21

1.6K 86 29
                                    

.
.
.
.
Enjoyed read this part
.
.
.
Capek nulis banyak
.
.
.
.

*********

Yoongi berjalan kembali ke arah dapur. Dia baru saja menerima kiriman laptop dari anak buah hyungnya. Dan dia sudah berniat akan menjaga Aera hari ini.

Dia harus segera menikahi perempuan itu. Dia tidak bisa terus merasa khawatir dengan keadaan Aera, yang kata Han, dia sering mengalami morning sickness yang parah akhir-akhir ini.

Ketika sudah menikah, dia bisa menjaga perempuan itu dan calon anak mereka dari dekat. Jadi, dia tidak perlu merasa khawatir berlebihan lagi.

Yoongi melewati meja ruang keluarga dan meletakkan barangnya disana. Dia kembali membuat bubur dan beberapa masakan lainnya. Dia cukup pandai memasak, walaupun jarang melakukannya.

Dia pernah tinggal sendiri sewaktu kuliah di Kanada. Dan dia tidak bisa selalu membeli makanan yang belum terboasa di lidahnya. Dia belajar melakukan semua hal sendiri. Sebenarnya, dia juga orang mandiri, mengingat dia selalu tinggal di asrama.

Yoongi melihat bubur yang sudah matang di dalam panci. Dengan cekatan, pria itu mematika kompor dan mengambil sebuah mangkuk porselen dari laci.

Dia tahu jika Aera tidak bisa makan makanan dengan aroma rempah yang tajam. Dia tadi sembat melihat internet, dan sedikit mencari tahu tentang gejala ibu hamil dan hal-hal lainnya yang berhubungan. Jadi, dia memilih memasakan gadis itu bubur.

Kemudian Yoongi membawanya ke dalam kamar Aera. Perempuan itu belum bangun. Padahal hari sudah mulai siang. Yoongi meletakkan makanan di atas nakas.

Ketika akan membangunkan Aera, Yoongi melihat bulir-bulir keringat membasahi dahi Aera. Yoongi segera memeriksanya. 

Suhu tubuh Aera naik. Dia demam. Dan dengan refleks, dia meraih ponsel dan melakukan panggilan. Setelah, selesai, dia bergegas ke dapur dan mengambil air serta kain bersih untuk mengompres.

Setengah jam kemudian, dokter pribadi keluarga Min datang. Dia baru saja selesai memeriksa Aera.

"Dia kelelahan. Apalagi diusia kandungannya yang masih awal, hal ini bisa menjadi sangat rawan."

Dokter laki-laki itu memberi penjelasan kepada Yoongi. Dan pria itu hanya diam. Dia masih memandang Aera yang masih berbaring.

"Siapa dia?"

"Calon istriku."

Si dokter langsung membelalakan mata. Kemudian, dia memukul pelan pundak Yoongi.

"Tidak kusangka, kau pria yang seperti itu." ada senyum jahil di bibir si dokter.

Pandangan Yoongi langsung tertuju kepada si dokter.

"Yak! Jin hyung! Jika bukan karena tantangan kalian yang bodoh itu, aku tidak akan melakukannya."


"Jadi, perempuan ini yang-" Jin menutup mulut sambil membelalakan mata, terkejut.

Yoongi yang sudah tahu maksud Jin, hanya menganggukkan kepala.

"Malam itu, ku kira aku akan mendapatkan wanita jalang, tetapi yang datang malah seorang gadis polos."

Yoongi mengucapkannya sambil menerawang, dia kembali mengingat pertemuan pertamanya dengan Aera.

"Lalu?"

Jin menatap Yoongi. Dari wajahnya, dia ingin mendengar kelanjutan cerita Yoongi.

"Aku jatuh cinta." Yoongi mengangkat bahu.

"Wah, aku benar-benar tidak bisa membayangkannya. Tetapi, sepertinya, aku merasa tidak asing dengan wajahnya?"

Jin menggerakkan kepalanya dan mengamati wajah Aera yang masih terlelap. Dia mencoba mengingat dengan menggali memorinya.

"Aera mirip dengan dia." akhirnya Yoongi angkat bicara.

Jin sedikit tersentak. Ketika Yoongi mengucapkan kata dia, Jin langsung paham.

"Ah, ya. Dia. Apakah-"

Yoongi menganggukkan kepala. Dan ketika Jin akan bertanya lagi, tiba-tiba Han datang.

"Hyung, ada apa?"

Jin dan Yoongi refleks memandang Han. Jin tersenyum ramah, dan Han membalas dengan senyum tupainya. Dia berjalan mendekati dua pria itu yang berdiri di sisi tempat tidur.

"Hanya demam. Mereka baik-baik saja." Jin mendahului Yoongi berbicara.

Jin mulai membereskan alat-alat yang dia gunakan untuk memeriksa Aera dan memasukkannya ke dalam tas dokter miliknya.

"Urusan di sini sudah beres. Jangan lupa memberinya vitamin dan antibiotik yang sudah ku resepkan. Aku pergi dulu. Dan-"

Jin memegang pundak Yoongi. Memerangkap mata pria itu dengan tatapan prihatin dan juga terasa seperti sebuah kebahagian dan entahlah, tatapan Jin sulit diartikan. Dia mendekatkan bibir tebalnya di dekat telinga Yoongi. Dan berbisik pelan.

"Tidak kusangka, takdir akan memilih jalan ini untukmu. Dia benar-benar hebat mempermainkanmu, Min Yoongi."

Dan kemudian, Jin nelepas pegangan tangannya dan keluar dari kamar Aera dengan diikuti Yoongi di belakangnya. Yoongi paham apa yang dimaksud Jin. Senyum terukir di bibirnya.

"Aku harus berterima kasih dengan takdir untuk masalah itu." 

Yoongi masih berjalan dan akhirnya berpapasan dengan Han.  "Biarkan noona mu istirahat." Yoongi memandang Han sebelum akhirnya keluar dari kamar.

Han memandang Aera yang masih terlelap, kemudian dia membalikan badan dan berjalan pergi. Han menutup pintu dengan pelan dan mengikuti kedua pria yang baru saja keluar itu.

**********

I Am You (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang