34

2.6K 139 16
                                    

Aku sudah sampai di rumah mami dan juga aku sudah menceritakan semuanya yang terjadi hari ini.

"Ya saran mami sih, seharusnya kamu jangan nyalahin diri kamu sendiri, kenapa juga dia harus kaya gitu kalau emang gak salah"

"Kalau bisa, kamu tenangin diri dulu di sini, inget lo zil, ada anak kamu! Perempuan hamil itu susah, setres dikit aja bisa bahaya, apalagi setres berat, sedih boleh, tapi jangan terlalu. Ada seseorang yang sedang bergantung sama kamu, dia juga punya hak buat lihat dunia" Mami mengusap perutku yang masih rata, aku tersenyum menatap mami, ternyata ada sisi lain mami yang aku baru tahu sekarang, bahwa mami sama halnya dengan ibu lainnya, mampu menjadi pendengar yang baik dan sandaran yang nyaman.

"Kamu tau, pertama kali mami punya anak itu rasanya seneng banget"

"Terus waktu kedua kali gak seneng mi?" Seketika mami menatapku tajam.

"Eh... Maaf mi"

"hahahhaha..... Ya seneng sih, masa gak seneng? Cuma ya gitu Sam itu beda banget sama abangnya, si Bian... Kalau bian itu lebih kalem,nurut lah kalau sam, Ih... Ni ya Zil, waktu dia umur satu tahun, nakal banget, mami sampai gak bisa mandi... Kalau mami tinggal mandi dia nangis, giliran mami gak mandi dia bilang mami bau"

"Tapi mami gak kaget dia kaya gitu, soalnya waktu mami ngandung sam, mami itu ngidamnya aneh"

"ngidam apa mi?"

"Mami selalu mual liat mukanya si papi, terus mami males aja deket sama suami sendiri"

"Mi... Kok aku gak morning sickness ya?"

"Eh... Bagus dong.... Morning sickness itu gak enak sayang, jamin deh, kalaupun belum, yaudah....Mami sumpahin biar si Sam aja yang morning sickness ya... Jangan kamu"

"Hahaha... Emang bisa mi?"

"Bisa-bisa, doa orang tua itu mujarab. Oia kamu istirahat dulu ya.... Hari ini kamu banyak nangis soalnya, pasti capek"

"Lumayan mi"

"Yaudah, masih inget kamar sam kan?"

"Masih kok mi"

"kirain lupa, kamu sih jarang banget main ke mari"

"Maaf mi" Ucap ku tak enak.

"Iya gak papa, udah sana istirahat, kalau gak istirahat mami marah lo"

"siap mi"

Aku segera bergegas menuju kamar sam di rumah mami. Sesampainya disana aku kembali teringat tentang Nia, bayang-bayang tentangnya seperti menghantui ku. Aku benar-benar merasa bersalah.

Aku duduk di atas tempat tidur, rasanya begitu sepi, jika tadi aku masih bisa tertawa dengan mami, maka lain halnya saat ini.

"Gue sebenarnya mau jujur zil"

"Sebenarnya gue itu cuma disuruh, selebihnya bukan gue, gue cuma dimanfaatin zil, karena emang dari awal gue udah gak suka sama elo... "

"Gue nyesel banget, ibarat kata gue udah gak bisa maju ataupun mundur, gue bener-bener nyesel zil... "

"Emm...apa Elo butuh bukti? Gue bisa kok buktiin  kalau gue cuma disuruh zil, lo tunggu besok ya, hue bakalan kasih semua bukti yang gue punya"

"Arghhhh..... " Aku langsung menutup telingaku sembari kembali menangis ketika ucapan Nia kemarin terngiang kembali.

Aku benar-benar menyesal, andai waktu bisa kembali, pasti aku akan memilih untuk percaya ketimbang harus kehilangan Nia, aku sangat kecewa dengan diriku sendiri, karena keegoisan ku semua orang tersakiti.

"HAHHHHHH" Seketika aku terbangun dari tidur ku, Saat kulihat jam di pergelangan tangan ku, ternyata sudah sore. Berarti aku tertidur saat menangis tadi.

Aku mengusap wajahku kasar, terasa ada bekas air mata di pipiku yang masih basah, ternyata ucapan Nia terus terngiang bahkan ketika aku sedang tertidur sekalipun.

Karena sudah sore aku memutuskan untuk mandi, aku segera beranjak dari posisi duduk ku. Namun tiba-tiba saja aku merasakan kram di bagian perutku, rasanya benar-benar sakit.

"Awww" Rintih ku karena ini sangat sakit dan aku mencoba menahannya.

"Astaghfirullah.... Sakit bangettt" Karena sudah tak kuat, aku hanya bisa menangis. Sebenarnya aku benci dengan diriku sendiri yang lemah dan selalu menangis. Aku benci menangis. Tetapi mau bagaimana lagi? perasaanku begitu campur aduk, aku sangat takut terjadi apa-apa dengan kandungan ku.

Karena aku bingung harus apa dan bagaimana, aku hanya bisa berdoa untuk diberikan yang terbaik dan aku juga berusaha agar bisa menenangkan diri ku sendiri. Beberapa menit kemudian, rasa nyeri di perut ku berangsur-angsur menghilang. Jujur aku merasa lega.

"Sehat selalu nak, bunda takut kalau kaya tadi.... Semoga kamu baik-baik aja ya " Aku mengusap perutku.

Setelah rasa sakit nya benar-benar sudah tak terasa, aku memutuskan untuk segera mandi.

Selesai mandi, aku berniat untuk menemui mami, mungkin bercanda dengan mami bisa membuat ku sedikit lupa atau mungkin pura-pura lupa dengan masalah yang sedang ku alami. Saat menuruni anak tangga terdengar sayup-sayup suara Sam di bawah, apa Sam datang?

"Mi.... Balikin gak istri Sam?"

"Hah? Apa kamu bilang? Tidak semudah itu Samudra! "

"Apaan sih mi ? Udah ya mi, Sam yakin pasti mami umpetin Izly di kamar kan? Minggir mi Sam mau lewat!"

"Berani kamu lewatin mami, pilih mau ke neraka Jahanam atau hawiah?"

"Mami! Ih... Ancamannya.... Please mi balikin ya istri Sam!"

"Seenak itu kamu minta balikin, setelah kamu bentak-bentak dia, buat nangis dia? Sam, kamu kira ngelahirin sama besarin anak itu gampang? Kamu enak, dapat udah segelondong gitu, udah bisa jalan, bisa ngomong, bisa masak bahkan bisa ngurusin kamu. Eh malah kamu salah-salahin, apa susahnya sih dengerin dia?"

"Ya maaf mi"

"Maaf-maaf, basi ah... Minta maaf mulu, percuma kalau ngulangin kesalahan yang sama"

"Ya... Namanya-"

"Apa?  Namanya apa? Hilaf iya? Salah minta maaf, giliran ngulangin kesalahan yang sama bilangnya hilaf, duh... Bagus mami suruh aja Izly cari suami baru, bilang aja hilaf"

"Kok mami gitu?"

"Kamunya juga gitu? Sam! Kamu mama izinin nikah, bukan buat bentak-bentak anak orang, tapi buat jaga anak perempuan orang lain. Jaga itu bukan cuma fisiknya aja, tapi hatinya juga"

Perasaanku hangat ketika mendengar nasihat mami pada Sam, aku bersyukur bahwa dari sekian banyak ibu mertua yang ada di muka bumi ini, Allah mengirimkan ibu mertua yang begitu baik padaku, yang bahkan menyayangi ku melebihi sayangnya pada putranya sendiri.

"Sam, Izly di sini cuma punya kita, kalau bukan kita yang jaga dia siapa lagi? Mami gak suka ya kamu jadi suami yang emosian kaya gitu"

"Iya mi, Sam janji bakalan berubah"

"Berubah jadi apa kamu? Robot?"

"Jadi lebih baik lagi mi"

"Hah, yakin itu?"

Karena merasa tidak tega dengan Sam aku segera mempercepat langkahku, bagiku sudah cukup mami memarahi Sam, aku percaya bahwa Sam juga tidak sepenuhnya salah. Wajar lah, mungkin dia juga sedang lelah dengan pekerjaan nya, lantas ditambah lagi dengan masalahku.

"Mi, udah mi.... Jangan marahi Sam lagi, aku udah maafin dia kok" Ucapku, sedangkan mami hanya menatapku aneh.

"Kesenangan nanti dia Zil" Kulihat Sam yang sempat tersenyum kembali menekuk wajahnya setelah mendengar ucapan mami.

"Gak papa mi, Izly gak tega liatnya"

"Tu kan mi, Izly aja bilang gitu"

"Maunya tadi kamu bilang, udah mi  Usir aja Sam! Bila perlu pecat jadi anak, gitu Zil"

"Mami tega banget ngomongnya" Ucap Sam tak terima.

"Hahahha... Nanti Sam sebatang kara mi"

"Biarin aja, biar tau rasa dia! Emang enak hidup sendiri? Tu Sam... Bersyukur punya istri kaya Izly, lain dari dia mungkin kamu udah di tendang"

"Mami tinggal dulu ya, kalau ada apa-apa teriak aja, oke?" Ucap mami padaku dan setelah nya mami Meninggalkan ku berdua dengan Sam.

Sam tersenyum padaku kemudian kulihat dia berjalan mendekati ku dan langsung memelukku.

"Maafin aku ya, aku memang gak bisa jadi suami yang sempurna. Aku cuma bisa buat kamu nangis" Ucapnya.

"Udalah... Aku juga gak nuntut kamu jadi suami sempurna, manusia itu gak ada yang sempurna, lagian ya namanya juga pernikahan Sam, gak selamanya mulus, gak selamanya manis...karena itu tugas kita ya gimana caranya buat pernikahan ini kerasanya manis"

"Makasih ya...oia Kamu gak papa kan? Atau ada yang sakit?"

Seketika aku teringat kejadian waktu lalu, dimana perutku terasa sangat sakit. Namun aku takut untuk menceritakan nya pada Sam. Aku takut dia akan memarahiku lagi.

"Enggak kok, aku seharian tidur, di sini buat aku bisa lupain sejenak masalah ku" Ucapku bohong.

"Syukur kalau gitu.... Tadi Deza"

"Bohong Zil! Jangan percaya sama Sam, banyak nipunya" Ucap mami yang berjalan melewati kami. Sam hanya menghembuskan nafas kasarnya, mungkin dia kesal dengan sikap mami yang tiba-tiba saja muncul.

"Pulang aja yok, gak enak di sini"

"Gak enak Sam sama mami, nginep aja dulu ya"

"Ahhhh" Sam seketika menjatuhkan tubuhnya ke sebuah sofa di ruangan ini.

"Kenapa sih? Rumah sendiri juga?"

"Gak enak! Banyak nyamuk"

"Gak ada"

"Kalau di sini susah buat mesra-mesraan sama-"

"Jangan mau Zil! Laki-laki emang gitu banyak modusnya, apalagi Sam!" Ucap mami memotong perkataan Sam.

"Mami!!! Ngapain sih?" Tanya Sam kesal.

"Pindahin pohon bunga, mami bosan liatnya, kayanya bagus kalau diletakin ke deket kolam renang"

Kulihat mami memang sedang mengangkat pot bunga berukuran sedang.

"Alesan mami doang, padahal cuma mau gangguin Sam kan?"

"Enak aja.... GR banget sih kamu"

"Papi mana?"

"Lagi keluar kota, kenapa? Tumben nyariin? "

"Oh... Pantesan"

"Kenapa?"

"Banyak nyamuk! Ternyata anti nyamuk nya lagi gak ada"

"kurang ajar, mami sendiri dibilang nyamuk, kalau mami nyamuk berarti kamu jentik nyamuknya?"

"Mana ada... Jentik"

"Gak usah ngejawab terus, mami kutuk baru tau rasa kamu" Kulihat Sam langsung terdiam, aku hanya tersenyum kepadanya.

"Wanita itu kodratnya selalu benar" Bisik ku.

"Udalah... Dari pada kamu gangguin Izly, bagus kamu balikin aja potnya ke luar"

"Kan mami yang bawa, katanya mau dibawa ke belakang?" Tanya Sam.

"Kayanya diluar lebih cocok"

Sam menatap mami nya tidak percaya, sedangkan aku hanya tertawa melihat Sam dan mami, bagi ku mereka itu sangat lucu atau mungkin selera humor ku yang begitu rendah. Entahlah, intinya aku sangat senang melihat mereka seperti ini.

"Sam kamu mau makan sama apa?" Tanyaku.

Saat ini aku dan Sam sedang berbelanja bahan makanan untuk dimasak malam ini.

"Apa aja aku makan, asal jangan bayam, kangkung, brokoli, wortel, kentang, buncis,"

"Itu mah kamu milih"

"Aku gak suka sayur Zil"

"Oh... Pantes, kalau aku masak sayur, kamu selalu sisihin di piring bekas kamu makan, kalau gak suka kenapa ambil? mubazir!"

"Sayur itu gak enak Zil, enak lauknya. Aku sengaja ambil sayur, supaya kamu gak sedih.... Hehehe"

"Aku itu gak sedih, cuma enek aja, lagian kamu juga udah tua, masih aja gaya gak doyan sayur"

"Paus aja gak suka sayur"

"Paus lagi? Kamu kenapa sih kayanya kesemsem banget sama paus?"

"Imut Zil, nanti anak kita, kita kasih nama Pausera Ananta Rizky ya Zil?"

"Terserah"

Ya begitulah Sam, setiap kali aku membereskan meja makan, pasti selalu piringnya yang masih tersisa makanan, lebih tepatnya sayur yang ku masak. Menyebalkan bukan, manusia seusia dia masih tidak suka sayur. Dan konyolnya alasannya karena paus tidak suka sayur, aku jadi pusing sendiri. Bahkan anaknya pun akan diberi nama paus, Ya Tuhan ada apa dengan suami ku? Sadarkanlah ia segera.

"Eh... Zil.... Kayanya dompet aku ketinggalan di mobil deh " Ucap Sam tiba-tiba sembari mencari dompetnya di saku celananya.

"Aku bawa dompet, kamu gak usah panik gitulah "

"Bukan masalah itu, banyak kartu berharga di sana, kalau ketinggalan gak masalah, tapi kalau ilang gimana? Aku cari ke mobil dulu ya"

"Yaudah"

"Kamu gak papa kan aku tinggal "

"Gak papa, lagian setelah ini cuma mau beli buah doang"

"Yaudah, aku tinggal, ati-ati! Kalau ada apa-apa, telpon aku ya"

"Iya-iya, cepet sana!"

Sam tersenyum padaku kemudian segera mencari dompetnya, bener-bener ceroboh.

Setelah memilih sayuran, aku kembali melanjutkan kegiatanku, yaitu membeli buah.

"Ma, kapan kita ke rumah oma? Mama! Kapan ma?"

"Deon! Mama lagi belanja! Kamu bisa tenang gak si?"

"Makannya mama jawab, kapan kita ke rumah oma?"

Aku menoleh ke sebelah kiriku, seketika aku tersenyum ternyata itu mbak Ghina istri mas Bian.

"Hi Deon! Apa kabar?" Ucapku.

"Tante!" Deon langsung memelukku, saat menyadari bahwa akulah yang memanggilnya. Ya Deon adalah keponakan ku, anak mas Bian dan mbak Ghina, usianya sekitar empat tahunan.

"Tante kok jarang ke rumah oma? Deon padahal pingin main sama tante"

"Maaf ya, tante sibuk banget kemaren. Tapi sekarang tante lagi di rumah oma, eh Deon nya yang gak ada"

"Deon pindah tan"

"Ayo Deon.... Kita pulang!" Mbak Ghina langsung saja menarik tangan Deon.

"Gimana kabarnya mbak?" Tanyaku.

Namun bukannya menjawab pertanyaan ku mbak Ghina malah meninggalkan ku sembari menarik paksa anaknya.

"Mama! Deon mau ikut tante ke rumah oma"

"Mama! Ma!"

"Diem kamu!"

Aku segera mengejar mereka saat Deon menangis. Kebetulan mereka belum jauh.

"Mbak, gak papa kok kalau Deon mau ikut bareng aku"

"Tu kan ma.... Deon mau ikut tante"

"Ayo pulang"

"Mamaaaaa"

"Mbak! Kasihan Deon, udah biar ikut aku aja" Aku menahan tangan mbak Ghina, dengan cepat dia menghempaskan tanganku.

"Deon anak ku, gak usah ikut campur! Permisi!"

"Ayo Deon"

Aku hanya menatap kepergian mbak Ghina yang menurut ku sikapnya padaku begitu aneh, tidak sehangat pertemuan kami sebelumnya.

" Sayang, aduh... Maaf ya lama"

"Eh" Kaget ku saat Sam menepuk bahuku.

"Ngapain sih kok bengong?"

"Hahahha... Gak papa, cuma lagi bingung aja, mau beli buah apa"

"Gitu aja bingung, beli apa aja, aku kuat kok bayar"

"Sombong" Ucapku kesal.


***

Pengantin Pengganti (Telah Tersedia Di PlayStore)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang