12

3.8K 176 3
                                    

Aku masuk ke dalam kamar sembari membawa semangkuk bubur yang sudah ku panaskan sesaat tiba di rumah. Siang tadi Sam merengek tidak ingin makan nasi, katanya pencernaannya sedang tidak baik, akan lebih baik jika aku membuatkan bubur kacang hijau untuk nya. Baiklah, demi kesembuhannya apa pun akan ku lakukan. Kesehatan Sam adalah pertanda terbebas nya aku dari derita ini.

Kulihat Sam saat ini tengah duduk bersandar di antara bantal-bantal di atas tempat tidur, sembari menonton video di ponselnya. Sesekali dia tertawa, mungkin ada yang lucu, aku yakin dia sedang menonton makhluk kesayangannya, benar! Paus. Tidak tahu dari segi dan sudut mananya paus dikatakan hewan menggemaskan. Terlalu memperhatikan Sam, seketika aku teringat  percakapan ku bersama kakek Anant sore lalu.

Flashback on

"Non ada Pak Anant"

"Hah?!" Hampir saja aku menyembur Bik Marni yang tiba-tiba mengagetkan ku dari belakang.

"Pak Anant non"

"Iya Bik, kakek ada di mana?" Tanya ku sembari meletakkan gelas ke atas meja.

"Di teras non"

"Kenapa gak disuruh masuk Bik?".

"Gak mau, kata bapak, bapak gak bisa mampir lama"

Aku mengangguk kemudian segera menemui kakek Anant yang sekarang sudah menjadi kakek ku juga.

Aku tersenyum canggung menyapa kakek Anant, tak lupa aku bersalaman juga dengannya. Di menit-menit pertama aku sangat canggung dengan beliau, aku selalu merapalkan doa supaya Sam lekas kembali. Namun setelah cukup lama kami mengobrol, ternyata semuanya diluar dugaanku. Awalnya aku mengira, beliau sosok yang garang, tegas dan dingin. Ternyata semua berbanding terbalik. Buktinya saat ini aku malah banyak tertawa mendengar ceritanya tentang Sam. Mengingat Sam membuatku ingin bertanya lebih jauh mengenai cerita Sam siang tadi.

"Oia kek... Izly boleh tanya?" Tanyaku.

"Boleh... Apa nak?"

"Emang bener ya kek, kakek yang kasih motor kakek ke Sam?"

"Motor yang mana?"

"Yang ada di depan tadi".

" Hah.... Motor tua itu?"

Aku mengangguk.

"Hahahha.... Kakek gak bisa naik motor, gimana bisa kakek punya motor"

Aku terperangah mendengar jawaban kek Anant. Lantas itu dari kakek yang mana?

"Seriusan kek, Sam yang cerita... Katanya kakek juga pernah jualan koran sama jadi tukang ojek"

" Ngarang anak itu, gak pernah.... Setau kakek, besan kami juga gak pernah sejarahnya jualan koran atau jadi tukang ojek... Ditipu kamu sama dia"

Aku menatap lurus ke depan, sembari mencerna ucapan kek Anant. Apakah kek Anant yang bohong atau Sam yang berbohong.

"Coba tanya ke mertuamu kalau kurang yakin"

"Gak usah kek...Izly Percaya kok" Ucapku cepat sembari tersenyum.

Padahal sebenarnya aku sangat ingin menendang Sam saat ini. Bagaimana bisa dia membohongi ku. Awas saja ketika pulang nanti.

Flashback off

"Zil kamu ngapain berdiri di situ? Minta aku foto?" Tanya Sam yang membuat lamunanku buyar begitu saja.

"Makasih, lagi gak minat" Jawabku datar dan segera melanjutkan langkah ku.


"Makan dulu" Aku duduk di tepi ranjang.

"Bentar Zil, lagi liat paus, lucu loh, mau lihat gak?"

"Udalah, nanti lagi liat paus nya, makan dulu"

"Kasih alasan yang bagus kenapa aku harus makan"

"supaya kamu bisa hidup, seneng sih kalau aku jadi janda" Kesal ku.

Seketika Sam meletakkan ponselnya asal, dan menatap ku dengan senyum menyebalkan yang terpancar dari wajahnya.

"Cieee... Yang takut ditinggal pergi"

"Iyalah, suami yang bentuknya kaya kamu itu susah dicari, udah kan? Makan dulu!"

"Nanti deh Zil, aku tuh curiga ya"

"Curiga apa lagi?"

"Kenapa  kamu pulangnya lama?" Tanya nya.

"Ya emang lama, ngantri tadi"

"Ngantri kok kaya gini" Sam menyodorkan ponselnya padaku.

Saat ku lihat layarnya menampilkan foto ku saat bertemu Ramza di apotek. Dengan cepat aku menghapus foto itu, lagi pula tidak akan ada manfaatnya jika tetap disimpan.

"Kenapa dihapus?"

"Gak papa"

"Kan bagus sih, apalagi kalau kita pajang di kamar, di samping foto nikah kita"

"Dapat foto itu dari mana?" Tanyaku. Padahal aku sudah yakin, itu Rama yang mengirim.

"Sumber yang sangat terpercaya, jelasin!... Kamu selingkuh kan?"

"Makan bubur mu dulu"

"Izly.... Jangan ngalihin pembicaraan! aku tanya, kamu selingkuh?"

"Kalau iya kenapa terus kalau enggak ya kenapa?"

"Kalau kamu gak selingkuh yaudah aku senang, tapi kalau kamu selingkuh ya aku bakalan paksa kamu supaya putus"

"Kalau aku gak mau gimana?"

"Kenapa gitu?"

"Karena udah terlanjur cinta"

"Emang kamu gak cinta aku Zil? "

"Ya eng-Enggaklah.... " Jawabku entah mengapa aku mendadak jadi gugup begini.

"Bakalan aku paksa lagi supaya kamu cinta aku.... Hahahha"

Aku menatap Sam aneh, sebenarnya dia benar-benar sakit atau hanya berpura-pura.

"Kamu beneran sakit atau enggak sih?"

"Kamu kok gitu ngomongnya, aku beneran sakit tau, ngapain aku bohong sama kamu"

"Ha ..... Ngapain bohong ya? Terus masalah motor warisan sama makan ketoprak kemaren siang itu apa? "

"Zil... Aku lapar.... Suapi dong... Aaaa"

"Jawab dulu, gak usah ngalihin pembicaraan.... "

"Kan bener Zil, aku laper.... Lemes lagi"

"Jawab dulu.... Belum pernah kan liat mangkok terbang?" Ucapku.

"Hehehehe..... Maaf.... "

"Maaf apa?"

"Iya.... Aku bohong, tapi aku bisa jelasin kok.... "

"Oke... Mulai sekarang kamu makan sendiri, aku gak mau lagi nyuapin kamu.... Aku ngantuk mau tidur"

"Yaudah, besok kamu jangan harap bisa diterima lagi di sekolah tempat kamu ngajar...... Aku bakalan kirim surat pengunduran diri atas nama kamu, secepatnya...gampang kan.... ?" Ucap Sam saat aku hendak beranjak pergi.

"Sam.... Apa-apan itu....?"

"Makanya suapi aku dulu, aku lapar... Sekalian kamu dengerin penjelasan ku.. "

Aku kembali duduk dan mengambil mangkuk bubur, dan menyuapi bayi besar itu. Bukannya aku takut, aku hanya mengalah, ingat hanya mengalah.

"Nih... " Aku menyodorkan sesendok bubur padanya.

"Jadi.... Itu motor siapa?" Tanya ku.

"Motor hasil jarahan waktu SMA" Ucap Sam enteng.

"Hah.... Kamu udah kaya, masih malakin motor orang lain... Gak bersyukur banget sih" Omel ku.

Siapa yang tidak naik darah coba mendengarnya, dia punya harta berlimpah, masih juga menjarah milik orang tak punya. Di manakah rasa bersyukur nya?

"Dengerin dulu kalau suami ngomong"

"Jadi dia itu anak beasiswa di sekolah, naik motor butut, terus dibully... Waktu aku tanya kenapa dia gak ganti motor, dia jawab gak punya uang... Yaudah aku ambil aja motor nya, dari pada buat sakit mata kan?" jelasnya.

"Itu yang bully siapa?"

"Akulah, siapa lagi?" Ucapnya sembari menaik turunkan alisnya.


"Kamu yang Bully?"

"Iyalah, masa mami"

"Astagfirullah Sam, kamu udah kaya, suka malak jadi tukang bully lagi..."

"Kan bagus Zil... "

"Bagus dari mananya? Seharusnya jangan kaya gitu Sam...."

"Zil... Denger ya, orang tua ku sibuk cari uang, harta dan kekayaan, jadi kalau gak dipamerin rugi Zil, buat apa di cari...? Realistis ajalah"

"Gila kamu...!"

"Hahahha.. Gila karena mu"

"Enak aja... Kamu mah gila dari sebelum kita ketemu"

"Itu bakat Zil, jarang loh ada yang  kaya aku, dan anehnya banyak juga yang mau sama aku, jadi kamu itu harusnya bersyukur... "

"Mereka mau karena hartamu, paham kan?"

"Nah.. Itu dia, kenapa aku nikahi kamu.... Kamu beda Zil.... " Sam menatapku penuh arti, jujur aku tak sanggup membalas tatapannya, sehingga aku hanya menunduk saat ini. Aku benci tatapan itu, aku benci Sam menatapku seperti itu, jika pada akhirnya dia meninggalkan ku, buat apa?

"Balikin motornya!" Ucapku.

"Itu punya ku Zil"

"Apaan, kamu ngerampas gitu, setidaknya kalau kamu udah terlanjur naksir sama motornya, balikin uang aja juga gak papa"

"Udah aku bayarin motornya setelah dia nangis gak berani pulang, takut dimarah sama orang tuanya"

"Ih... Tega kamu"

"Tapi aku bayar nya banyak lo Zil, besoknya dia bisa ganti motor, terus dia dateng lagi ke aku, bilang katanya uang nya lebih, mau dibalikin... Tapi aku nolak, ya anggap aja itu ongkos buat langisnya dia"

Aku menggelengkan kepalaku tak mampu mencerna ucapan Sam, tidak tahu saraf siapa yang rusak di sini, milik ku atau milik nya?

"Aku gak percaya sama omongan kamu, kamu baik mustahil"

"Yaudah kalau gak percaya, tanya aja ke Rama... Waktu itu Rama kelas satu SMA"

"Heh.... Kalian berdua itu sama-sama gak bisa dipercaya,"

"Hahahha... Itu kamu tau"

Aku hanya mendengus sebal mendengar jawabannya, rasanya percuma aku mendengarkan dan meladeni ceritanya jika itu semua hanya halusinasinya. Sudah ku katakan bukan? Sam baik itu mustahil. Aku pun bingung mengapa dulu aku bisa jatuh cinta padanya.


***

.
.
.
.

Happy Reading semua..... Selamat malam....dan selamat beristirahat.... 😍
Jangan lupa untuk selalu meninggalkan jejak.......

Salam sayang
Dari Izly dan Sam❤

Pengantin Pengganti (Telah Tersedia Di PlayStore)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang