45

774 46 1
                                    

.
.
.
.
Enjoyed read this part
.
.
.
.
Bingung mau ngetik apa lagi
.
.
.
.
Ketika sudah kehabisan kata-kata
.
.
.
.
Langsung aja
.
.
Maap, kelamaan ya istirahatnya?
Udah mulai kerja soalnya...
.
.

****************

Hari-hari berlalu begitu saja. Dan ini adalah hari terakhir bagi  Aera untuk tinggal di rumah sakit. Bekas jahitannya sudah pulih dan dia diperbolehkan Untuk pulang. Ini merupakan kabar yang cukup menggembirakan untuk Yoongi.

"Kita akan langsung pulang ke Korea. Bagaimana menurutmu?" tanya Yoongi sambil memasukkan barang-barang istrinya ke dalam sebuah tas yang berukuran sedang.

"Terserah." ucap Aera dingin.

Yoongi hampir terbiasa dengan jawaban dingin dan singkat Aera. Dia sudah terbiasa selama beberapa hari ini. Semua dimulai semenjak kematian anak mereka. Lambat laun, istrinya menjadi pendiam dan dingin. Bahkan jika mau membandingkan, sikap Aera sama seperti sikapnya dulu.

Yoongi menghela nafas berat. Dia memandang Aera sebentar dan kemudian kembali melanjutkan kegiatannya. Dia hampir sudah melakukan berbagai cara untuk menghibur Aera. Tetapi hasilnya benar-benar tidak terlihat. Dia bingung harus melakukan apa lagi. Dia sudah kehabisan cara.

Dan kemudian, telfon dari Geum Jae semalam, membuatnya mendapat hal baru untuk membuat istrinya itu kembali seperti semula. Kembali ke Korea. Dan ini memang waktunya mereka untuk kembali ke sana. Sesuai dengan janjinya kepada kakak laki-lakinya.

Bagaimana dengan Jimin? Pria itu sudah berangkat dan kembali ke Korea sehari setelah Aera masuk rumah sakit. Yoongi sedikit marah dan kecewa ketika mengingat tentang pria itu. Tetapi, di sudut lain hatinya, dia telah memaafkan Jimin. Walaupun kesalahan yang dibuatnya sangat fatal. Dan membuatnya serta Aera harus kehilangan anak pertama mereka. Ini adalah hal paling menyedihkan yang pernah dialaminya. Dan sepertinya istrinya itu juga begitu.

Tetapi, selama beberapa hari ini, Yoongi merenung dan menenangkan hatinya. Dia melakukan hal itu sambil menjaga Aera. Dia berpikir bahwa semua manusia melakukan kesalahan. Dan tidak satupun yang luput dari hal itu. Dan semua sudah terjadi. Dan tidak bisa diulang lagi. Percuma dia mengungkit hal yang tidak bisa kembali. 

"Apa kau akan terus seperti ini?" tanya Yoongi ketika mereka baru saja keluar dari mobil yang mengantar mereka ke bandara internasional New York.

"Seperti apa?" Aera bertanya balik tanpa memalingkan wajahnya dari guci keramik berwarna hitam yang sekarang dipeluknya sangat erat. Itu adalah abu anaknya.

Yoongi menghela nafas berat. istrinya itu sangat sulit diajak bicara akhir-akhir ini. Membuatnya frustasi dengan sikap dan ucapan dingin yang selalu dilontarkan oleh bibir indahnya.

"Aera, berhentilah bersikap seperti ini? Aku  juga sedih jika melihat mu terus seperti ini. Kau berubah." Yoongi mengatakannnya dengan mereka berdua yang sudah berjalan masuk ke dalam bandara.

"Aku tidak berubah. Dan-"

Akhirnya, Aera memberinya perhatian. Yoongi sedikit lega untuk hal ini. Aera menatapnya. Tatapan tajam manik mata istrinya membuatnya kembali terhempas dengan kesedihan. 

"Dan, kenapa aku harus berhenti bersikap seperti ini? Apa kau tidak tahu bagaimana perasaanku? Apa kau lupa apa yang baru saja terjadi kepadaku? Kepada kita?"  ucap Aera berapi-api.

Hal itu semakin membuat Yoongi merasa bersalah. Dia merengkuh bahu Aera. Dan memeluknya. Dan kemudian mengusap-usap punggunh istrinya dengan lembut. Hati Yoongi terasa perih melihat Aera seperti ini.

"Maafkan aku. Jangan menangis lagi. Hajima! Hatiku sakit melihatmu seperti ini. Pahamilah perasaanku chagiya."

Aera teriak pelan di dalam pelukan Yoongi. Dia untuk kesekian kalinya dalam minggu ini, dia kembali membasahi baju suaminya. Dan Yoongi sama sekali tidak keberatan dengan hal ini.

"Berhenti lah menangis! Kajja! Pesawat kita akan segera berangkat. Kita harus bergegas."

Yoongi melepaskan pelukannya dan memegang bahu istrinya. Setelah itu, tangannya terangkat dan menghapus air mata yang membasahi wajah Aera. Yoongi tersenyum dan mencubit pipi Aera. Dia berharap yang baru saja dia lakukan dapat membuat hati perempuan itu sedikit tenang.

Aera menarik bibirnya ke samping. Menampilkan sebuah senyum samar. Tetapi itu cukup untuk membuat Yoongi bahagia. Senyim yang hampir tidak dia dapatkan selama seminggu ini. Yoongi mengusap puncak kepala Aera. Dan kemudian meraih tangan istrinya dan menautkan jari jemari mereka.

Aera semakin erat menggenggam tangan suaminya itu. Dan dengan penuh perasaan antara sedih dan tenang, dia menyandarkan kepalanya di pundak Yoongi. Mereka berjalan menuju ke arah pesawat yang akan membawa mereka kembali ke Korea.

Setelah mereka menginjak kan kaki di tanah kebangsaan mereka, mereka langsung berangkat ke rumah orang tua Yoongi. Di sana sudah menunggu kedua orang tua suaminya, Geum Jae, Hae Na dan Seokjin.

Mereka semua sudah tahu apa yang menimpa pasangan itu. Dan Jimin juga sudah datang ke tempat Geum Jae. Tentu saja, Geum Jae sangat marah dan memukuknya. Untung waktu itu, Jin berada di sana. Jadi, dia bisa melerai mereka berdua. Jin menjadi penengah dan akhirnya, dia bisa mendamaikan mereka.

Geum Jae tidak terlalu berlama-lama terlarut dalam amarah. Tetapi, dia juga meminta Jimin untuk jangan muncul di hadapan adiknya dan Aera. Dia tidak ingin kehadiran Jimin, kemungkinan besar akan mempengaruhi mental Aera.

Setibanya di rumah orang tua Yoongi, mereka di sambut dengan hangat. Ibu Yoongi langsung memeluk Aera dan membawanya ke ruang makan. Karena ibu mertuanya dan Hae Na sudah menyiapkan makan malam untuk mereka semua.

Semua berjalan dengan normal dan seperti biasa seperti ketika mereka datang berkunjung. Mereka sadar jika Aera harus berada di dalam suasana yang menenangkan. Jadi, mereka belum akan membahas tentang kematian anaknya. Mereka tahu jika hal itu akan menurunkan mental Aera lagi.

"Apakah makanannya enak?" ibu Yoongi menata Aera.

"Sangat enak. Setidaknya, kemampuan memasak eommonie lebih hebat dari Yoongi." ucap Aera sambil tersenyum samar. Masih ada perasaan sedih dihatinya.

Ibu Yoongi tersenyum. Dan kemudian, perempuan berusia lima puluhan itu mengambil sepotong daging dan meletakkannya di atas mangkuk Aera.

"Kau harus banyak makan, Aera-ya. Kau terlihat sangat kurus. Sepertinya, Yoongi tidak merawatmu dengan baik. Bagaimana bisa menantuku yang cantik menjadi kurus."

Ibu Yoongi yang biasanya irit bicara itu, terdengar begitu ramah dan hangat. Aera hampir menangis mendengar penuturan dari ucapannya yang menenteramkan hatinya. Yoongi melihat tanda-tanda Aera akan menangis. Dia buru-buru menkode semua orang ketika Aera menundukkan kepala.

Yang pertama kali tanggap adala Hae Na. Dia bangkit berdiri dan memposisikan dirinya diantara ibu mertuanya dan Aera.

"Yak! Eomma! Kenapa hanya Aera yang kau perhatikan? Disini, menantu perempuanmu ada dua. Apa kau tidak menganggapku?"

Ibu Yoongi langsung paham. Kemudian, dia menampilkan senyum dan mengambil sayur dan meletakkannya di atas mangkuk yang dibawa Hae Na.

"Geum Jae sudah merawatmu dengan benar. Lihat! Badanmu terlihat baik-baik saja. Kau tidak perlu makan daging terlalu banyak. Jadi, makan sayur ini saja. Kembali ke tempatmu."

Kemudian, tawa menyusul dari semua orang yang berada di meja makan. Kecuali Aera. Dia kembali menegakkan kepala dan melihat moment itu. Dia hanya tersenyum tipis.

Suasana semakin ramai karena tingkah Hae Na yang memang ceria. Dan Geum Jae juga ikut ambil bagian dari semua tingkah ramai istrinya. Yoongi dan Kedua orang tuanya hanya sesekali dua kali menanggapi. Sedangkan Aera, dia hanya diam dan menanggapi dengan senyum.

Berada di sini membuat hatinya sedikit tenang. Membuatnya kembali seperti semula. Walaupun tidak sepenuhnya. Bagian lain dari hatinya masih menyimpan kesedihan.

********





I Am You (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang