibe yang tercipta lebih akrab.
" Kau membuat lagu seperti itu, kau tidak takut diserang. Mungkin karena misunderstanding seperti aku"
" Seperti yang aku bilang. Itu seni. Sama halnya dengan novel atau film, yang berbeda novel dan film bisa lebih detail dan dapat diketahui konteksnya secara keseluruhan, mereka lebih panjang. Berbeda dengan puisi atau lirik lagu yang lebih pendek. Pengarang puisi atau pembuat lirik bisa menyembunyikan banyak hal di dalam karya mereka. Seperti yang kau baca"
" Kau hanya mengerti jika itu kerinduan. Itu benar, tapi kau menekankan pada kerinduan pada TUBUH. Itu tidak benar, aku menuliskan klausa "Kita memiliki chemistry yang kuat". Ada banyak simbolisme yang bisa kau temukan di puisi dan lagu. Penikmat puisi atau lirik lagu bisa mengintepretasikan hal yang berbeda dengan penulis itu wajar, karena banyak penulis lirik atau puisi yang sengaja melakukan itu, mereka sengaja menyembunyikan diri mereka"
"Lagi pula itu lebih mudah diterima oleh banyak orang, dibanding aku menulis tentang jiwa yang sifatnya abstrak" lanjut Mino.
" Make sense"
" Kenapa kau tidak mencoba menulis tentang jiwa di lagumu? Hitung-hitung memberikan pemahaman pada pendengarmu"
"Jika aku menulis tentang jiwa, mereka akan tahu siapa aku sebenarnya"
" Bukankah itu bagus. kenapa kau menyembunyikan sebagian dari dirimu? Kenapa kau tidak ingin pendengarmu mengetahuinya?" balas Irene.
" Ada hal perlu aku tunjukan dan ada hal yang tidak. Ketika mereka tahu sepotong jiwaku, mereka akan mencari keseluruhan. Semua langkahku akan terbaca. Menurutku jiwa adalah privasi, inti dari kehidupan dan cara berpikir manusia?"
" Manusia memiliki pola pikir berbeda, dan tidak banyak dari mereka yang mau menerima perbedaan itu" lanjut Mino.
" Ternyata kau orang yang sangat serius dan dramatis"
" Lihatlah. Kau baru mendengar perkataanku dan penilaianmu langsung berubah"
" Ketika kau menggunakan jiwa, hidupmu akan menjadi kosong" ucap Mino.
" kenapa begitu?"
" Kau tidak membutuhkan apa pun lagi. Kau cukup dengan apa yang kau miliki, kau pun tak akan mengeluh jika kau kekurangan"
"Misalkan hubungan antar manusia, Ketika seseorang menggunakan pikiran dan hatinya, cinta itu bisa hilang. Hati bisa berhenti dan pikiran bisa melupakan. Kau bisa merasakan kerinduan yang menggebu dan keinginan memiliki. Tapi sekali kau menggunakan jiwa, kau tidak lagi memerlukan itu semua. Jiwa tidak akan pernah berhenti dan melupakan"
" Bagaimana denganmu? Kau menggunakan pikiran, hati atau jiwamu?" Tanya Irene beralih menatap Mino.
" Dulu aku menggunakan pikiran dan hatiku, setelah aku memahaminya aku berusaha menggunakan jiwaku" balas Mino yang membuat Irene menganggukan kepalanya mengerti.
" Itu terdengar sangat idealis" gumam Irene cukup untuk didengar oleh Mino.
" Bagaimana denganmu?" tanya Mino.
" Aku menggunakan pikiranku. Itu lebih baik karena mereka akan menghilang, ketika aku menghendaki mereka untuk pergi. Itu lebih baik dibanding aku menggunakan hati dan membuatku sakit karena kehilangan. Jiwa, itu terdengar sangat fiksi bagiku"
" Itu terdengar sangat realistis" ucap Mino.
" Bagaimana jika suatu saat nanti. Kau sudah berusaha menggunakan pikiranmu tapi hatimu juga ikut andil disana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Gangnam Avenue 9
FanfictionAda begitu banyak perempuan yang lebih memilih hidup untuk dirinya sendiri dengan jalan tidak berkomitmen dengan pria. Salah satu alasan mereka melakukannya karena mereka sudah merasa bahagia meskipun tanpa ada pasangan di sampingnya.Namun keputusa...