Intuisi

482 79 18
                                    

Dua minggu setelah pemberitaan intens tentang dirinya, akhirnya Irene bisa bernafas sedikit lebih lega. Setidaknya untuk beberapa hari, karena kini ia merasakan sesuatu yang buruk, lagi. Seorang pria dengan kemeja hitam berjalan ke arahnya.

" Kau terlihat bahagia" ucap pria itu duduk bahkan sebelum ia dipersilakan.

Para staff yang sedang makan siang di cafetaria menatap meja mereka.

" Kau terlihat sangat nyaman berkeliaran di Baesang. Aku sampai mengira jika kau staff di perusahaan ini" ucap Irene meminum teh melati miliknya.

" Aku datang untuk menagih janji" balas David.

" Aku sudah menepatinya bahkan lebih dari apa yang kau minta"

" Hng?"

" Gadis kecil yang makan bersamaku di Heaven restaurant. Ella, dia putrimu" ucap Irene yang membuat David menggertakan gigi dan mengepalkan tangannya.

" Sekarang aku tahu sekejam apa dirimu. Kau bahkan nyaris menghancurkan karir kekasihmu untuk kepentinganmu sendiri" ucap David.

Irene terdiam masih menatap David, ucapan pria itu menamparnya dengan keras.

" Jika aku kejam seperti apa yang kau katakan. Aku tidak akan pernah membantumu" ucap Irene.

" Huh, itu bukan bantuan. Itu perjanjian"

" Terserah kau menyebutnya apa. Tapi aku sudah mempertemukan kalian. Ah Ra masih belum siap untuk bertemu denganmu, tunggu sampai dia membuat keputusan" ucap Irene.

" Joohyun-ah, ayolah. Tidak ada yang tahu identitas Ah Ra"

" Kau tidak tahu seperti apa politik itu?"

" Semua orang rela membayar berapa pun untuk mendapat kekuasaan"

" Tidak ada yang tahu hubungan Ah Ra dengan Presiden kecuali orang terdekat mereka"

" Hanya tetangga mereka di desa yang tahu. Dan tetangga mereka hanya tahu Ah Ra kecil, mereka tidak tahu seperti apa rupa gadis malang itu setelah tumbuh dewasa." balas David membuat Irene terdiam.

" Kau tahu, Aku membawa Ella untuk bertemu denganmu saja dia sudah marah. Kau menyuruh aku untuk mempertemukan kalian? Kalian membuatku berada dalam posisi yang sulit" ucap Irene.

" Putriku bernama Ella. Apa dia memakai marga ibunya?"

" Tentu saja, memang siapa lagi?"

" Lee Ella? Itu terdengar aneh. Kau yakin itu namanya?"

" Bukankah dia memperkenalkan diri sebagai Ella?" balas Irene.

" Dia berusia sepuluh tahun, itu berarti dia masih SD"

" Exactly"

.
.

.
Seminggu yang lalu seorang designer menghubungi Irene. Designer keturunan Korea-Prancis bernama Sofie. Designer itu menghubungi Irene untuk menjadi salah satu modelnya di acara charity yang akan diadakan pekan depan. Tanpa pikir panjang Irene menyetujuinya, walau ia merasa sedikit insecure dengan postur tubuhnya.

Irene mengunjungi butik milik Sofie untuk pengepasan gaun. Gaun berwarna merah terang polos tanpa aksesoris tambahan melekat sempurna di tubuh Irene.

" Bukankah warna ini terlihat sangat mencolok?" ucap Irene.

" Warna merah ini sangat cocok untuk kulitmu yang seputih salju"

" Jangan bilang kau akan menyuruhku memakai lipstick berwarna senada"

" Tentu saja, riasanmu harus cocok dengan konsep"

" Aku dengar kau berkencan dengan Song Mino" ucap Sofie, dan Irene hanya tersenyum.

Gangnam Avenue 9Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang