BLUE BIRD

368 68 9
                                    

Malam di awal musim dingin itu menjadi lebih dingin dari seharusnya. Sunyi masih menyelimuti keduanya. Irene masih menatap puncak Namsan Tower ketika Mino menatapnya dengan seulas senyum di wajahnya.

" Kau mau aku antar pulang?" ucap Mino masih menatap Irene.

" aniya, aku berkendara sendiri"

" kau bisa sendiri?" tanya Mino lagi memastikan dan dijawab dengan anggukan pelan oleh Irene.

" Maaf, aku tidak bisa mengantarmu pulang. Seungyoon memintaku datang ke studio rekaman perusahaan" ucap Mino.

" aniya, gwenchana"

Mereka berdiri dan berjalan ke area parkir dalam diam.

" See you when I see you" ucap Irene tersenyum menatap Mino.

Irene masuk ke mobilnya, ia mengendarai mobilnya untuk kembali ke rumahnya. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali ketika ia menyadari jika Mino mengikutinya dari belakang. Irene menghembuskan nafas kasar dan berharap jika keputusannya adalah keputusan yang tepat.

.

.

.

.

Irene berbaring di sofa ruang tengah ketika ia merasa jika apa yang kini ia lakukan adalah sebuah kesalahan. Dirinya mulai bimbang. Mengorbankan dirinya sendiri bukanlah keputusan yang bijak tapi ia tak punya pilihan lain. Ia lebih memilih untuk mati sendiri dari pada orang lain mati untuk dirinya toh pada akhirnya yang menjadi tujuan akhir mereka adalah dirinya. Matanya menatap langit-langit dan memejamkan mata, dia terlihat setenang ujung malam namun sesungguhnya dia sekacau badai di tengah lautan.

.

.

.

.

.

" kau sudah bertemu dengan Sheryl?" ucap Irene pada Sehun yang baru saja masuk ke rumahnya.

" Dia ada di Bali, dia tidak peduli lagi dengan ayahnya. Dia bilang dia sudah muak dan memilih untuk pergi karena dia mencintai dirinya sendiri, ia memutuskan lepas dari ke-toxic-an keluarganya" ucap Sehun yang kini duduk di hadapan Irene yang sibuk memakan semangkuk ramyeon.

" ck,jika begitu besok pergilah ke toko wine itu lagi. Kita harus mulai menjalankan rencana sekarang"

" kakak benar-benar akan melakukannya?" tanya Sehun dibalas anggukan oleh Irene.

" aku memang harus melakukannya"

" apa tidak ada cara lain?"

" tidak" balas Irene tegas.

" oh ya, kenapa akhir-akhir ini aku tidak pernah melihat Mino hyung?" ucap Sehun yang berhasil membuat Irene menurunkan sumpitnya.

" dia sangat sibuk, tidak ada waktu untuk bermain-main"

.

.

Irene masih berusaha untuk memejamkan matanya tapi entah bagaimana tiba-tiba ia mengingat sesuatu. Ucapan neneknya sebelum neneknya pergi ke Jerman terngiang di kepala Irene, jika kau punya waktu pergilah ke Jeju. Dan Irene ingat dua foto yang ia temukan di meja kerja kakeknya. Sebuah foto keluarga di mana dibaliknya bertuliskan tanggal ulang tahun Sehun dan sebuah foto kakek dan neneknya ketika masih muda di Seogil ketika Villa milik keluarganya belum dibangun. Jika satu foto itu bisa digunakan untuk membuka brangkas; jelas foto yang lainnya memiliki fungsi yang sama dan Villa Seogil adalah tempatnya.

Irene beranjak dari tempat, meraih ponsel dari nakas di samping tempat tidur dan mulai mencari tiket untuk penerbangan pertama ke Jeju. Ia juga mengirim pesan pada Sehun untuk menunda rencana mereka. Irene memasukan paspor, dompet dan beberapa barang. Ia mengeluarkan selembar foto kakek dan neneknya ketika mereka masih muda dan membaliknya namun tak ada tulisan seperti foto sebelumnya. Irene mengambil senter kecil berbentuk seperti leser dan mengarahkannya ke arah belakang foto itu. Irene terdiam ketika melihat deretan angka yang ada di balik foto itu, entah apa yang ia pikirkan tapi itu adalah tanggal dimana ia resmi menjadi Presdir Baesang.

Gangnam Avenue 9Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang