3.

7.3K 300 4
                                    

"Sayang makan dulu"

Saat aku sedang merenung di sebuah kursi yang ada di dekat kolam, Sam datang dan memberiku sepiring nasi beserta lauknya. Aku hanya menatapnya bingung, seolah tidak paham dengan maksudnya.

"Kamu belum makan” jelasnya.

"Kamu juga belum, sini makan bereng” ucapku.

"Seriusan?" Dia memandangku dengan tatapan tak percaya. Apa wajah ku terlihat seperti wajah penipu? Kenapa sulit sekali untuk percaya padaku.

"Iya.... Mau gak? kalau gak mau yaud-"

"Mau kok... Heheheh" Sam langsung duduk di samping ku.

Kami makan nasi itu bersama, jangan salah paham. Aku hanya tak tega dengannya, setidaknya dia sudah berbaik hati padaku karena selalu membela ku ketika Siska berbicara seolah menyindir ku tadi. Dan sekarang aku pantas bersyukur karena wanita itu sudah kembali ke sarangnya.

"Duh... Kalau pengantin baru, emang sukanya mah selalu berdua" Mami datang menemui kami.

"Makan sini mi," Tawarku.

"Gak usah...! Mami ngapain sih ganggu momen aja" Sam menatap maminya dengan kesal.

"Lebay kamu Sam, mami cuma mau bilang, mami mau tidur duluan.... Kalian nginep aja ya, udah malem banget, bahaya kalau pulang tengah malem" Ucap mami.

"Oke mih, udah kan... Mami bobok gih...kalau kemaleman entar mami sakit" Ucap Sam.

"Dasar anak kurang ajar, iya ini mami mau tidur...puas kamu? " Tanya mami pada Sam.

"Hehehe"

"Sayang, entar pintu kamarnya kunci aja ya, biarin aja dia tidur di luar...kalau perlu suruh aja tidur di teras, Oke" Ucap mami kepadaku yang hanya ku balas dengan anggukan saja.

"MAMIII" teriak Sam sesaat mami pergi meninggalkan kami.

"Yang.... Bobok yok,  ngantuk" Sam bergelayut manja di lenganku saat aku sedang menaruh piring kotor di dapur.

"Bisa lepas gak?" Ucapku jengah.

Baru saja aku mengajaknya makan bersama dan tingkahnya sudah mengelunjak seperti ini, sangat menyebalkan tentunya. Awalnya aku tidak akan menduga hal ini akan terjadi, dan dengan senang hati aku mengatakan aku menyesal.

"Kasar banget, dosa...! " Ucapnya lagi.

"Sam, gue belum maafin elo soal yang tadi pagi ya... Udah... Husss... Sana, jauh-jauh" Aku melepaskan genggaman tangannya, kemudian melangkah ke kamarnya. Bagaimana aku bisa tahu? Sebab beberapa waktu lalu, mami sudah mengajak ku berkeliling rumah.

Dan akhirnya aku bisa terbebas juga dari makhluk menyebalkan itu.
Saat berencana ingin memejamkan mataku,  aku merasakan tempat tidur sebelah ku bergerak. Siapa lagi jika bukan Sam, tidak mungkin juga Siska yang tidur di sebelahku.

"Zil...belum tidur kan?" Bisiknya.

Namun aku tetap tak bergeming sedikitpun, biar saja dia menganggapku sudah tidur. Aku tak ingin hari ku dipenuhi dengan rasa frustasi, tolong kali ini saja biarkan aku bisa tenang dan tidur nyenyak.

"Zil.... Make a baby yuk.... "Bisiknya lagi sembari memelukku dari belakang.

Seketika aku bangkit dan mendorongnya menjauh dari ku.

" Make a baby sendirian aja sono" Kesalku.

"Kamu dosa lo nolak suami" Ucapnya tak kalah sengit.

Aku mengusap wajahku kasar.
"Terserah,  asal lo tau aja, gue gak pernah bersedia jadi istri lo" Ucapku lagi.

"Tapi aku bersedia gimana? Kita impas kan" Balasnya.

"Stres..... Udalah Sam, gak usah aneh-aneh deh, gue ngantuk mau tidur" Aku kembali ke posisi semulaku dan mulai memejamkan mataku.

"Zil, aku denger tadi kamu rebutin aku sama Siska ya"

Seketika aku berbalik dan menatapnya kesal, sedangkan Sam hanya menaik turunkan alisnya, merasa bangga karena sudah diperebutkan oleh dua wanita. Ingat! Aku tidak pernah memperebutkan nya. Buat apa? Lagi pula tanpa ku perebutkan Sam sudah menjadi milik ku.

"Enggak!"

"Aku denger sendiri, kamu tau, setelah aku denger ucapan kamu tadi, setidaknya aku yakin Zil, kalau perasaan kamu ke aku belum terhapus sepenuhnya"

"Kayanya kamu salah sangka deh Sam"

"Aku gak mungkin salah Zil, jelas-jelas kamu bilang kalau kamu berhak sombong atas aku, gak mungkin kalau kamu gak cinta ke aku kamu bakalan ngomong kaya gitu, aku paham kamu gimana Zil"

"Aku cuma bilang kaya gitu, supaya Siska berhenti pojokin aku, jadi jangan berharap lebih Sam, apa iya aku salah kalau aku coba pertahanin harga diri aku?"

"Kamu gak salah, tapi Apa aku juga salah kalau aku masih berharap sama kamu?"

Aku mengesahkan nafas berat ku, kemudian ku tatap matanya, mata yang dulu selalu aku rindukan, mata yang dulu selalu menatapku penuh cinta disaat semua orang menatapku dengan tatapan kebencian. "Salah! Karena perasaan itu udah lama terkubur Sam"

"Bahkan benih bunga matahari yang udah terkubur di tanah akan tumbuh pada waktunya Zil, aku percaya sama diri aku sendiri, kalau aku bisa numbuhin perasaan kamu yang sengaja kamu simpan"

"Terserah" Gumamku kemudian aku kembali melanjutkan tidurku.

Banyak hal yang bisa diambil dari sebuah cerita benih, tetapi tak semua orang bisa membedakan mana benih yang memang akan ditakdirkan untuk tumbuh dan mana benih yang memang sudah rusak. Benih tumbuhan apa pun tidak akan pernah tumbuh jika benih itu sendiri sudah rusak, walau dirawat sebaik mungkin atau bahkan diberi pupuk yang terbaik sekalipun, maka akan hanya ada perdu berduri yang tumbuh di sekitarnya.

Sama layaknya perasaan ku pada Sam, bahkan aku sendiri saja tidak tahu, perasaan ku sudah rusak atau hanya sekedar bersembunyi untuk tumbuh dikemudian hari. Tidak ada yang bisa menjamin semua itu. Karena Tuhan, maha membolak-balikan hati hambanya.

Entah mengapa pagi ini aku sangat malas untuk bangun, tidurku serasa lebih nyaman dan nyenyak. Namun, aku merasa ada yang sedikit berbeda, rasanya seperti ada yang memeluk pinggang ku. Perlahan aku membuka mataku dan benar saja Sam  yang melakukan itu padaku.

"SAMMMMMM!!! " jerit ku sembari terus memukulnya. Jantungku seperti mau meledak rasanya, ketika menyadari bahwa Sam saat ini tidak mengenakan baju yang sebelumnya ia kenakan. Apa yang sudah dia lakukan padaku. Benar kecemasan ku sebelumnya jika Sam tidak bisa dipercaya.

"Awww... Sakit... Apaan sih kamu, ini rumah Zil bukan hutan, jinak dikit kenapa" Kesalnya.

Aku menatapnya kesal, jinak? Setelah apa yang dia curi dari ku dan aku masih harus bersikap jinak? Keterlaluan. Dia tidak punya hati, tidak punya perasaan. Andai saja menikam nya tidak berdosa maka sudah ku lemparkan dia dari lantai dua rumah ini.

"Jinak lo bilang? Sam jujur sama gue lo semalam gak ngapa-ngapain gue kan? Ini cuma ulah iseng lo doang kan? Tanyaku khawatir.

"Entah gak tau, gak inget"

" SAMMM... IH... LO TANGGUNG JAWAB GAK? POKOKNYA LO HARUS TANGGUNG JAWAB! KALAU GAK, LO GUE LAPORIN KE POLISI ATAS TUDUHAN PEMERKOSAAN " Ucapku sembari menahan tangis.

"Pemerkosaan ke istri sendiri itu wajar," Ucapnya tenang.

"Terus kalau gue hamil gimana, lo gak mikir banget sih" Kesalku.

"Hamil? Jelas seneng lah istriku akhirnya hamil juga" Jawabnya.

"Sam..... Gue serius....lo bercanda doang bisanya" Kesalku.

"Hahahha... Izly-Izly, kamu lucu ya... Kalau kamu hamil anak aku, ya aku seneng lah, masa iya aku minta kamu gugurin anak kita, inget kamu itu istriku" Sam menangkup wajahku dan seketika itu aku menepisnya.

"Tapi guenya belum siap! Elo nyebelin ya! Lo tau gak sih rasanya jadi gue? Kenapa lo selalu aja ngelakuin hal yang gak dipikir dulu? Ini tuh bukan masalah hidup lo doang Sam, tapi hidup gue juga"

"Aku ngigau kayanya Zil, maaf ya gak sengaja" Terliat raut penyesalan di wajahnya. Demi apa dia mengigau seperti itu.

"Ngigau lo ngerugiin manusia lain tau gak sih"

"Zil.... " Aku menoleh ke arah Sam yang tiba-tiba saja memanggil ku. Saat ini jarak kami sangat dekat, benar-benar dekat.

"Kamu cantik, cantik banget" Bisiknya.

Kemudian wajahnya mulai mendekat ke arah ku, sedangkan aku hanya bisa mematung di tempatku. Menikmati ritme detak jantung yang begitu cepat ini.

"Tapi sayang gak pinter!"

"Hah..? Lo bilang gue bodoh gitu?"

"Hahahha.... Bukan bodoh Zil, tapi gak pinter"

"Sama aja! Kalau ngajak berantem terus terang aja Sam!"

"Ck, kalau kamu pinter gak mungkin kamu nuduh aku yang enggak - enggak, baju kamu aja masih lengkap kok, kadang aku kasihan gitu sama murid kamu, aku gak yakin mereka tambah pinter kalau kamu yang jadi gurunya".

Pipi ku memerah setelah menyadari bahwa Sam benar, saat ini aku masih menggunakan pakaian lengkap. Tidak ada yang berkurang sehelai benang pun. Rasanya aku jadi malu sendiri karena sudah menuduhnya tadi.

"Lain kali kalau bangun tidur, cuci muka dulu, jangan langsung nuduh yang gak jelas ginilah, kasihan tuh iler kamu gak terurus, nanti jadi kristal gimana?"

Setelah mendengar ucapannya yang membuat telingaku panas aku segera beranjak dari duduk ku.

"Eh.. Mau ke mana?"

"Mau ke kamar mandi, mau cuci muka biar ilernya gak jadi KRISTAL!"

BLAM

Ku tutup pintu kamar mandi dengan kencang, masih sempat ku dengar gelak tawa di luar sana. Darah ku serasa mendidih saat ku lihat kedua pipi ku bersih tanpa noda. Lagi-lagi aku terkena tipuan nya. Menyebalkan sekali.

"Tunggu aja pembalasan ku!" Geram ku.

***

Pengantin Pengganti (Telah Tersedia Di PlayStore)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang