4

6.9K 269 2
                                    

Pagi ini aku dan Sam memutuskan pulang ke rumah, awalnya mami kurang setuju, hanya saja aku yang memaksa Sam untuk segera pulang sebab tepat setelah kami sarapan, Siska datang dan tersenyum padaku seolah merasa tak bersalah. Tidak tahu apa maksud dari senyumannya. Wanita yang aneh bukan? Sifat malam dan paginya sangat berbanding terbalik.

Di sepanjang perjalanan pulang aku hanya memasang wajah sebal padanya, bagaimana tidak, tepat lima menit yang lalu, aku dan Mia hampir saja bertengkar perkara Sam. Mengapa ku katakan itu perkara Sam, sebab saat Mia menelepon ku dengan lancang Sam mengangkat panggilan itu. Sedangkan Mia tidak tahu menahu perihal pernikahan ku. Karena Sam aku harus menjelaskan panjang lebar kepada Mia. Mia adalah sahabatku satu - satunya, tentu saja aku takut jika harus kehilangan Mia.

"Kamu kenapa sih kok diem aja" Sam bertanya padaku.

"Fokus aja sama jalan" Ucapku.

"Iya, jalan cinta kita kan?" Balasnya.

"Hmmm"

"Kamu kenapa sih Zil? Masih marah sama aku?"

"Seharusnya gue yang tanya, lo sebenarnya kenapa lancang banget sih, angkat telpon Mia"

"Kenapa? Ada yang salah?"

"Salah! Gak seharusnya lo kaya gitu, gue juga punya privasi Sam!"

"Sebenarnya di handphone kamu ada apa sih, sampai kayanya haram banget buat aku sentuh" Tanya Sam.

"Ya-ya gak ada apa-apa,"

"Bohong!" Sam terkekeh setelah mengatakan itu.

Hatiku serasa tertimpa bongkahan batu besar melihat raut kecewa di wajahnya. Sam seolah tersenyum namun matanya tidak seperti itu. aku bisa melihat luka di dalamnya. Apa aku sudah menyakiti nya? Kenapa aku menjadi merasa bersalah kepada Sam.

"Kenapa diem? Biasanya kamu bakalan nyangkal tuduhan aku?" Ucapnya lagi.

"Lagi males debat"

"Lagi males debat atau emang aku yang bener?"

"Sam bisa gak sih sekali aja lo biarin gue tenang, mau sampe kapan kita kaya gini, gue capek!"

"Maaf" Ucapnya lirih.

Aku sengaja memalingkan wajah ku ke arah luar jendela, sembari menetralkan perasaan aneh yang sangat menggangguku.

"Zil!"

"Hmm"

"Aku boleh minta satu hal?"

"Apa?" Tanyaku.

"Putusin pacar kamu dan hidup sama aku!"

Seketika aku menatapnya dengan pandangan yang sulit untuk ku artikan. Lidah ku keluh untuk sekedar menjawab kata iya atau tidak. Kenapa Sam harus meminta hal seperti itu, apa maksudnya.

"Aku harap kita berhenti main-main Zil, baik itu aku atau kamu"

"Gue gak punya pacar"

"Bagus kalau gitu, artinya aku punya ruang penuh untuk mencintai kamu dan kamu juga punya waktu yang cukup untuk belajar mencintai aku"

"Asal lo tau Sam, gue gak akan berniat buat cinta ke elo, seberapa kuat lo maksa gue, tapi hati gue udah terlalu sakit buat ngulang perasaan yang sama"

"Apa kesalahan aku gak bisa dimaafin Zil? Semua orang berhak untuk dimaafin kan?"

"Gue udah maafin elo Sam, tapi untuk kembali mencintai rasanya sulit,"

Sam mengesah berat, kemudian menatapku sembari tersenyum.

"Bahkan aku nyesel dulu udah ngelepasin kamu gitu aja Zil"

"Namanya penyesalan Sam, pasti letaknya di belakang, kalau di depan namanya rencana"

Sam tersenyum dan mengacak rambutku gemas. Jantungku berdetak kencang saat merasakan kenangan di masa lalu yang seolah terulang kembali.

"Jadi?" Tanya nya.

"Jadi apa?"

"Hubungan kita mau gimana?"

"Gak tau!"

"Oke, kita akan tetap jalanin semua ini selayaknya hubungan pernikahan, aku gak mau tau ya Zil kamu pokonya harus belajar cinta ke aku! "

Aku mengaga mendengar jawaban gila yang keluar dari mulut pria yang sialnya saat ini sudah berstatus menjadi suami ku. Ternyata dia tidak pernah berubah dari zaman ke zaman, selalu saja semaunya sendiri.

"Gue gak mau!"

"Harus mau, surga istri ada di suami loh"

"Nyesel gue punya suami kaya lo" Dengan segera aku membuka pintu mobil dan meninggalkannya sendiri di sana. Kebetulan dua menit yang lalu kami sudah tiba di rumah. Jika aku tahu Sam akan mengatakan hal yang sangat mengerikan seperti itu, mungkin saat baru saja tiba aku akan lebih memilih langsung meninggalkan nya. Terserah dia akan berteriak atau berjungkir balik. Ketimbang aku menyesal karena telinga ku sudah terkontaminasi dengan paksaan - paksaan nya itu.

"ZIL... AKU BELUM SELESAI NGOMONG!"

***

"Hahahha"

Gelak tawa ku memenuhi setiap penjuru kamar yang sepi ini, aku sengaja mengisi waktu luang ku dengan membaca pesan-pesan ku bersama seseorang yang saat ini entah bagaimana kabarnya. Melihat kilas balik masa lalu pertama kali kami saling bertukar pesan adalah kegiatan ku ketika aku merindukannya. Hingga mungkin aku yang terlalu larut dengan kegiatan ku, sampai aku tak menyadari bahwa Sam sudah memperhatikan ku dengan tatapan anehnya.

"Kamu sehat?"

"Hah? Apa?" Tanya ku sembari menahan tawa yang bisa meledak kapan saja.

"Kamu sehat?" Ulangnya.

"Hmmm" Gumam ku dan aku kembali melanjutkan membaca pesan yang sempat terganggu dengan pertanyaan Sam.

"Aku mau ngomong Zil" Dia duduk di samping ku dan aku hanya mengangguk saja menjawab ucapannya.

"Jadi gini, dalam waktu dekat ini aku gak bisa ajak kamu pulang ke rumah ibu, soalnya banyak kerja-"

"Kamu dengerin aku gak si Zil? "

"Iya kok denger, yaudah lanjut aja, masih bisa dengerin kok"

"Aku banyak kerjaan di kantor, jadi kamu jangan salah paham ya Zil, bukan aku gak mau ajak kamu jengukin ibu sama ayah, tapi setelah Rama kasih liat jadwal aku tadi, satu minggu ini full dan-"

"Hahahhahaha...... Astagfirullah... Kenapa aku bisa segila ini dulu" Gumam ku.

"ZIL!"

"Hah.. I-iya Sam? Kenapa?"

Nyali ku sedikit menciut ketika melihat Sam sudah menatap ku dengan tatapan tajam dan menusuk.

"Kamu sebenarnya dengerin aku ngomong gak si Zil?"

Ku telan saliva ku yang mendadak mengering, sebenarnya aku tidak mendengar dengan jelas apa yang Sam ucapkan tadi. "De-denger kok, tatapan lo biasa aja dong, gue merinding liatnya"

"Kalau kamu denger coba ulangi"

"Em... Itu kan, yang kamu bilang kamu mau makan, yaudah makan aja duluan, aku belum laper"

Ku lihat Sam hanya terkekeh lirih dan seketika menatap ku tajam, lebih tajam dari sebelumnya. Aku tidak tahu salah ku di mana, walau aku yakin seratus persen jika yang ku ucapkan itu salah.

"Sini handphone kamu!"

"Buat apa?"

"Siniin"

"Eh... Sammm"

PRAKKKKKK

Aku menutup mulut ku kaget, rasanya tidak percaya dengan apa yang Sam lakukan. Ku tatap nanar ponsel ku yang sudah menjadi kepingan-kepingan yang berserakan di lantai. Bagaimana bisa dia menghancurkannya semudah itu, setelah aku bersusah payah mendapatkannya? Ku alihkan pandangan ku kepadanya, bagiku kesabaran ku sudah habis, perbuatannya tidak bisa ditoleransi lagi.

"Kenapa lo banting?"

"Ini cara aku nyadarin istri kaya kamu!"

"maksud lo apa? Apa hak lo? Asal lo tau, gue dapetin handphone itu susah payah, dan lo semudah itu hancurinnya? Bahkan gak sampai satu menit, lo mikir dong Sam, gak semua orang punya takdir semujur lo!"

"Aku punya hak, aku suami kamu Zil, cuma karena handphone itu, kamu bisa - bisanya gak dengerin apa yang aku omongin, dan sekarang kamu marah karena handphone kamu rusak, aku bisa ganti yang baru, tapi apa kamu bisa ganti waktu aku yang terbuang sia-sia"

"Lo semudah itu mau gantiin handphone gue, Hah... Iya, gue sadar lo kan orang kaya yang bisa dengan mudah beli apa pun yang lo mau, tapi asal lo tau aja Sama, lo gak akan bisa kembaliin kenangan yang ada di handphone gue, gue benci sama lo"

"Terserah, jangan salahin aku kalau aku pakai cara ku supaya bisa sadarin kamu akan status kamu sekarang"

"Status? Lo kira gue mau jadi istri lo bahkan sampai kapan pun, gue gak akan pernah bersedia! Bagi gue, Lo cuma hadir sebagai mimpi buruk, gak lebih"

"Persetan sama mau kamu, tapi yang jelas takdir mau kamu jadi istri aku" Ucapnya kemudian dia beranjak pergi meninggalkan ku.

Perlahan tapi pasti air mataku menetes seolah tak terima dengan semua ini. Aku hanya bisa terduduk lemas bersandar pada dinding yang sama dinginnya dengan permainan takdir. Aku tidak bisa membayangkan akan ke mana semua ini aku emban. Bahkan baru beberapa hari aku menikah dengannya aku merasa sudah gagal dengan pernikahan ini. Aku tidak tahu ini salah ku atau salah waktu yang telah membawa kami bertemu kembali. Tapi yang jelas aku tidak tahu harus bagaimana menjalani semua ini. Terlalu pelik untuk dirasa dalam sebuah nalar.


***

happy reading... Jangan lupa untuk like,coment dan follow aku ya...
Semoga kalian suka, maaf kalau ceritanya absurd gitu
Dan harap maklum pada typo

Pengantin Pengganti (Telah Tersedia Di PlayStore)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang