51

1.3K 46 4
                                    

Enjoyed read this part,
.
.
.
Maaf ya, typo banyak
.
.
.
Klo ada salah or crita gk berkenan, koment ya
.
.
.
Check it, ini last chapter kawan-kawan. Akhirnya setelah sekian lama ndak pernah nyentuh novel ini, dengan berat hati akhirnya aku tamatin. Karena masih banyak proyek ff yang lain..
Setelah 2 tahun yorobun....
.
.
.

******
"Apa kau sudah siap?" tanya Yoongi pada Aera yang masih berkutat di depan cermin.

"Hanya tinggal memasang anting. Dan, aish.. Kenapa ini menjadi sulit!" Aera mulai terdengar kesal.

Yoongi tersenyum melihat tingkah istrinya itu. Dan akhirnya dengan langkah perlahan, dia mendatangi Aera. Pria itu meraih anting dari tangan Aera. Dan dengan penuh perhatian memasangkan anting itu ke telinga istrinya. Aera hanya diam melihat tingkah Yoongi. Dalam hati, dia merasa sedikit malu, tetapi juga merasa bahagia. Berapa banyak pria yang seperti suaminya? Mungkin hanya ada satu di dunia ini untuknya. Ah, Ji Sung terlupakan. Dan juga ayahnya. Aera tersenyum dengan pemikirannya sendiri. Dan lamunannya terhenti ketika Yoongi membuka mulutnya.

"Nah, selesai. Apakah kita sudah bisa berangkat?" tanya Yoongi sembari meraih tangan Aera.

Aera tersenyum manis. "Kita sudah bisa berangkat."

"Kajja. Mungkin yang lain sudah menunggu kita."

Aera menyambar tas kecil miliknya sebelum akhirnya dia keluar dari kamar. Mereka menaiki mobil ford hitam milik Yoongi. dan setelah tiga puluh menit berada di dalamnya dalam perjalanan menuju ke tempat tujuan, Yoongi tak henti-hentinya memuji Aera cantik. Dan memang dia terlihat cantik malam itu di dalam balutan gaun berwarna hitam. 

Rambut hitam panjangnya sudah dipotong menjadi sebahu. Dia baru memotongnya sehari setelah kedatangan Jimin ke rumahnya. Dan ini sudah bulan kedua setelah kejadian hari itu. Hati Aera benar-benar lega setelah memberi pengampunan pada Jimin. Dan sudah seharusnya dia juga menata kembali kehidupnya. Tidak ada masalah yang tidak akan berakhir. Dan yang pasti, dia akan memiliki masalah ke depannya. Jadi dia akan menata kehidupannya dan juga menata kembali keluarga kecilnya.

"Apakah ada Ji Sung di sana?" tanya Aera ketika Yoongi membuka pintu mobil dan mempersilakan dia keluar dengan anggun.

"Tentu saja ada. Dia kan sudah menjadi pekerja magang di kantorku." Yoongi menggalungkan tangan Aera ke lengannya.

"Apa tidak masalah anak kecil datang ke pesta seperti ini?" Aera kembali bertanya. Sebenarnya, dia sudah menduga jika Ji Sung, adiknya itu akan datang diacara pembukaan perusahaan cabang Yoongi yang baru. Itu karena Ji Sung menjadi salah satu karyawan magang di kantor suaminya itu.

Jadi sedikit merasa bodoh ketika menanyakan hal yang tidak penting seperti itu. Tapi apa salahnya bertanya lagi dan kembali memastikan. 

Pasangan itu berjalan melewati pintu masuk yang sudah di hiasi dengan bunga-bunga hidup dengan warna-warna yang sedikit terlalu meriah menurut Aera. Tetapi tetap saja terlihat indah. ketika mereka berdua masuk, para karyawan menyapa dan memberi hormat. Aera masih harus membiasakan diri dengan statusnya sebagai istri pemilik perusahaan mulai sekarang.

"Apa kau sedikit merasa gugup?" Yoongi menggenggam erat tangan Aera. Memberinya kehangatan dan kenyaman yang entah bagaimana itu selalu berhasil membuat Aera merasa berani dan tenang. Dia merasa bisa bersandar dan merasa santai. Ada kepercayaan yang terjalin diantara hubungan yang mereka bentuk. Dan itu akan menjadi sangat sulit bagi orang lain untuk bisa membuat keraguan diantara mereka. Kepercayaan itu seperti rantai yang terhubung dna benang takdir yang tidak akan pernah putus.

"Sedikit." Jawab Aera jujur.

Senyum terbentuk di sudut bibir Yoongi mendengar pengakuan jujur istrinya itu. Dia semakin mengeratkan genggaman tangan mereka. Dengan langkah mantap, dia membawa istrinya masuk ke dalam keramaian acara.

"Hyung! Noona!" 

Suara teriakan seorang pria terdengar sangat akrab ditelinga suami istri itu. Dan secara refleks mereka berdua menoleh kearah sumber suara. Dan dengan sangat jelas, Aera bisa melihat adiknya berjalan ke arah mereka dengan setelan jas hitam rapi. 

"Bukankah dia terlihat sangat tampan." puji Aera, dan Yoongi yang mendengarnya menganggukan kepala sebagai tanda setuju.

"Tetapi tentu saja lebih tampan aku." Yoongi berkata dengan tingkat kepercayaan diri yang membuat Aera hanya bis amenggelengkan kepala heran. Dan pada akhirnya dia memang mengakui bahwa suaminya adala seorang pria yang sangat tampan.

"Aku tahu apa yang sedang kalian bicarakan." Ji Sung berkedip ke arah pasangan yang masih ribut dengan siapa yang paling tampan.

"Kurasa anak kecil tidak perlu mendengarnya." Yoongi tersenyum jahil, dan itu membuat Ji Sung sedikit cemberut.

"Kurasa Jin Hyung sudah datang." Ji Sung melihat ke belakang punggung Yoongi dan kakak perempuannya.

Mereka bertiga melihat Kim Seok Jin berjalan masuk melewati jalan yang tadi dilewati oleh mereka berdua. Dan mata mereka juga menangkap sesosok wanita cantik yang tentu saja adalah istrinya yang sedang membawa seorang anak laki-laki yang memakai baju tuxedo yang membuatnya terlihat sangat lucu, dan juga di gendongan Jin ada seorang anak perempuan yang terlihat cantik di dalam balutan gaun pink yang cantik. Usia mereka terlihat baru 2 tahun.

"Jin oppa." Aera tersenyum dan berjalan ke arah mereka.

"Eomma!" Anak perempuan kecil bergaun pink mengulurkan tangan ke arah Aera. Dan senyum lebar Aera mengembang. Dia mengulurkan tangan dan meraih anak perempuan itu dan menggendongnya.

"Apakah kau sudah melupakan Appa mu, Min Yoonjun?!" Yoongi menggoda anak laki-laki yang masih diam memandangi ayahnya dari gendongan Jin.

Yoonjun masih diam. Dan Yoongi tahu jika anaknya tidak akan mengeluarkan banyak kata-kata hanya untuk merespon godaannya. Dia sama diamnya seperti ayahnya. Bahkan ekspresi wajahnya yang diam terlihat sama.  

"Aigo, dimana keponakanku yang imut, yoonjun-nie." Ji sung datang dengan senyum tupainya dan menggoda Yoonjun.

Melihat kebahagiaan di depannya, Aera merasa sangat bahagia melebihi apapun di dunia ini. Hidupnya pernah diterjang badai dan hampir hancur. Akan tetapi dia memiliki orang-orang yang membantunya bangkit lagi. Tidak ada kata menyerah di dalam kamus hidupnya. Semua enjadi kenangan masa lalu, dan dia berdamai dengan itu.

Dia tidak pernah menginginkan hal-hal yang berlebihan, hanya kebahgiaan bersama dengan orang-orang  yang dia cintai. Inilah akhir kisah yang dia inginkan.


*************

I Am You (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang