"eunha, kau dimana?"sowon sangat khawatir. Gelagat eunha sangat aneh. Bahkan jika ujian teori mendadak seperti tadi, rasanya tidak ada masalah pada eunha. Eunha sendiri termasuk murid yang sangat pintar. Eunha juga selalu juara satu setiap mereka bagi rapor.
Tapi, ada satu ruangan yang sowon yakini, bahwa eunha ada disana. Sowon segera menuju tempat itu. Sowon membuka sedikit pintu ruangan itu.
Ting... Ting...
Benar, eunha sedang ada disana. Tempat yang sowon maksud adalah ruang musik. Terlihat, eunha sedang memainkan beberapa tuts tuts piano di ruang musik.
Sowon masuk, lalu menutup pintu itu asal. Sowon meletakkan tas mereka di bawah begitu saja, lalu dengan segera menghampiri eunha.
Ting.... Ting....
"eunha-ya"panggil sowon. Eunha tidak menoleh sedikitpun. Sowon pun mendekati eunha.
Tangan eunha bergetar hanya untuk menekan satu tuts piano. Sowon menatap eunha sendu. Sambil terisak, eunha terus berusaha memainkan piano itu.
"eunha-ya...."panggil sowon sekali lagi dengan sendu.
Eunha langsung menangis dengan hebat. Tubuhnya bergetar. Matanya terus mengeluarkan air mata tanpa henti. Eunha menangis, lalu memeluk sowon erat. Sowon langsung mengelus pundak eunha, menenangkan eunha.
"gwenchana.... Aku disini"
"Appa...."setelah mengatakan itu, eunha kembali menangis dengan kencang. Sowon melepaskan pelukan mereka. Lalu menatap eunha lekat.
"katakan padaku..."ucap sowon lirih.
"aku ingin menemui appa. Aku kangen padanya.... Aku ingin sekali melihat appa. Aku ingin bertemu dengannya. Aku ingin mengucapkan selamat ulang tahun padanya"mengatakan hal itu, sambil menangis. Tubuh eunha bergetar kuat, dia masih terus menangis dengan kencang.
"aku hanya ingin melihat makamnya. Tapi mereka sama sekali tidak ada yang mau untuk mengatakan itu kepadaku. Aku rindu appa. Tapi aku tidak pernah diberi tahu dimana makamnya. Aku ingin mengeluh dan menangis padanya. Aku sangat rindu padanya. Mereka semua hanya menyakitiku, appa sendiri yang menyayangiku. Aku ingin bertemu padanya...."eunha masih saja terus menangis. Isakannya terdengar begitu pilu. Membuat siapapun yang mendengar isak tangisnya, seperti sedang ditusuk tusuk. Rasanya sangat menyakitkan.
Hati eunha benar benar hancur. Dia benar benar tersakiti. Dunianya terasa sangat kelabu.
"mereka jahat padaku, unnie. Aku ingin melihat appa.... Hiks... Hiks..."sowon benar benar tau, bagaimana sakitnya eunha.
Appa nya sudah meninggal dunia. Tapi, satu keluarganya sekalipun, tidak ada yang pernah memberi tahu dimana makam sang appa tercinta.
Sowon teringat akan ucapan eunha waktu itu.
"biasanya, jika aku sedang sedih, appa akan selalu menyuruhku memainkan piano"
"mengapa?"tanya sowon.
"kata appa, supaya kesedihanku dibawa pergi oleh lantunan nada dari piano tersebut"
"mainkan piano itu, supaya lantunan nadanya dapat membawa seluruh kesedihanmu"ucap sowon. Eunha mengangguk. Eunha kembali pada posisinya.
Ting... Ting.... Ting...
"Hiks...hiks..."eunha malah semakin menangis dengan hebat. Dia menelusupkan kepalanya pada tuts tuts piano itu, sambil menangis kencang.
Eunha sangat rindu dengan appa. Satu satunya orang yang menganggapnya ada di dunia ini. Satu satunya orang yang sayang padanya. Yang selalu ada untuknya. Disaat appa nya meninggal, dunia eunha terasa hancur. Warna warni yang selalu menghiasi kehidupannya kini pudar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Babu Privat (EunKook)
FanfictionEunha. Dia mendapat kesempatan untuk masuk kedalam sekolah impiannya. School Idol. Kehidupannya di sekolah biasa biasa saja. Tidak seasik yang ia bayangkan. Tapi, semenjak kejadian itu. Hari harinya di sekolah terasa menyenangkan! Dia memiliki seo...