35

985 66 36
                                    

.
.
.
.
Sekali lagi...
.
.
.
.
Anak kecil dan yang merasa masih di bawah umur, harap segera menjauh
.
.
.
.
Dosa tanggung sendiri
.
.
.
.

*********
Yoongi menidurkan tubuh Aera diatas tempat tidur dengan hati-hati. Dan kemudian, dia menyelimutinya. Di mengecup kening Aera sebelum berjalan menjauhinya.

Yoongi keluar dari kamar dan mengambil sebotol wine merah dari lemari kaca di dapur. Ketika akan meninggalkan dapur, dia meraih gelas kaca.

Rumah ini kecil, tetapi sangat nyaman. Yoongi berjalan ke arah ruang keluarga. Di sana, laptop hitamnya sudah menunggu dengan banyak file yang harus dikerjakannya.

Pria itu membuka tutup botol dan menuangkannya ke dalam gelas. Dengan berat, dia mulai memposisikan dirinya duduk senyaman mungkin dan mulai mengotak-atik laptop. Sesekali, dia menyesap wine. Dan ketika rasa asamnya mulai membasahi kerongkongannya, dia akan kembali teringat pertemuannya dengan Aera.

Ketika akan kembali melanjutkkan pekerjaannya, itu setelah wine di botolnya habis, dia mendengar seseorang mengetuk pintu. Dengan langkah agak malas, dia berjalan ke ruang tamu.

"Jimin, ada apa?" tanyanya ketika membuka pintu dan mendapati Park Jimin di depan pintu rumah kecil itu.

Jimin tersenyum dan mengangkat sebuah kotak makan bersusun di tangan kanannya. Dan tanpa di persilakan masuk, pemuda itu langsung masuk. Menerobos tubuh Yoongi yang tadi sempat menghalangi pintu.

"Hae Na noona memintaku memberikan ini kepadamu. Wah, ternyata rumah kecil ini terlihat bagus. Menyesal aku tidak membelinya dulu."

Jimin memandang ke sekeliling ruangan masih dengan kakinya yang terus melangkah. Dia meletakkan makanan di atas meja makan. Tetapi, kemudian setelah berpikir, dia meletakkan makanan itu di dalam lemari es dan kemudian kembali ke tempat Yoongi. Pria itu sudah kembali duduk di tempatnya dan mulai menyibukkan diri.

"Kalau sudah selesai, kau bisa pulang." kata Yoongi tanpa memalingkan wajahnya dari layar laptop.

"Hyung, kau jahat sekali langsung mengusirku."

Jimin langsung duduk di samping Yoongi. Tetapi, dia masih tidak bergeming dari tempatnya. Jimin ikut menatap layar, dia mengerutkan kening melihat banyak kata dan frasa yang tidak begitu dia pahami.

"Apa itu? Kenapa terlihat sangat rumit?"

"Ini program baru untuk perusahaan. Ku kira kau tahu. Bukannya kau juga memiliki perusahaan?" Yoongi mengatakannya masih dengan mata yang terpaku pada layar.

"Perusahaanku bukan perusahan IT musik seperti milikmu, hyung. Apa menikah bisa  membuatmu lupa ingatan?"

Jimin menyandarkan tubuhnya di sandaran sofa. Dan kemudian, matanya memandang menyusuri ruangan.

"Apa Aera sudah tidur? Kenapa rumah sepi sekali?" tanya Jimin, matanya masih meneliti ruangan.

"Apa kau gila, Park Jimin. Tentu saja dia sudah tidur dari tadi. Jam berapa sekarang, kau kira? Sepi? Bakar saja rumah ini, dan suasana akan menjadi ramai." ucap Yoongi dengan sarkatis.

Jimin tertawa. Dan kemudian, Yoongi akhirnya memalingkan wajahnya dari layar. Sekarang, dia menatap Jimin dengan tatapan kesal.

"Mwo?" tanya Jimin dengan bingung. Dia langsung menghentikan tawanya.

"Istriku sedang tidur. Jika kau berani tertawa lagi, kupastikan, kau tidak akan memanggilku hyung lagi." ancam Yoongi.

Tetapi, Yoongi tidak serius dengan ucapannya. Dan Jimin tahu itu. Dia mengganti tawa dengan senyum lebar.

"Apa kau tidak pulang? Jam berapa sekarang?"

Yoongi akhirnya menutup laptop dan memandang Jimin. Kemudian bangkit berdiri sambil membawa gelas dan botol wine.

"Setelah ini aku akan pulang. Sudah pukul dua pagi. Apa hyung tidak tidur?" Jimin mengikuti Yoongi yang sudah berjalan ke dapur.

"Aku akan segera tidur. Apa kau mau minum?" tawarnya sembari mengangkat botol wine miliknya.

"Tidak, terima kasih. Aku akan pulang kalau begitu."

"Akan kuantar sampai ke pintu."

Jimin berjalan ke arah pintu depan. Dan ketika akan melewati ruang keluarga, dia bisa melihat pintu kamar yang sedikit terbuka. Dan matanya terpaku pada sesosok perempuan yang tengah terlelap.

Wajahnya membuat jantung Jimin berpacu lebih keras. Membuat dadanya terasa sakit dan sedikit sesak. Dia seakan-akan bisa mendengar hembusan nafas Aera.

Dia ingin berlari dan merengkuh gadis itu ke dalam pelukannya. Tetapi, tangan Yoongi yang tiba-tiba memegang bahunya, menghempaskan semua bayangannya. Menariknya kembali pada kenyataan. Kenyataan bahwa perempan itu sudah dimilki orang lain.

"Kenapa kau berhenti?"

"Eh, itu, sepertinya aku menginjak sesuatu." ucap Jimin dengan gugup.

"Menginjak sesuatu?"

Yoongi mengerutkan kening heran. Dan kemudian, dia melihat ke arah lantai. Matanya mencoba mencari-cari sesuatu di lantai. Jimin yang menyadarinya, segera menarik tubuh Yoongi agar kembali tegak.

"Mungkin hanya perasaanku saja. Aku pulang dulu."

Jimin keluar dengan masih berusaha menpertahankan ketenangan dirinya. Yoongi hanya mengangkat bahu bingung. Dan kemudian mengatar Jimin keluar.

Yoongi segera menuju ke kamar ketika selesai mengunci pintu. Dia melihat Aera yang masih terlelap. Yoongi tersenyum.

Dia berbaring di samping Aera dan menyelimutu dirinya sendiri. Sebelum tertidur, dia memandangi wajah Aera yang terlihat tenang. Dia tidur sangat nyenyak.

Yoongi menggerakkan tangannya dan memeluk Aera dari samping. Dia membelai pipinya dan kemudian mencium keningnya.

"Tetima kasih sudah menjadi milikku. Aku akan menjagamu selama aku masih hidup. Bahkan ketika aku matipun, jiwaku tetap akan menjagamu." Yoongi menyingkirkan anak rambut dari dahi Aera.

"Hana, biarkan aku menebus semua penyesalanmu. Aku akan menjaga mereka berdua untukmu. Kau bisa beristirahat dengan tenang sekarang." ucap Yoongi sambil menerawang jauh, tetapi, matanya masih menatap wajah Aera.

Beberapa menit kemudian, dia sudah menyusul Aera ke alam mimpi. Dia memeluk Aera dengan erat. Seakan-akan tidak akan membiarkan perempuannya itu terlepas dari pelukannya.

*********






I Am You (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang