43

868 65 2
                                    

Gimana crita part yang lalu?
.
.
.
.
Saran dan koment diperlukan untuk memperbaiki crita
.
.
.
.
Enjoyed read this part
.
.
.
.

***********

Yoongi mengepalkan tangan menahan amarah. Dia memandangi pria yang yang sedang berlutut di depannya. Terdengar suara gemeletuk giginya yang beradu.

Ingin sekali dia menghabisi dan membunuh pria brengsek di depannya ini. Pria yang berani menyentuh istrinya dengan sikap tidak sopan. Bahkan bisa dibilang sangat tidak bermoral.

Tetapi, dia mencoba menahan amarah. Dia melakukan itu mengingat siapa pria yang berada di depannya ini. Pria yang sudah dianggap sebagai adiknya sendiri. Dan mereka sudah mengenal selama bertahun-tahun. Bahkan, persahabatan yang terbentuk diantara mereka sangat sulit diartikan dan dilambangkan.

Yoongi benar-benar tidak habis pikir dengan perbuatan yang baru saja dilakukan pria itu kepadanya. Terlebih kepada istrinya. Yang adalah temannya juga.

Dia benar-benar tidak habis pikir dengan apa yang ada di otaknya. Bagaimana bisa dia melakukan hal ini, Yoongi tidak bisa menduganya. Yoongi mengepalkan tangan dan meremasnya hingga buku-buku jarinya memutih.

Dia baru saja meninju wajah Jimin. Dan Jimin sama sekali tidak menolak. Dia menerima semua pukulan Yoongi. Dia menerimanya, seakan-akan dia pantas mendapatkannya. Dan memang dia pantas mendapatkannya.

Air mata jatuh dari pelupuk mata Yoongi. Mulutnya tetap terkatup rapat. Dia menangis dalam keheningan yang menyedihkan. Yoongi terluka. Hatinya terluka. Dia merasa dikhianati saudara sendiri.

"Maafkan aku, hyung. Maafkan aku!"

Jimin masih berlutut di depannya. Jimin menundukkan kepala dan memandangi lantai rumah sakit dengan perasaan yang kacau. Tetapi tidak lebih kacau daripada Yoongi.

Jimin menyesali semua perbuatannya. Dia juga menyadarinya dengan sungguh-sungguh. Dia mengutuk dirinya sendiri yang memperlakukan Aera seperti itu. Jimin merasa sangat bersalah. Dia seperti tidak pantas melihat Yoongi.

"Bagaiaman bisa kau-"

Yoongi tidak bisa berkata-kata lagi. Dia masih dilingkupi perasaan sedih dan terluka. Yoongi masih tetap menahana marahnya. Perbuatan Jimin benar-benar membuatnya terluka.

"Maafkan aku, hyung. Aku benar-benar minta maaf. Hyung-."

"Aku tidak tahu, apa lagi yang bisa ku katakan kepadamu. Tega-teganya kau melakukan hal itu kepada Aera. Kepada kami. Aku tidak habis pikir. Dimana hatimu Park Jimin? Hah!" nada suara Yoongi naik setengah oktaf.

Jimin masih menundukkan kepala. Dia merasa malu dan menyesal. Akal sehatnya menghilang ketika dia melakukan hal ini. Dia dibutakan oleh nafsu yang  menggebu-gebu. Sekarang, dia menyesali perbuatannya.

"Seharusnya, aku tidak pernah memintamu untuk menjaga Aera. Aku tidak tahu, jika semua akan berakhir seperti ini. Aku benar-benar tidak tahu lagi, Park Jimin."

Yoongi berjalan pergi meninggalkan Jimin yang masih berlutut. Dia tidak memperhatikan tatapan orang-orang yang menatapnya dengan aneh. Dia tidak mempedulikan hal itu sama sekali. Yang Jimin tahu, dia harus meminta maaf dan menyampaikan penyesalannya itu kepada Yoongi. 

Dia melakukan ini karena dia tidak tahu apa lagi yang bisa dia perbuat. Jimin tidak bisa menjelaskan penyesalan yang menyesakkan dadanya saat ini. Jimin tidak tahu.

Jimin ingin menngis, tetapi kemudian, dia mengurungkannya. Apakah dia pantas untuk hal itu. Jimin menggelengkan kepala. Rasa di dadanya semakin membuatnya semakin sulit bernapas.

Sedangkan Yoongi, dia kembali berjalan ke arah ruang operasi. Perasaannya sangat kalut. Peristiwa ini benar-benar menohok ulu hatinya. Membuatnya terkejut setengah mati. Bagaimana bisa, orang yang begitu dipercayainya melakukan hal itu. 

Yoongi kembali mengingat menit ketika dia melihat Jimin membawa tubuh istrinya yang sudah bersimpah darah. Membuatnya panik dan hampir gila. Jimin, pria itu, Yoongi tidak tahu lagi harus bagaimana. 

Yoongi duduk di depan kursi yang disediakan di depan ruang operasi. Dia menjambak rambutnya dengan frustasi. Dan kemudian mengusap wajahnya dengan kasar. Dia menghela nafas panjang dan menghembuskannya dengan berat. Dia menyandarkan punggungnya di sandaran kursi.

Dia belum memberitahu yang lainnya tenytang kondisi Aera. Dan dia memang berencana belum akan memberitahu mereka. Dia akan menunggu sampai istrinya itu sadar.

Yoongi teringat lagi dengan tubuh lunglai Aera yang berada di dalam gendongan Jimin. Bagaimana tubuh istrinya tidak bergerak sama sekali. Betapa paniknya Yoongi. 

Dia juga kembali mengingat wajah Jimin yang terlihat panik juga ketakutan. Tetapi dibanding Jimin, perasaannya saat ini tidak bisa dibandingkan dengan apapun. Yoongi merutuki dirinya sendiri.

Dia mengutuk dirinya yang membiarkan Aera sendirian di rumah. Dia menyesal membuat Aera bertemu dengan Jimin. Dia mneyesal meminta Jimin untuk melihat keadaaan iatrinya itu. Dia menyesal untuk semua hal yang terjadi hari ini. Dia menyesal.

Tanpa disadari, air mata jatuh dari pelupuk matanya. Wajah pucat Aera mengguncang jiwanya. Mengguncang setiap sudut hatinya. Membuatnya hancur dari dalam. Pria itu terus meneteskan air mata dalam keheningan dunianya sendiri.

Dua jam kemudian, seorang dokter keluar dari dalam ruang operasi. Dan dengan perasaan cemas dan was-was, Yoongi bangkit berdiri dan menghampiri dokter itu. Seketika, dokter menunjukkan raut wajah serius dan terlihat ikut prihatin. 

Yoongi menjadi cemas dan sangat ketakutan. Dia belum siap kehilangan siapapun. Dia belum siap. Dan tidak siap. Dia ingin menghilang dari tempat itu sekarang juga.

Tetapi, kelebatan bayangan wajah Aera membuatnya tetap bertahan. Dia menguatkan diri. Dia akan berusa setgar mungkin mendengar penjelasan dokter. Dia kana mencoba dan berusaha menerima.

Tetapi, tetap saja, dia masih belum siap. Dia menghela nafas pelan. Demi Aera.

"Bagaimana keadaan istri dan anak saya?"

"Maafkan saya."

Dan seketika, jantung Yoongi berpacu dengan cepat. Ketakutan kembali mencekam hatinya. Dia ingin berteriak sekaran, sebelum dokter itu kembali melanjutkan perkataannya.

Melihat Yoongi yang diam, dokter itu kembali melanjutkan ucapannya.

"Saya tidak bisa menyelamatkan bayinya. Hantaman yang diterima oleh perutnya mengakibatkan trauma yang hebat. Baik pada ibu maupun bayi. Pendarahannya sangat banyak. Ketubannya pecah dan bayi terlalu lama menelan airnya sehingga tidak bisa diselamatkan."

Yoongi kembali ditampar dengan kenayataan pahit. Tubuhnya lemas, sekan-akan, jiwanya melayang pergi entah kemana. Dia seperti tidak sanggup lagi mendengar penjelasan dokter. Dan dokter itu bisa melihat ekspresi Yoongi. Jadi, dia tidak melanjutkan penjelasannya. Dia kemudian permisi untuk segera melakukan pekerjaannya yang lain.

Di sudut lain, di balik didnding yang tidak jauh dari tempat Yoongi. Jimin merosot jatuh ke atas lantai. Dia benar-benar tidak tahu jika perbuatannya akan memiliki konsekuaensi seperti ini. Perasaan bersalah semakin menggerayangi dirinya. 

Sedagan Yoongi, diamematung di tempatnya. Hingga tempat tidur pasien keluar dari dalam ruang operasi. Dia melihat Aera yang terbariny di atasnya. 






I Am You (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang