13

4.1K 183 7
                                    

"Sam... Maksud kamu ini apa? Jelasin ke aku!" Aku menangis menatap Sam sembari menyodorkan sobekan kertas koran yang berisi berita terbaru minggu ini, aku baru mengetahuinya setelah ibu mendapatkan nya dari tetangga, dengan bahagia ibu bercerita kepadaku tanpa tau bagaimana perasaan ku.

"Kamu kan bisa baca"

"Jadi bener... Kamu pacaran sama Wizly?"

Sam hanya diam, menatapku pun tidak.

"Jawab aku Sam !Jawab....! Kamu punya mulut kan?" Aku memukuli tubuh Sam berharap pria itu akan segera menjawab pertanyaan ku.

"IYA AKU PACARAN SAMA WIZLY... PUAS?"

"tega kamu ya..... Dia kakak aku Sam.... Kamu jahat... Sumpah.. Kamu jahat" Aku menatap Sam pilu.

"Selama ini Kamu itu cuma jalan agar aku bisa kenal Wizly lebih dekat, gak lebih Zil... "

"Sam.... Kamu bohong kan?" Tanya ku lagi sembari menatap matanya berusaha untuk mencari kebohongan, namun Sam masih sama, tak menatapku dan tak menjawab pertanyaan ku.

"Sammm.... Kalau emang kamu jujur, coba Bilang... Kamu gak cinta aku, supaya aku percaya, dan mudah lupain kamu"

Seketika Sam menatap ku kaget, aku yakin ini hanya ulah iseng Sam, kebetulan dua hari lagi aku akan berulang tahun, namun ada satu jawaban yang akhirnya menyadarkan ku akan semua ini.

"Aku gak cinta kamu, dan selama ini aku gak pernah cinta sama kamu Zil, aku cinta ke Wizly," Ucap Sam begitu lembut, namun mampu mematahkan dan meremukkan perasaanku.

Dia Sam, tepatnya Samudera Ananta Rizky, kekasih ku, cinta pertama sekaligus mantan pertama ku, sudah layak kah dia ku sebut mantan? Mungkin sudah. Bagiku hubungan ini sudah berakhir, walau di antara kami tidak pernah terucap kata putus, namun buat apa aku berhalusinasi bahwa hubungan ini tetap berlanjut, sedangkan dia? dia tidak cinta lagi atau bahkan tidak pernah mencintai ku.

padahal awalnya Hubungan kami berjalan baik, hingga tiba pada hari ini, dia mengatakan bahwa dia sebenarnya tidak pernah mencintaiku, dan ternyata selama ini aku hanya dijadikan alat agar dia bisa mengenal kakak ku atau lebih tepatnya kembaran ku. Aku sadar diri aku tak secantik Wizly, dan hari ini aku menyadari bahwa cantik bisa mengalahkan cinta yang ada di depan mata. Hati ku hancur setiap kali membaca berita mengenai hubungan Sam dan Wizly, maklumlah Sam anak seorang pengusaha terkenal dan kakak ku adalah seorang model, jadi kabar kedekatannya selalu mencuri hati para media, walau saat ini kakak ku belum terlalu terkenal, namun aku yakin, kedekatannya dengan Sam, mantan pacar ku bisa menaikkan popularitasnya. Dan aku? Aku hanya bisa menangis dan menjadi penonton kisah cinta mereka.

"Zil... Bangun..... Izly..... Kamu kenapa?"
Aku segera membuka mataku ketika seseorang membangunkanku.

"Kamu kenapa nangis?" Tanyanya.

Aku termenung sejenak, bukannya kami sudah putus? Itulah pertanyaan yang muncul di benak ku, aku menatap Sam dalam diam, untuk memastikan itu benar dirinya atau hanya halusinasi sesaat.

"Kamu kenapa?" Tanyanya lagi.

"Heh... Kok kamu gak pake baju?" Kaget ku.

"Ya kan kadang aku kalau tidur cuma pake kaos oblong sama boxer si Zil... Masa lupa?  Emang sih biasanya pakai piama, tapi aku lagi males ganti, udalah pakai ini aja"

"Ehhh... Terus... Ngapain kamu ada di kamar ku? Ayahhhhh!” teriak ku.

"Keluar gak..... " Aku memukuli Sam menggunakan guling supaya lelaki brengsek itu keluar dari kamarku.

"Berhenti Zil... "

"Keluar.... Cepetan, atau aku panggilin orang sekampung supaya kamu digebukin, dikeroyok atau mungkin di bakar hidup-hidup" Rancau ukur sembari terus memukulinya menggunakan guling. Hingga tiba-tiba saja Sam menarik paksa guling yang ada di tangan ku kemudian melemparnya asal.

“kamu kenapa sih Zil?” tanya nya sedikit lantang kemudian mencekal tangan ku ketika aku hendak beranjak dari posisi ku.

“lepasin tangan aku gak? Seharusnya aku yang tanya kamu kenapa? Pokoknya aku-“

"Berhenti ngomel atau aku cium kamu"

Seketika aku berhenti mendengar ancamannya.

"Udah kan marahnya?"

"Kamu kenapa?" Tanya Sam.

"Bukannya kita udah putus, ngapain kamu kesini lagi?" Tanyaku.

"Hah? Kita udah nikah lo... Ih kok kamu ngelantur gini sih? nih buktinya" Sam menunjukkan cincin yang ada di jarinya.

"Aku gak mudeng" Ucapku.

Sam kemudian menangkup wajahku dan diarahkan nya ke sebuah foto berukuran cukup besar yang ada di dinding kamarku, yaitu foto ku menggunakan gaun pengantin dan Sam menggunakan tuxedo yang berwarna senada dengan gaun ku.

"KENAPA BISA?" Teriakku kaget

Bagaimana bisa baru saja aku putus, sekarang tiba-tiba aku sudah menikah, ini aneh. Apa mungkin ini hanya mimpi. Tapi mengapa semua ini terasa nyata.

"Kamu kenapa sih? Udalah... Ayo tidur lagi"

Sam mengajak ku untuk tidur lagi sembari memelukku.

"Ihhh... Apaan sih. Jangan peluk - peluk" Aku berusaha melepaskan pelukan Sam, namun tak bisa.

"Masih untung ku peluk, atau mau ku tendang dari lantai dua? Tidur Zil, aku ngantuk!" Ucapnya.

Aku hanya memejamkan mataku, kurasakan ia membelai lembut rambutku. Jujur aku merasa sangat tenang sekarang.

"Aku gak tau kamu mimpi apa Zil, semoga aja kamu baik-baik aja ya" Ucap Sam lirih sebelum aku benar-benar tertidur.

Mentari menyapa dari ufuk timur, kicauan burung bernyanyi menyambut pagi. Dan hanya aku yang masih bergelung dengan selimut tebal nan nyaman, bantal serta guling yang empuk. Lagi pula pagi akan tetap hadir sebagaimana mestinya tanpa aku harus bangun dari tidur ku.

"Emmm.... Hoamm" Aku menggeliat kan tubuh ku yang rasanya sangat kaku, namun entah mengapa aku merasa tidur ku kali ini lebih nyaman dari biasanya. Sebenarnya aku sangat malas bangun, hanya saja pekerjaan menuntut ku agar meninggalkan posisi nyaman ini.

"udah bangun... Hmm?"

Aku menatap Sam yang saat ini tengah duduk dan bersandar diatas ranjang dengan kacamata minusnya. Ku lirik ternyata dia sedang bekerja. Suami idaman bukan? Pekerja keras.

"Kamu liatnya gimana?" Ucapku kesal.
Aku adalah tipikal orang yang paling malas diajak berbicara setelah bangun, dan sekarang rasanya aku sangat ingin mencakar Sam, mencabik-cabik dagingnya lalu kuberikan pada bayi dinosaurus.

"Kamu inget aku Zil?" Tanyanya lagi.

"Ingatlah.... Kamu Sam, " Ucapku malas sembari duduk dan bersandar di pundak Sam.

"Aku siapa mu?" Tanyanya lagi sembari menatap ku aneh.

"Ih... Suami ku lah, jadi siapa lagi? Kamu kenapa sih liat akunya kaya gitu banget"

"Syukurlah.... Kamu udah sehat?"

Aku segera menegak kan duduk ku lalu menatap nya kesal. Bukannya dia yang sakit? Lantas kenapa jadi aku yang sehat?

"Seharusnya aku yang tanya ke kamu, kamu udah sehat? Kok aneh sih.... Kan kamu yang semalam muntah-muntah" Ucapku.

"Hehehehe.... Emm...... Dalam rangka apa kamu tadi nyender di pundak ku?" Tanya Sam.

"Apa? Aku gak nyen... Ih... Apaan sih?... Udalah aku mau mandi dulu mau berangkat kerja" Aku segera menuju ke kamar mandi.

"Guru kok berangkat jam sepuluh pagi?"

"Hah?" Aku segera melihat jam yang ada dikamar kami, ternyata benar ini sudah jam sepuluh lewat lima belas menit. Aku mengerjakan mataku barang kali mataku yang salah melihat setelah beberapa kali ku lihat, tetap saja jam dinding menunjukkan pukul sepuluh lebih. Aku segera berlari ke kamar mandi, ku basuh wajah ku kemudian aku berlari lagi melihat jam dinding, dan sialnya masih menunjukkan pukul sepuluh lebih. Ku tatap Sam kesal, sedangkan pria itu hanya tersenyum miris melihat ku.

“Jam nya masih sama” ucap ku sedih.

“Sini aku puter jadi jam enam pagi” jawabnya asal.

"Gak ngaruh! Sam! Kenapa kamu gak bangunin aku sih"

"Udah, aku udah bangunin kamunya, eh bangun - bangun malah pikun" Ucapnya.

"Apaan sih... Bilang aja enggak, sebel aku sama kamu" Aku segera masuk kamar mandi dan menutup pintunya dengan kencang. Rasanya aku ingin sekali mengutuk Sam, mau ku kutuk yang jelek - jelek, tapi dia suami ku. Ah entahlah. Tetapi sejak kapan aku menganggapnya suami? Ah sudahlah lebih baik aku mandi saja. Mengurusi Sam tidak akan siap dalam satu hari, bahkan sampai bayi dinosaurus menjadi remaja pun tak akan selesai-selesai masalahnya.

Saat ini aku sedang menonton televisi berdua bersama Sam. Tidak, lebih tepatnya mendapat interogasi dari Sam, sedari tadi dia menanyakan ini dan itu, sampai-sampai ia bertanya apakah aku mengenal bik Marni. Dasar bodoh, tentu saja aku mengenalnya, hampir setiap hari juga aku bersamanya.

"Zil... Kamu tau itu foto apa?" Sam menunjuk foto pernikahan kami.

"Taulah, Foto nikah" Jawab ku sembari mengganti siaran televisi.

"Kapan kita fotonya?"

"Setelah lima hari nikah, gara-gara aku pingsan waktu nikah.... Udah kan ya Sam? Aku pusing tau gak, kamu dari tadi nanya nya yang aneh-aneh mulu..."

Jadi setelah lima hari menikah, mertuaku datang ke rumah dan memaksa ku agar pergi ke studio foto, katanya aku harus berfoto bersama Sam, agar pernikahan kami terasa nyata, padahal ada atau tidaknya foto bukanlah penentu rasa pernikahan. Lebih tepatnya, perasaan hati lah yang menentukan segalanya.


***

Pengantin Pengganti (Telah Tersedia Di PlayStore)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang