24

3.9K 201 9
                                    

"Minum dulu non.... " Bik Marni memberiku segelas teh hangat.

"Makasih bik"

"Bik.... Sam salah paham bik.... Aku gak selingkuh" Tak terasa air mataku jatuh kembali. Mengingat tatapan kecewa Sam padaku membuat ku sangat terluka. Maafkan aku Sam. Benar kata orang, ketika salah satu di antara kita sudah merasakan kecewa, maka akan ada yang menyadari bahwa selama ini sudah jatuh dan mencintai terlalu dalam.

"Iya non... Bibik percaya, non yang sabar.... Maklum tuan Sam itu cinta sama non, makannya marah waktu ada yang kirim foto itu...."

"Tapi kalau cinta gak mungkin bik dia suruh aku selingkuh dan ninggalin aku kaya tadi".

" Kalau tuan Sam gak cinta mungkin non udah dibiarin ilang kemaren, tau non waktu tuan Sam dapat kabar non ilang gimana?"

Aku hanya menggeleng, dan bik Marni malah tersenyum padaku.

"Tuan batalin semua rapatnya, dia sempet ke rumah sebelum pergi nyusul non, nanyain den Rama, kalau gak salah den Rama nya lagi nganterin nyonya pulang, eh malah si Dimas yang kena amuk, waktu Rama udah balik, tuan ngamuk lagi sama den Rama gara-gara den Rama minta tuan ganti baju....tuan itu khawatir banget waktu non ilang, non jangan ilang lagi kasihan tuan non"

"Aku juga gak pengen nyasar bik, lagian sekarang malah Sam nya yang ilang bik, padahal kemarin kami baik-baik aja" Aku tersenyum miris seolah menerawang kenangan kami sebelum aku pergi, pada saat itu aku merasa bahwa akulah wanita terbahagia di dunia ini.

"Ya namanya juga kehidupan rumah tangga non, mana ada yang mulus kaya jalan tol.... Itu berarti PR buat non, gimana caranya non berjuang buat dapetin maafnya tuan"

"Makasih bik... " Aku tersenyum pada bik Marni, ya sedikit banyak nya hatiku lumayan tenang walau ucapan terakhir Sam masih terngiang di kepalaku.

"Emm... Oia bik... Maaf ya... Gara-gara aku Dimas jadi kena marah Sam" Ucap ku tidak enak, bagaimanapun juga Dimas adalah anak bik Marni yang saat ini sudah bekerja di rumah.

"Gak papa non, namanya juga kerja... Itu juga Dimas nya yang salah..... Tuan nanya den Rama ada di mana, eh si Dimas nya malah balik nanya beneran non Izly ilang apa enggak, kan ngeselin ya non? Lagi pula bibik sempet marahi si Dimas juga kok"

Aku tersenyum kecut, ternyata keputusan ku untuk ikut pergi kemarin adalah suatu hal yang salah. Dan aku sangat menyesalinya. Andai waktu bisa diulang, aku pasti akan memilih diam di rumah, atau mungkin berlibur ke rumah Ayah dan Ibu. Sekali lagi ku katakan, apa gunanya berandai jika penyesalan sudah di rasa. Tidak ada artinya.

"Oia bibik tau dari mana Sam batalin semua rapatnya, emang Sam ada cerita ke bibik?"

"Heheheh... Maaf non... Bibik diceritai pak ujang kemaren" Bik Marni menggaruk tengkuknya sepertinya ia malu ketahuan suka menggosipi Sam.

"Jangan bilang ke tuan ya non" Bisik bik Marni.

Aku hanya mengangguk, walaupun sebenarnya aku tidak tahu harus menjawab apa. Jangankan mengadukan Bik Marni dan pak Ujang yang gemar menggosip, tingkat aku meminta maaf saja Sam seolah tak ingin mendengar ku lagi.

"Dimana ya, kayanya aku simpen di buku catatan deh" Aku membongkar isi tas yang ku bawa kemping kemarin, berusaha mencari foto misterius itu, foto dimana tepat di belakang ku seperti ada seseorang yang mengawasi diam-diam. Aku memerlukan bukti itu supaya Sam percaya mungkin saja ada seseorang yang sengaja menjebak ku dan sangat menginginkan kekacauan ini terjadi. Namun anehnya, foto itu menghilang. Padahal aku sudah menyimpannya sebelum aku pergi melihat lokasi.

Dengan cepat aku menuruni anak tangga, mencoba menelusuri tempat-tempat yang ku lewati ketika baru tiba di Rumah, barangkali foto itu terjatuh.

BRUGG

"Awww" Ringis ku ketika aku tak sengaja menabrak seseorang, saat ku lihat, aku sedikit terkejut mengetahui bahwa aku baru saja menabrak Rama.

"Eh.. Ibu gak papa? Maaf saya tadi buru-buru"

"Aku yang gak lihat kamu, maaf ya, oia Ma, kamu ada lihat gak foto polaroid yang jatuh di mobil?"

"Foto? Biasanya yang bersihin mobil pak Ujang Bu, tapi kalau ada benda-benda yang tertinggal pasti pak Ujang sampaikan sama saya, cuma pagi ini gak ada apa-apa"

Aku mengesahkan lemas, sebab hanya itu bukti satu - satunya jika kemarin aku dijebak.

"Ada masalah bu?"

"Ada, kamu tau Ma, aku ngerasa kalau selama kemping kemarin aku diawasi sama seseorang, tapi aku gak tau siapa"

"Nia?"

"Bukan, perawakannya beda"

"Mungkin itu firasat ibu saja, oia Bu, ini buat ibu"

Aku mengernyit bingung ketika Rama tiba-tiba saja memberikan sebuah bucket bunga mawar merah kepadaku.

"I-ini dari bapak" Ucapnya gugup.

Aku segera menerimanya setelah mengetahui bahwa bunga ini berasal dari Sam.

"Sebenarnya bunga ini dipesan untuk hari ini, saya yang harus mengantarnya ke tempat ibu berlibur, tapi karena ibu sudah pulang, bapak berniat membuangnya, jadi saya antar saja ke rumah"

Seketika senyuman ku memudar mendengar penjelasan Rama, kenapa pria ini harus sejujur itu. Lebih baik dia berbohong saja supaya aku bahagia.

"Makasih" Ucapku datar.

"Saya permisi dulu Bu".

" Hmm,"

Ku lihat Rama berjalan meninggalkan ku, namun kemudian dia berhenti dan berbalik lagi. Aku bingung dengan apa yang dia lakukan, mungkin saja ada yang dia lupa.

"I-ini coklat" Dia menyerahkan sebuah coklat padaku.

"Emang coklat kan?"

"Untuk ibu"

"Kalau emang niat Sam mau buang coklat itu, bagus kamu buang aja Ma, aku males sakit ha-"

"Ini dari Saya," Ucapnya kemudian meletakkan coklat itu secara paksa ke tanganku.

"Ma, Rama!" Panggil ku, namun pria itu tampaknya seolah tak mendengar ku, dan malah berlari begitu saja. Sangat Aneh.

Kulihat ada sebuah note yang tertempel di coklat itu. Dengan seksama aku membaca tulisan di dalamnya.

"Semangat untuk mendapatkan maaf bapak!"

Seulas senyum terukir begitu saja setelah membaca pesan dari Rama, apa pria itu mencoba menyemangati ku? Mungkin dia merasa iba melihat kondisi ku pagi ini, entahlah. Tetapi aku cukup berterima kasih padanya karena sudah mencoba peduli padaku.

Malam ini aku sengaja menunggu Sam pulang, berharap dia mau mendengarku barang semenit saja, dan mencoba percaya dengan ucapan ku, hanya itu harapan ku.

"Sam, kita perlu ngomong" Ucap ku dan dia hanya berjalan menyimpan laptop yang baru saja ia gunakan.

"Aku tau aku salah Sam, aku sadar aku udah kecewain kamu, aku minta maaf"

Lagi-lagi aku seperti berbicara dengan tembok, pria itu malah sibuk memilih piama, kemudian masuk ke dalam kamar mandi diiringi dengan suara pintu kamar mandi yang sangat nyaring. Perlahan aku mendekati pintu itu, lantas ku usap secara perlahan seolah mampu menyalurkan rasa sakit dan kecewa yang ku rasa.

"Aku tau sebenarnya kamu dengar apa yang aku ucap Sam, tapi kamu seolah-olah gak dengar, mungkin itu cara kamu marah" Ucapku sembari menahan isak tangis ku, rasanya ini sangat sakit, kami berada di atap yang sama namun dunia kami seolah berpisah.

"Aku minta maaf Sam, Aku nyesel kalau aku tau semuanya bakalan serunyam ini aku gak akan pergi, maafin aku Sam"

"Kamu benar Sam, selama ini aku cuma pura-pura benci sama kamu, aku berlagak seolah aku gak bahagia, dan tentunya aku selalu bohong sama perasaan aku sendiri, aku sadar setelah kamu marah dan kecewa, kalau aku masih cinta sama kamu, please dengerin dan lihat perasaan aku" Tangis ku semakin menjadi ketika tak ada sahutan sedikitpun dari Sam.

"Aku harus apa Sam, supaya kamu mau bicara sama aku lagi? Hah.. Aku bahkan kecewa tapi gak tau kecewa sama siapa? Kemarin kita masih ketawa bareng, aku masih marah ke kamu, kamu masih goda aku, gak sampai satu malam kita jauh Sam, kita seolah gak ada untuk satu sama lain, Jangan siksa aku kaya gini Sam, aku minta maaf!" Ucap ku kemudian aku beranjak dari tempat itu. Rasanya aku tidak tahu lagi harus apa, supaya Sam mau berbicara lagi dengan ku.

Aku memandangi langit malam yang begitu tampak cerah malam ini, langit gelap dengan berjuta bintang yang bertabur membentuk berbagai macam rasi. Andai saja Sam tidak marah kepadaku, mungkin aku akan melihat pemandangan sebagus ini dengannya, aku ingat sekali kenangan kami saat di rumah Ayah.

Flashback on

"Sam kamu tau gak si rasi bintang?” tanya ku sembari menyandarkan kepala ku di pundaknya. Menatap hamparan bintang di langit malam.

"Taulah"

"Tunjukin dong"

" Ada Leo, Aquarius, Sagitarius, Pisces,"

"Tunjukin bukan sebutin!" Ucap ku kesal. Padahal aku ingin dia menunjukkan rasi bintang yang ada di langit supaya terlihat seromantis kisah yang pernah ku baca.

"Kalau itu aku gak paham"

Aku menekuk wajah ku kesal mendengar jawabannya.

"Aku taunya cuma satu, kamu bintang di hidup aku, cuma kamu yang selalu bersinar di sini" Dia menepuk dadanya seolah memberitahu ku bahwa aku akan selalu bersinar di hatinya.

"Gak usah lebay kamu deh, bucin banget" Kesal ku.

"Hahahhahaha.... Bucin ke istri sendiri gak dosa"

"Tapi aku yang pingin muntah denger cuapan kamu"

Dan kami lantas tertawa bersama, walau malam ini kegiatan kami hanya saling membully satu sama lain, namun aku sangat bahagia, setidaknya hubungan ku dengan Sam sedikit ada kemajuan.

Flashback off

Aku tersenyum miris dan perlahan menghapus air mataku, mengingat semuanya. Aku merindukan momen dimana aku selalu merasa kesal dengan tingkah Sam yang menyebalkan, aku ingin mendengar ucapan Sam yang menjengkelkan atau bahkan menggelikan, aku ingin Sam ku kembali Tuhan, itu saja.

Maaf buat ketiadaan kabar selama ini... 😂 jangan lupa untuk kasih bintang-bintangnya.... Komen juga boleh, sekali lagi maafkan author 😔

Pengantin Pengganti (Telah Tersedia Di PlayStore)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang