MISO

437 79 27
                                    

Irene beranjak dari ranjangnya dan masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Hari ini adalah hari pertamanya bekerja setelah sembilan hari ia mengambil cuti. Setelah hampir satu jam bersiap akhirnya ia turun ke ruang makan di kediaman Bae. Sejak malam itu, ia menginap di kediaman utama. Hari ini ia berniat kembali ke rumahnya sendiri karena neneknya sudah memutuskan untuk berkunjung ke rumah sepupunya di Berlin bersama ibu Bona. Irene pikir itu akan bagus untuk neneknya setelah kakeknya meninggal, setidaknya beliau bisa mengurangi kesedihannya.

Irene duduk di kursinya ketika Sehun menunjukan ponselnya yang tengah menampilkan foto Mino memeluk Irene yang sedang menangis di pemakaman yang diambil secara diam-diam oleh fotografer outlet berita tersebut. Irene mengabaikannya ia memasukan potongan buah melon ke mulutnya.

" Aku akan kembali ke rumahku hari ini. Besok aku akan mengantar nenek ke bandara"

" kenapa tidak menginap di sini sampai nenekmu berangkat?"

" aku sudah lama di sini, aku bahkan tidak tahu seperti apa bentuk rumahku sekarang"
.
.
.
.
Di hari pertama bekerja Irene harus memeriksa cukup banyak dokumen. Akhir-akhir ini dia seperti mundur agak menjauh dari hidupnya, termasuk intensitas bekerja dan komunikasi antara dia dan kekasihnya. Dan hari ini ia mulai mendekat lagi pada keduanya, waktu berpikir dan rehatnya sudah cukup.

Sepertinya waktu rehat itu justru membuat pekerjaaannya menumpuk, terbukti sekarang ia menenggelamkan diri memeriksa dokumen di saat istirahat makan siang.

" Seertaris Kim, kau bisa pergi makan siang sekarang. Aku akan menyelesaiknnya sendiri"

" Ne, apa Presdir ingin makan sesuatu. Saya akan membawakannya ketika saya kembali"

" tidak perlu. Gomawo"
.
.
.
Lima belas menit setelah Sekertaris Kim pergi keluar untuk makan siang, Sehun muncul di ruangan Irene dengan dua plastik besar makanan dan minuman.

Sehun duduk di meja ruang tamu yang ada di ruangan itu.

" Jjampong di depan Coffee shop milik Arin sangat enak. Aku ingin kakak mencobanya" ucap Sehun menatap kakaknya yang masih duduk di meja kerjanya.

Sebuah kebetulan Sehun ingat pada kakaknya ketika ia sedang berada di coffee shop milik Arin. Ketika ingat Irene, dia langsung menelepon sekertaris Kim yang kebetulan sedang makan siang dan akhirnya sekertaris Kim mengatakan jika Irene sepertinya sedang tidak nafsu makan. Sehun adalah adik yang berbakti. ketika ia mendengar kakaknya tidak nafsu makan, ia langsung membelikan makanan kesukaan Irene. Sejujurnya itu karena tingkah Irene menjadi aneh akhia-akhir ini.

" makanlah dulu, aku harus menyelesaikan pekerjaanku dulu" ucap Irene.

" jika menunggu kakak menyelesaikan dokumen itu, mienya akan mengembang. Kakak tahu jika Jjampong itu nikmat ketika masih panas" balas Sehun.

Irene beranjak dari tempat duduknya lalu berjalan menghampiri Sehun. Ia duduk di sofa yang berhadapan dengan Sehun. Perempuan yang rambutnya diikat dengan pita putih itu menarik kantong plastik. Ia mengambil sebotol air mineral lalu meneguk airnya. Sehun memberikan sumpit pada kakaknya.

" makanlah dengan tenang. Jangan terburu-buru, kakak tidak harus menyelesaikan pekerjaan kakak sekarang" ucap Sehun seraya menyerahkan sumpit.

Irene menyumpit mie dalam jjampong itu. Irene mengunyah makanannya dengan pelan hingga setelah ia rasa sudah cukup halus, ia menelannya. Ia masih sibuk makan ketika sebesit ide muncul di pikirannya.

" Sehun-ah?"

" ne?"

" kau sedang sibuk?"

" tidak juga"

" kau mau membantuku?"

" tentu saja"

" jika begitu cepat selesaikan makan mu"

"wae?"

" selesaikan saja, aku akan memberitahumu nanti"

Kakak-beradik itu menyelesaikan makan siang mereka. Irene berjalan ke arah meja kerjanya dan mengambil setumpuk berkas dan berjalan ke arah Sehun yang sedang sibuk mengusap mulutnya dengan tissue.

Gangnam Avenue 9Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang