31

3.1K 162 9
                                    

"Kak.... Mau kemana? " Deza menatapku bingung ketika melihatku sudah rapi.

"Ketemu temen" Jawab ku.

"Ooo.... Mau gue anterin?"

"Naik apa lo? Ih gaya, ngijek rem mobil aja gak pernah"

"Dih....... Yang udah jadi Sultanah gak inget punya motor, kan ada motor suami lo"

"Ah... Males gue, panassss..... Nanti anak gue item lagi kaya elo"

"Bully aja bully! Biar seneng,"

"Hahahha.... Baik banget sih..... Btw Udah dulu ya, gue pergi dulu, jaga rumah awas kalau kuman masuk"

"Astaghfirullah kak.... Mana gue tau kuman masuk apa enggak, ketemuan aja belum"

"Hahaha.... Oia lupa kan depan gue udah ada"

"Maksud lo gue kuman?"

"Elo ya yang bilang sendiri"

"kuman seganteng gue? Bisa-bisa semua orang pengen sakit"

"Pengen muntah gue"

"Hahahaha... Gue kan kuman yang menyerang hati, sehingga inang yang gue hinggapi jadi jatuh hati"

"Sakit hati iya, udahlah jangan ngehalu, masih pagi! Banyak belajar lo, supaya gak malu-maluin gue, emang lo mau lulus SMA usia tiga puluh tahun? Siswa idaman banget ya...hahahha" Aku segera meninggalkannya yang pastinya sebentar lagi akan berteriak tidak jelas.

"KAK IZLY......!!!" Benar kan?

Pagi tadi, entah mengapa Nia mengajak ku bertemu di kafe yang sering kami kunjungi ketika ada acara bersama dengan guru-guru lain, awalnya aku sedikit ragu untuk bertemu dengannya, untung saja ada Mia yang mau menemani ku, sehingga di sini lah aku sekarang. Sebenarnya aku juga kaget, ternyata Sam tidak menghakimi Nia, bukankah itu berita baik?

"Zil, Sam tau lo mau ketemu Nia?" Tanya Mia.

"Enggak" Jawabku sembari aku terus meminum jus buah yang ku pesan tadi.

"Ih.... Entar ngamuk lagi gimana, gue kan serem... Elo kok betah si nikah sama dia? Galak gitu"

"Hahahaha.....gak tau juga gue"

"Udah kemaren itu gue panikin elo, eh dia dateng malah marah-marah ke gue, emang sih salah gue juga, tapi kan gue tetep aja jadi sedih"

"Maaf ya Mi"

"Gak papa. Gue cuma curhat doang kok... Hehehe"

"Emm.. Mi kok Sam bisa tau sih gue nyasar, pasti elo ya yang telpon Sam?"

"Gak telpon, gue nge-DM suami lo, lama banget dibacanya, asli.... Giliran udah dibaca eh malah gak dibales, tapi langsung nongol marah-marah gitu, di satu sisi gue bersyukur sih elo bisa nikah sama dia, perhatian banget gak sih dia? Gue tebak pasti iya kan?"

"Ya gitu sih Mi, di satu sisi dia perhatian, di sisi lain dia nyebelin banget-nget nget deh,"

"Hahahaha.... Sabar-sabar, emang ya bawaan bumil mah sensi mulu, hi calon menantu"

"Ngina.... Awas ya besok kalau lo hamil terus bawaan lo pengen marah, bakalan gue hina balik lo"

"Dih... Nikah aja belom "

"Makanya buruan nikah"

"Cowok yang gue suka udah sama orang lain" Ku lihat wajah Mia yang tadinya cerah mendadak murung.

"Seriusan?" Tanyaku, sebab aku juga kaget mendengar pernyataannya. Padahal selama ini dia tampak baik-baik saja.

"Buat apa gue bohong Zil? Gue sakit hati banget"

"Tenang Mi, sebelum janur kuning melengkung"

"Masalahnya janur kuningnya udah sampe kering Zil, mereka udah nikah" Ucap Mia memotong ucapanku.

"Parahnya Dia nikah sama orang yang udah gue anggep adek sendiri, tau kan Zil, gimana rasanya?" Tambahnya.

Aku hanya menatap Mia sendu, terlihat sekali Mia ingin menangis, namun ia tetap menahannya. Aku tahu betul bagaimana perasaannya, ditinggalkan oleh orang yang kita cintai, demi orang lain yang juga kita sayangi.

"Duh... Kan gue jadi ke bawa emosi, maaf ya Zil, ih! Air mata ya... Dibilang jangan keluar juga" Mia tersenyum padaku sembari menghapus air matanya, yang tetap menetes.

Tak lama ada suara yang begitu familiar di indra pendengaran ku "Maaf gue telat" Dan benar itu suara Nia, karena Ku lihat Nia datang dan langsung duduk di hadapanku.

"Pesen dulu aja Ni" Ucapku.

"Gak usah, gue buru-buru" Ucapnya.

"Em... Ni... Soal kemaren... Maafin Sam ya"
Bagaimana pun juga aku merasa bahwa Nia mengajak ku bertemu karena ingin membahas masalah kemarin dan tentunya setelah ini dia akan semakin membenciku.

"Lupain aja, gue yang mau minta maaf sama elo Zil, gue tau selama ini gue salah.... Gue dibutakan rasa iri hati ke elo, elo cantik, elo baik, elo ramah dan sialnya semua orang suka sama lo....makannya gue seneng banget waktu tau ternyata elo yang nikah sama pengusaha itu bukan kakak lo"

Aku kaget mendengar penuturan Nia, aku kira dia mengajak ku bertemu karena ingin marah atau memaki-maki ku, ternyata aku salah. Ada apa dengannya? Apa ia baru saja terbentur tembok? Ah Izly jangan negatif dulu! Lebih baik mari kita dengarkan kelanjutannya.

"apa cuma karena itu elo benci banget sama gue Ni?"

"Hah..... Klise si, awalnya gue biasa aja sama elo Zil, mau orang satu kampung suka ataupun deket sama lo, gue juga gak peduli, tapi setelah orang yang gue suka dari lama, lebih suka ke elo... Gue jadi sebel aja sama lo" Terangnya.

Setelah mendengar penjelasan nya, aku berpikir sejenak, kenapa semua orang di sekitar ku bisa memiliki masalah yang sama, entah itu Nia atau Mia, kenapa kesannya mereka semua terluka karena ditinggalkan oleh orang yang mereka sayang, apa ini memang sebuah kebetulan? dan parahnya Nia membenciku karena orang yang dia sukai lebih menyukai ku, siapa dia? Sam? Sepertinya tidak mungkin? Bukankah di awal dia berkata bahwa dia senang melihat ku menikah dengan Sam?

"Loh! Izly, Mia, Nia.... Lagi pada kumpul nih? Lo apa kabar Zil?" Aku terkejut ketika Ramza tiba-tiba saja datang.

"Baik..... Lo kok ada di sini Ram?" Tanyaku.

"Emang gak boleh Zil? Kebetulan aku baru pulang dari rumah temen, terus mama nitip menu sini gitu.... Kalian ada acara apa sih? Tumbenan banget kumpul bareng?" Kulihat Ramza menatap Nia aneh, mungkin dia masih sama kesalnya seperti Mia saat ini, padahal Nia kan sudah meminta maaf. Ah ralat, bukannya Ramza belum tahu kalau Nia sudah meminta maaf.

"Gak ada apa-apa, cuma ngobrol doang," Jawabku.

Ramza mengangguk kemudian tersenyum ke arah ku.

"Lo mau gabung Ram?" Tawar Mia.

"Lain kali aja ya, Soalnya udah ditunggu, duluan ya Ni" Ramza menepuk pundak nia dua kali.

"Iya ram...." Jawab Nia.

"Eh... Gue ke toilet dulu ya " Ucap Mia mendadak.

"Kebiasaan, Jangan lama ya!" Ucapku.

"Iya-iya... Bentar doang kok" Mia langsung saja pergi meninggalkan kami, dan ku lihat Nia menghembuskan nafas kasar.

"Gue sebenarnya mau jujur Zil"

"Apa?"

"Sebenarnya gue itu cuma disuruh, selebihnya bukan gue... Gue cuma dimanfaatin Zil, karena emang dari awal gue udah gak suka sama elo... " Nia langsung mengambil tisu dan menghapus air matanya, sedangkan aku, aku hanya terdiam, aku juga tak tahu harus apa dan bagaimana.

"Gue nyesel banget, ibarat kata gue udah gak bisa maju ataupun mundur... Gue bener-bener nyesel Zil... "

"Emm...apa Elo butuh bukti? Gue bisa kok buktiin  kalau gue cuma disuruh Zil, lo tunggu besok ya... Gue bakalan kasih semua bukti yang gue punya" Ucapnya lagi.

"Lagi ngomongin apaan sih, serius amat? Gosipin gue ya?" Aku begitu terkejut ketika Mia langsung duduk di tempat duduknya tadi, ya di sebelahku.

"Cepet banget?"

"Kan elo yang minta gue cepet - cepet".

"Oia lupa... Hehehe"

" Em... Zil, Mi, gue pamit dulu ya, soalnya gue masih ada urusan, intinya gue minta maaf ya sama lo semua"

Aku mengernyit aneh mendengar perkataan Nia, jika bukan dia yang bersalah kenapa harus minta maaf? Tetapi bukan itu yang membuat ku merasa janggal, melainkan aku melihat ada sorot ketakutan di matanya, walau itu tidak begitu ketara.

"Zil, gue bolehkan peluk elo? Anggep aja sebagai tanda perdamaian kita" Ucap Nia seraya tersenyum. Aku mengangguk kemudian berdiri dan memeluknya.

"Hati-hati sama orang terdekat lo Zil, gue denger lo lagi hamil kan? Jaga diri lo dan kandungan lo, gue berdoa semoga elo dijauhkan dari orang-orang yang jahat, sekali lagi makasih ya, udah kasih kesempatan buat gue minta maaf... " Bisik Nia.

Seketika tubuhku menegang mendengar bisikannya yang menurutku itu terdengar seperti peringatan atau bahkan ancaman, entahlah. Tidak hanya aku, Nia pun memeluk Mia sebelum pergi meninggalkan kami. Tetapi aku tidak tahu apakah Nia membisikan sesuatu atau tidak.

"Gue pamit ya... Jaga diri Zil, Mi!.. Gue duluan" Nia tersenyum kemudian keluar dari kafe.

Aku kembali duduk dengan beribu macam pikiran yang berbelit-belit setelah mendengar ucapan Nia tadi.

"Zil "

"Heh... Elo kenapa sih?"

"Hah.... Eh... Gue-gue gak papa kok" Kaget ku saat Mia menggoyangkan tanganku.

"Elo sakit?" Tanyanya.

"Enggak... Gue sehat, emang kelihatan sakit ya?"

"Kok elo jadi pucet banget sih....? Lo gak diapa-apain kan sama Nia?” tanya Mia sembari menggenggam tanganku, yang sangat terasa dingin.

"Enggak sih... Cuma dia bilang aja, kalau dia cuma disuruh jebak gue, dan bilang gue suruh ati-ati, kira-kira siapa ya Mi dalang dibalik semua ini?" Aku menatap Mia lekat.

Mia tampak berpikir sejenak, "Em... Dia ngomong gitu sama lo?" Tanyanya kemudian. Aku hanya mengangguk menjawab pertanyaan Mia.

"Terus lo percaya?" Dan untuk kesekian kalinya aku mengangguk lagi.

"Kenapa harus percaya sih sama dia, jelas-jelas dia yang udah kasih peta palsu itu ke elo, kalau gue analisa, sebenarnya dia itu lagi cari kambing hitam Zil, supaya elo bisa masuk ke perangkap dia selanjutnya... Lo yang seharusnya waspada ke dia" Jelas Mia.

"Kok elo su'udzon banget si Miaaaa! "

"Elo nya aja yang terlalu husnuzon Zil, jelas-jelas serigala depan mata, eh malah lo liat domba"

"Hahahaha..... Tapi katanya dia mau buktiin kata-kata dia besok, gak tau deh, tapi intinya dia bilang gitu"

"Besok?"

"iya besok"

"Oh... Baguslah kalau gitu, kita liat aja, besok dia bisa gak buktiin ucapannya ke elo.... " Mia tersenyum kepadaku kemudian menyesap minumannya.

Malamnya aku benar-benar tidak bisa tidur memikirkan ucapan Nia, sekaligus penasaran kira-kira apa yang akan ia berikan sebagai bukti.

"Hati-hati sama orang terdekat lo Zil, gue denger lo lagi hamil kan? Jaga diri lo dan kandungan lo, gue berdoa semoga elo dijauhkan dari orang-orang yang jahat, sekali lagi makasih ya, udah kasih kesempatan buat gue minta maaf”

Aku kembali teringat ucapan Nia, kenapa dia harus berbicara seperti itu? Memangnya Ada apa  dengan orang terdekat ku? Semakin aku memikirkannya semakin pula mataku tidak bisa terlelap.

Lagi pula, orang terdekat di sekitar ku juga banyak, ada kedua orang tuaku, sahabatku, teman-teman ku, Sam, Deza atau mungkin Wizly. Mengingat Wizly membuat ku sedikit curiga padanya, Apa iya Wizly tega melakukan hal sejahat itu padaku? Jika iya , apa alasannya? Bukankah kami adalah saudara? Apa karena Sam? Entahlah, ini semua membuat ku pusing.

"Be... Kamu kenapa sih...? Ngidam lagi?" Sam bangun dari tidurnya karena terganggu oleh gerakan ku.

"Enggak "

"Jangan bilang kamu pingin aku maling lagi? Gak mau Zil"

"Lebay banget sih, emang kenapa kalau aku pingin kamu maling lagi?"

"Ya? Tapi... "

"aku pingin kamu curiin pohon mangga pak Danu, sanggup?"

"Ya kali, buahnya aja keringatan sampe segede jagung, kalau pohonnya bisa segede apa?"

"Yaudah, kalau gitu aku mau tidur aja! Ngomong sama kamu buat pusing! "

"kok aku lagi yang salah Be?"

"Ih... Berisik banget si, ba be, ba be... Aku Izly bukan tawon!" Ketus ku kemudian kuputuskan untuk tidur saja.


***

Pengantin Pengganti (Telah Tersedia Di PlayStore)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang