20

3.5K 175 5
                                    

"SAMMM!!! KEMANA TAS AKU, AKU TAU YA, KAMU SENGAJA KAN, SEMBUNYIKAN TAS AKU, SUPAYA AKU GAK PERGI!" Aku menuruni anak tangga dengan perasaan kesal, pasalnya tas yang akan ku bawa pergi pagi ini mendadak raib begitu saja. Aku tahu ini ulahnya, seperti itulah menyebalkan nya Sam, dia akan berpura-pura mengizinkan, lantas akhirnya mencurangi aku dari belakang.

"SAM DIMANA TAS AK-" aku menggaruk leher ku yang sebenarnya tak gatal ketika melihat Sam yang sudah rapi dengan setelan pakaian kerjanya, terduduk rapi sembari mengangkat tas ku dengan salah satu tangannya, namun fokusnya tetap pada berkas yang sepertinya sedang ia baca.

"Kok bisa?" Tanya ku malu.

Sam meletakkan berkasnya dan berjalan ke arah ku.

"Semalam aku kan udah janji mau bantuin kamu susun perlengkapan, jadi Sebelum kamu bangun udah aku siapin semua. Sekarang kamu mandi, Siap-siap, terus kita berangkat, sarapan udah aku siapin juga, nanti di makan di jalan aja, soalnya ini udah jam setengah tujuh, nanti kamu bisa telat"

Senyuman ku terbentuk sempurna mendengar penjelasan Sam yang mampu membuat jantungku seolah berhenti bekerja. Aku tidak mengira dia bisa melakukan hal semanis ini. Aku kira dia hanya bisa mengganggu ku saja. Dan pagi ini aku sadar jika dia tidak seburuk yang aku kira.

Sesuai ucapan Sam, aku diantar ke sekolah olehnya dan di sepanjang perjalanan dia tak henti-hentinya menasihati ku tentang ini dan itu, dan bertanya apakah aku yakin aku akan pergi, menyebalkan bukan?

"Kamu yakin Zil?" Tanya Sam ketika kami sudah tiba di sekolah.

"Kamu udah tanya itu lima kali lo Sam" Ucapku.

"Yaudah hati-hati" Ucapnya lagi.

"Iya..." Aku keluar dari mobil dan Sam pun melakukan hal yang sama, kemudian dia berlari ke arah bagasi belakang dan mengeluarkan tas ku.

"Siniin tas nya" Ucapku meminta tas ku, supaya aku membawanya sendiri.

"Gak usah, aku antar sampe di bis... Ayo,"

Sam menggandeng tangan ku menuju kerumunan siswa-siswi beserta rekan kerjaku yang saat ini sedang bersiap naik ke bis, yang akan kami tumpangi menuju ke tempat tujuan.

"Cieeeeee!! Tokoh utamanya udah dateng...! yang Jones awas ngiler nih" Mia bersorak ria ketika melihat ku datang bersama Sam, aku hanya tersenyum malu, pastinya pipi ku saat ini sudah memerah bagaikan kepiting rebus, mungkin, intinya aku sangat malu.

"Kamu jadi artis nya sekarang" Bisik Sam.

"Gara-gara kamu! puas?" Kesal ku.

Dia hanya tersenyum kemudian mencium pipi ku sekilas.

"Sammm!"

"Biar gak merah, gemas liatnya... "

"Nyebelin.... " Kesal ku. Untung saja, saat Sam mencium pipi ku tidak ada yang melihatnya, kecuali Mia yang memang sedari tadi menatapku dengan binar matanya itu.

"Aku letakin tas kamu dulu ya"

"Aku aja Sam"

"Gak usah, biar aku aja kamu tunggu di sini"

Aku mengangguk, kemudian Mia menjawil pipi ku, dan aku menatapnya kesal, aku yakin dia pasti akan menggodaku habis-habisan.

"Apaan" Ketus ku.

"Hehehe..... Yang dianter hubby nya, tas nya dibawakan, dicium pipinya... Hahahha"

"Miaaaa....." Kesalku. Aku sangat malu, bahkan tak hanya Mia saja yang menggodaku, tapi beberapa guru senior juga ada yang tersenyum padaku. Namun ada juga beberapa rekanku yang menatapku jijik.

"Aku udah masukin tas kamu, jangan telat makan, hati-hati di sana, jangan ceroboh, banyak berdo'a, satu lagi, aku percaya sama kamu kalau kamu bisa jaga diri sendiri di sana"

"Iya-iya aku pahammm"

"Bagus" Sam mengacak rambut ku gemas. Seketika semua murid ku menyoraki ku ketika melihat Sam mengacak rambut ku.

"CIEEEEEE...... BU IZLY..... SYUIIITTTTT" Seluruh murid dan teman-teman ku riuh, dan saat ini aku sangat gemas dengan nya sampai-sampai aku ingin menendangnya ke dalam jurang.

"Apaan si kamu, aku malu" Bisik ku.

"Aku gak bisa ngikutin dari belakang, aku ada meeting sebentar lagi, jadi aku tinggal sekarang ya"

"Iyalah... Udah sana pulang, makin lama kamu di sini mateng aku!"

"Yaudah.... Aku pulang," Sam kemudian menepuk lembut pipi ku.

"Padahal aku maunya lebih, tapi banyak remaja ingusan"

"Yaudah, jangan kasih contoh yang gak bener"

"Siap buk"

"Awwww, sakit Sam" Aku memukul lengan Sam yang tiba-tiba saja mencubit pipi ku. kemudian berlalu begitu saja meninggalkan ku tanpa meminta maaf sedikitpun.

"Ya ampyunnn..... Elo yang dicubit pipinya gue yang lemes" Ucap Mia lebay.

"Biasa aja kali"

"Gue kan-mmmm"
Aku langsung memasukkan potongan buah kedondong ke dalam mulutnya, kebetulan saat perjalanan kemari aku melihat penjual rujak, aku minta saja pada Sam, awalnya dia tidak ingin membelikan ku rujak itu, tapi aku memaksa dan akhirnya dia menuruti ku.

"Asem bego, elo pagi - pagi makan rujak, lagi buat kuping lo?"

"Ih... Apaan sih.. Gak mudeng"

"Ngidam maksud gue ".

" Ih... Enggak lah, cuma pengen doang, kan terakhir makan rujak sama lo"

"Hah..... Seriusan, kan itu kita masih kuliah Zil, derita banget idup lo ya, beli rujak pun gak sanggup".

" Awwww" Dia meringis ketika aku mencubit tangannya.

"Bukan gak mampu Miaaaa..... Males aja mau beli,"

"Seneng ya Rin jadi orang kaya baru, sampe tas segitu doang suaminya yang bawa... " Ucap nia pada Arin.

"Hahahha..... Iyalah, kan di rumah kerjanya cuma ongkang kaki, mana kuat bawa tas segitu, kuatnya bawa ATM yang isinya WOW itu... Hahahha" Timpal Arin.

Seketika tawa ku memudar saat mendengar mereka menyindir ku, bukan aku yang mau seperti itu, tapi Sam yang memaksa, ingin sekali aku menjelaskan pada mereka, tetapi bagiku itu percuma.

"Pingin gue tampol" Geram Mia.

Aku langsung menggenggam tangan Mia, "gak usah mi... Aku gak papa"

"Tapi kan Zil... "

"Biarin aja" Ucapku lagi.

"Btw.... Seneng ya Ni.... Gak perlu cari cowok tajir, bisa nikah sama yang banyak duitnya"

"Ya iyalah.... Tinggal tikung apa susah, kaya gak tau aja lo mah"

"Eh... Maksud lo apaan si? Kalau gak tau ceritanya gak usah deh lagak paham" Mia tiba-tiba melabrak Nia dan Arin.

"Mi... Udah ayo, kita ke bis aja" Ucapku.

"Entar Zil, dua bacot ini kalau gak di kasih arahan bisa-bisa nyasar kemana-mana" Ucap Mia kesal.

"Mia.... Elo dibayar berapa sih, sampe sehidup semati banget belain penikung kaya dia?" Tanya Arin.

"Mahal dong Rin, buktinya yang di omongin aja kalem, eh malah dia yang panas" Tambah Nia.

"Emang ya lu pada.... "

"Ayo lah mi... Biarin aja" Aku segera menarik Mia ke arah bis. Tidak bagus juga kan jika para murid melihat pertengkaran kami, walaupun semua siswa-siswi sudah masuk ke dalam bis.

"Oia buat elo yang tega rebut calon suami kakak sendiri, gue pastiin kebahagiaan elo itu gak bertahan lama, gak ada sejarahnya pelakor itu hidup bahagia" Ucap Arin.

Aku menutup mataku kuat-kuat, berusaha agar aku tak menangis mendengarkan ucapan Arin, jika kalian bertanya ada masalah apa aku dan mereka, makan akan ku jawab aku pun tidak tahu, setahuku aku tak pernah berbuat masalah dengan mereka.

Walaupun sempat dibumbui dengan drama sakit hati di awal. Namun selama perjalanan aku cukup bahagia mendengar celotehan Mia. Yang katanya setibanya di sana, dia ingin melakukan inilah, itulah. Sampai aku tidak yakin dia bisa melakukan itu semua.

"Lagi nulis apa sih?"

"Planing" Jawab Mia sembari menunjukkan buku notes nya padaku.

"Jalan-jalan di sungai bareng Izly?"

"Katanya Ramza, di deket lokasi tenda, ada sungai yang bagus banget lo Zil, gue mau nanti kita ke situ ya, gue bawa polaroid soalnya" Jelas Mia semangat.

"Boleh" Ucap ku sembari membuka lembar selanjutnya.

Mataku membola melihat isi harapan Mia yang tertulis di lembar selanjutnya.

"Ini apa mi?"

"Hahahha... Itu harapan gue Zil, bisa gendong anak lo, terus bisa jodohin anak kita kalau mereka udah besar"

"Gak mau lah"

Seketika senyuman Mia luntur begitu saja. Melihat nya seperti itu membuat ku tak tega.

"Kenapa lo mau jodohin anak kita?"

"Di dunia ini gue cuma punya Allah, sama elo Zil, sebatang kara gak enak Zil, gue gak mau persahabatan kita putus gitu aja, gue mau kita tetap berhubungan lebih dari sahabat, Satu-satunya ya dengan nikahi anak kita nanti"

"Hahahha, ngakak gue ah"

"Serius Zil, please.. Gue cuma minta ini aja dari lo, gak lebih"

"Serah lo deh, asal lo seneng"

"Makasih"

"Eh..." Kaget ku saat Mia tiba-tiba saja mengambil alih buku note nya dan menulis sesuatu di sana.

"Kenapa di kasih garis merah"

"Ini buat harapan yang udah jelas bakalan terwujud"

"Kan belum tau anak kita cowok atau cewek, kalau seandainya anak kita sama-sama cowok atau cewek gimana?" Tanya ku bingung.

"Gue bakalan berdoa di sepertiga malam demi harapan gue"

"Terserah elo, gue ngantuk"

"Cepat hadir ya Sayang, salam sayang dari calon ibu mertua mu" Ucap Mia sembari mengelus perut ku.

Aku hanya menggelengkan kepalaku, tidak habis pikir dengan apa yang diucapkan Mia. Masa iya aku harus memaksakan perasaan anak ku nantinya, atau mungkin Mia akan seperti itu? andai Mia tahu, bahwa perasaan cinta itu tidak bisa dipaksakan, dia hadir dan tumbuh dengan sendirinya.


***

Hay..... Hay.... Balik lagi ni si Sam sama Izly.....oia maafkan typo yang ada di sana sini ya.. Semoga kalian semua terhibur, dan satu lagi selalu tinggalkan jejak ya... Btw... Makasih yang udah kasih semangat.... Itu sangat membantu 😁☺

Pengantin Pengganti (Telah Tersedia Di PlayStore)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang