4

3.7K 138 4
                                    

.
.
.
.
Happy read, readers...
.
.
.
Votenya jgn lupa
.
.
Dilarang copy paste dalam bentuk apapun...
.
.
.

********
Seoul masih tetap gemerlap ketika malam. Lampu-lampu bar yang buka ketika matahari mulai terbenam itu, menghiasi jalanan.

Aera berjalan dengan gugup dan takut di samping seorang wanita di usia 30 akhir. Wanita itu adalah mucikari di tempat barunya bekerja, wanita itu lebih suka di panggil dengan sebutan Nona Go.

Dan sekarang, wanita itu, tengah menuntunnya pergi ke sebuah apartemen mewah di kawasan Hannam-dong. Ini adalah kawasan elit milik para orang kaya.

Setelah menaiki lift, Nona Go menuntunnya, entah kemana. Dia tidak berani memandang ke depan. Sekarang, dia menyesali pilihan yang diambilnya. Seharusnya, dia berfikir dahulu sebelum memilih dan menyetujui kontrak.

"Di sini." Nona Go berhenti berjalan. Dan akhirnya, Aera mampu untuk memandang pintu coklat tua di depannya.

"Aku tidak tahu alasanmu memilih jalan ini. Tetapi, sangat di sayangkan, gadis cantik dan semenarik dirimu, harus berakhir di tempat seperti ini. Sekarang pergilah."

"Te..... Terima kasih.." dengan gugup, Aera memandang kepergian Nona Go.

"Hufhhhh......" dia menghembuskan nafas dalam-dalam. Hanya demi Han, dia mau melakukan hal ini. Dia tidak bisa lari lagi.

Dengan gemetar, dia mulai membunyikan bel. Dan beberapa saat kemudian, pintu terbuka. Menampilkan sesosok pria yang masih muda. Mungkin usianya tidak jauh berbeda dengannya. Hanya berjarak 3 atau 4 tahun. Mungkin 6 tahun. Dia tidak bisa dan tidak ingin menebaknya.

Wajah pucatnya yang tampan, terlihat dingin dengan tatapan yang menusuk. Dia masih memakai setelan jasnya lengkap. Rambut blondenya, terkesan membuatnya berwajah manis. Tetapi, setelah menatapatanya, kata-kata manis itu akan hilang.

"Masuklah..."

Dengan langkah takut dan sedikit gemetar, Aera melangkahkan kakinya memasuki tempat tinggal yang terkesan mewah itu.

Aroma wangi cendana yang menyegarkan, menyeruak menusuk hidungnya. Dia memandang berkeliling. Dia terpana dengan penataan ruang dan interiornya. Terkesan minim. Tapi tetap mewah dan elegant. Setiap sudutnya seperti memiliki arti dan seni.

"Ikut aku!" tiba-tiba, pria dingin itu bersuara dan membuat Aera sedikit terpengarah.

Dengan patuh, Aera mengikutinya berjalan menuju ke sebuah ruangan, yang ternyata adalah sebuah kamar lengkap dengan kamar mandi dan ruang ganti di dalamnya. Tatanan kamar ini juga unik. Pria itu benar-benar memiliki selera seni yang lumayan. Dan Aera juga tahu seni.

Pria itu berhenti berjalan. Dia berbalik dan menatap Aera dari ujung kepala hingga ujung kaki. Tatapannya seakan-akan memberikan penilaian kepada gadis itu.

"Siapa namamu?" tanyanya masih dengan mata sipitnya yang menatap tajam. Dia bertanya seakan-akan sedang mengintrogasi orang.

"Aera..." jawab gadis itu dengan nada ragu-ragu, dia menjawab sambil menatap pria es itu.

"Nama lengkapmu?" pria itu terlihat tertarik, itu terlihat dari nada bicaranya.

"Wang.... Wang Aera."

Aera mencoba memantapkan hatinya ketika menjawab. Dia tidak ingin merasa terintimidasi oleh pria ini. Bahkan oleh siapapun.

Untuk sesaat, sepertinya, Aera melihat sedikit keterkejutan di mata pria es itu. Tetapi, dia menjadi tidak yakin lagi. Karena ekspresinya kembali datar. Bahkan memang datar sejak tadi.

"Aku Min Yoongi."

Setelah itu, pria yang ternyata bernama Min Yoongi itu, meraih gelas berkaki panjang yang sudah terisi dengan wine. Dia mendekati Aera, masih dengan raut dinginnya. Dia menyerahkan gelas itu kepada Aera. Dan dengan tangan sedikit gemetar, dia meraih gelas itu.

"Habiskan!" ujarnya sambil masih mengawasi Aera.

Pria itu menatapnya dengan penuh minat. Aera yang merasa di amati, hanya diam dengan perasaan was-was. Aera menghabiskannya dalam dua kali tegukan. Dia sudah terbiasa meminum wine. Itu adalah minuman kesukaannya.

Yoongi mendekatinya dengan langkah pelan. Kemudian, dia menarik kepala gadis itu. Menempelkan bibirnya ke atas bibir gadis itu. Dia menyesap sisa-sisa wine yang ada di mulut gadis itu. Awalnya, hanya sapuan ringan, tetapi kemudian menjadi lumatan. Setelah beberapa menit Yoongi menciumnya, Aera hanya merespon dalam diam.

Yoongi melepaskan pagutannya dari bibir gadis itu. Menatapnya sebentar. Kemudian, sambil meraih gelas dari jari jemari Aera yang lentik, dia menggigit telinga gadis itu.

"Kau sangat cantik. Tetapi, kurasa, kau belum berpengalaman." ujarnya sambil berbalik dan mengembalikan gelas itu ke tempatnya.

"Aku akan melayanimu dengan profesional." nada jawaban Aera terdengar ragu-ragu dan takut.

Yoongi menatapnya. "Profesional? Kulihat kau masih amatir. Apa ini kali pertama mu?" tanyanya sambil kembali mendatangi Aera yang sejak tadi masih diam di tempat.

"Ya. Tapi, aku tidak akan menolak apapun yang akan kau lakukan kepadaku." katanya dengan nada mantap. Tetapi, tetap saja terdengar ragu-ragu dan takut.

"Apapun? Apa kau yakin?"

Yoongi meraih helaian rambut lurus nan panjang gadis itu. Mempermainkannya dengan jari-jarinya yang pucat. Sangat kontras dengan rambut hitam pekat Aera. Dia menampilkan smirk yang terlihat liar.

"Ya. Apapun." Aera menganggukkan kepala dengan tidak kentara. Tetapi tetap dapat dilihat dari jaraknya dengan Yoongi saat ini.

"Bahkan jika aku membunuhmu, apa kau tetap tidak akan menolak?" smirk Yoongi semakin terlihat mengerikan di mata Aera.

Aera menelan ludah. Yoongi melihatnya. Dia menundukkan kepala, dan mengecup leher jenjang gadis itu. Terlihat, gadis itu sedikit gemetar ketakutan.

Yoongi meraba punggung Aera. Dan berusaha melepaskan resleting gaun hitam gadis itu.

"Tenang saja, aku tidak akan membunuhmu. Bahkan aku akan memberimu kenikmatan malam ini."

Bibir Yoongi mulai mencium dagu gadis itu. Merambat ke pipinya, kemudian akhirnya sampai di bibir tipis Aera. Yoongi melumatnya dengan penuh gairah. Air ludah mereka menyatu, mereka bisa merasakan air ludah masing-masing. Yoongi menciumnya secara brutal.

Tangan pria es itu tidak diam saja. Dia mulai menggerayang ke bagian dalam gaun hitam Aera yang belum terlepas.

Tiba-tiba, Aera mengingat sesuatu. Dia mendorong bahu Yoongi dengan pelan. Hingga membuat ciuman mereka terlepas.

"Apa kita akan melakukannya tanpa menggunakan pengaman?" tanya Aera takut-takut.

Yoongi menatapnya jengkel. Dia sudah akan membaringkan gadis itu sampai dia mendorongnya menjauh. Mengurangi sedikit kesenangannya.

"Aku sudah memasukan pil pencegah kehamilan ke dalam minumanmu."

Yoongi kembali menyatukan bibir mereka. Kali ini lebih brutal dari tadi. Bahkan, dia seperti tidak memberi kesempatan Aera untuk bernafas.

*********

I Am You (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang