48

747 50 0
                                    

I am back
.
.
.
Enjoyed read this part...
.
.
.
Hati lagi gak enak,
.
.
.
But, moga aja karyanya tetep enak di baca
.
.
.

**********
"Pergi!"

Aera berjalan mundur ke belakang. Dia berusaha menghindari Jimin yang masih terus berjalan ke arahnya. Sekarang, perempuan itu hampir tersandung sofa. Dan sontak dengan sigap, dia menegakkan badannya kembali. Dia meraih sapu yang kebetulan berada di balik sofa.

"Pergi ku bilang! Pergi!" teriakan Aera semakin histeris. Dia menodongkan ujung gagang sapu tepat ke arah dada Jimin.

"Aera-" suara Jimin terdengar lirih dan sarat dengan penyesalan.

Tetapi, Aera masih terbayang-bayang dengan tindakan Jimin waktu itu. Tubuhnya menjadi gemetar dan ketakutan. Dia sangat kalut ketika melihat pria itu. Apalagi, suaminya tidak ada di rumah.

Aera merasa bulu romanya berdiri ketika Jimin memanggil namanya. Dia merasa mual dan jijik. Ingin rasanya dia memukul pria itu. Ingin rasanya dia hilang dari tempat saat ini juga. Dia benar-benar tidak mau melihat pria ini.

Sudah cukup penderitaan yang dia berikan kepadanya. Sudah cukup dia merasa kehilangan. Dia kehilangan anaknya gara-gara pria ini. Dia mengabaikan suaminya karena pria ini. Dia mengalami banyak mimpi buruk karena pria ini.

Aera benar-benar membenci Jimin. Tetapi, satu sisi hatinya meraa kasihan. Dia masih mengingat masa lalu. Dia tidak ingin melukai, tetapi dia dilukai.

"Pergi!" suara Aera terdengar lirih. Nafasnya terengah-engah.

Jimin bisa melihat perubahan yang sangat jelas terlihat ketika perempuan itu memandangnya sejak tadi. Dia kembali berpikir apakah keputusannya ini salah. Dia benar-benar sakit melihat sikap Aera seperti ini kepadanya.

Salahnya jika dia hampir memperkosa Aera. Dan dia juga membuat Aera dan Yoongi kehilangan anak mereka. Dia menyesal. Sangat menyesal. Jika bisa memutar waktu, dia ingin memperbaiki semuanya. Dia ingin Aera kembali seperti dulu.

"Aku minta maaf!" Jimin mengulurkan tangannya, dia berusaha meraih Aera. Tetapi dengan cepat di tangkis dengan ujung gagang sapu.

"Pergi. Ku mohon pergilah!"

Setelah mengatakan itu, tubuh Aera terasa sangat lemas. Dan detik berikutnya, karena rasa takut yang hebat menguasainya, dia jatuh terduduk. Sapu yang dia jadikan senjata terlepas begitu saja dari tangannya.

Jimin yang panim begitu melihat Aera terjatuh, segera menghampirinya. Jimin berjongkok di depan Aera. Dia menyentuh bahu perempuan itu untuk melihat keadaannya. Tetapi, tangan Aera buru-buru menepisnya dengan lemah. Dia seperti kehilangan tenaga.

"Apa lagi yang kau mau?" Aera menatap tajam ke arah Jimin.

"Aku hanya ingin meminta maaf. Maafkan aku, Aera. Maafkan aku." Jimin meneteskan air mata di depan Aera. Dan itu terlihat tulus.

Tetapi, Aera mendadak merasa emosi memuncak mendengar perkataan Jimin itu. Dia merasa ini tidak adil. Dia merasa sangat dirugikan. Sekali lagi dia ingat jika dia kehilangan anaknya karena pria di depannya ini.

I Am You (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang